41 1.
Studi kepustakaan Studi pustaka dalam pengumpulan data yang diperlukan, dilakukan melalui penelitian
kepustakan Library research. Data akan diolah dari berbagai sumber kepustakan, antara lain buku-buku ilmiah, majalah, surat kabar, jurnal dan bahan tulisan lainnya yang erat
kaitannya dengan subjek penelitian. 2.
Studi lapangan Studi lapangan yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui penelitian dengan
turun langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan subjek penelitian yakni:
1. Observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data apabila sesuai
dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol keandalannya. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi partisipasi
karena peneliti terlibat langsung secara dalam objek yang diteliti. 2.Wawancara, yaitu mengumpulkan data dan menganalisa masalah yang ada dan
diperlukan dalam penelitian ini. Jenis wawan cara yang peneliti lakukan adalah wawancara terpimpin dimana tanya jawab dilakukan terarah untuk mengumpulkan
data-data yang relevan. 3. Dokumentasi, yaitu pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.
Data yang dikumpulkan melalui teknik observasi cenderung merupakan data sekunder.
3.5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan pendekatan metode kualitatif, yaitu dengan mengkaji data yang dimulai dengan menelaah data yang tersedia dari berbagai
42 sumber data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah, menyusun dalam suatu satuan,
yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya, dan memeriksa keabsahan data serta mendefenisikannya dengan analsisis sesuai dengan kemampuan daya peneliti untuk membuat
kesimpulan peneliti. Penelitian kualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data. Kualitas hasil penelitian dari tipe penelitian kualitatif secara langsung tergantung pada
kemampuan, pengalaman dan kepekaan dari informan dan informasi-informasi yang didapat oleh peneliti Meleong, 2007:247.Selain itu, data-data yang diperoleh dalam penelitian ini
akan dianalisis secara kualitatif. Kutipan hasil wawancara dan observasi sejauh mungkin akan ditampilkan untuk mendukung analisis yang disampaikan, sehingga pada akhirnya dapat
ditarik kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1. Kursus Wanita Karo Gereja Batak Karo Protestan KWK-GBKP Berastagi
4.1.1. Sejarah KWK-GBKP Berastagi
Periode pertama 1890-1893 disebut sebagai periode Firman Tuhan disebarkan di Bumi Karo. Pada tanggal 16 Nopember 1888, anggota Parlemen Belanda JT. Cremer, yang
kemudian menjabat menteri, telah menganjurkan Kristenisasi orang Batak Karo. Lalu Cremer, bersama zendeling Kreemer dari Jawa Timur mendatangi direksi dari beberapa
perusahaan perkebunan yang berhasil diajak agar menyumbangkan dana kepada pihak NZG, untuk pelaksanaan penginjilan tersebut. Pada bulan Nopember 1889 ditandatangani suatu
43 perjanjian antara pihak NZG dengan suatu panitia Zending Batak Karo di Amsterdam yang
mewakili perusahaan, lalu diutuslah H.C. Kruyt ke Tanah Karo. Tanggal 18 April 1890 Pendeta H.C. Kruyt bersama Nicolas Pontoh tiba di Belawan,
dan melanjutkan perjalanan ke Medan. Mereka menginap beberapa malam di Medan untuk mengadakan persiapan seperlunya. Mereka mengadakan pendekatan terhadap para penguasa
di daerah ini, seperti tuan Residen W.J.M. Michielson dan Tuan Carel Westenberg, kontelir khusus untuk orang Batak. Setelah meninjau lokasi di beberapa desa di sepanjang kaki Bukit
Barisan maka Pdt. H.C. Kruyt menetapkan desa Buluhawar menjadi pos penginjilannya, karena desa ini berada pada jalur lalu lintas dari dan ke dataran Tinggi Karo. Desa ini
menjadi desa persinggahan para pedagang yang disebut perlanja sira. Pada saat itu barang dagangan diangkut dengan pikulan melalui jalan setapak mendaki dan menuruni gunung dan
lembah serta menyeberangi sungai-sungai. Perjalanan ini sangat melelahkan, karena itu mereka butuh persinggahan.
Tanggal 1 Juli 1890, Pdt. H.C. Kruyt menetap tinggal di Buluhawar atas bantuan pengulu Buluhawar penduduk desa Buluhawar sekitar 200 jiwa. Dia tinggal di rumah yang
sederhana. Dalam catatan harian Pdt. H.C. Kruyt rumah tersebut berada di antara 2 rumah dan tidak jauh dari kampung. Rumah tersebut disewa 16 dollar dubbeltje = 336 cent per
bulan. Dia belajar bahasa Karo dan budaya Karo, dia memakai ikat kepala erbulang, memakai kain sarung tenunan khas Karo eruis, memakai selendang cabin, ikut bergotong
royong aron, juga merawat orang-orang sakit. Ada sekitar 41 orang yang dia rawat, misalnya ada yang keracunan darah dan ada yang sakit borok. Dia mengunjungi orang-orang
sakit dan memberinya obat. Bayarannya biasanya berbentuk ayam, beras, dan lain-lain. Tepatnya tanggal 16 Oktober 2007, umur Moria GBKP sudah memasuki usia di
bilangan ke 50, usia yang sudah cukup matang dan panjang dalam perjalanan Moria GBKP
44 yang tentunya telah melewati berbagai fase, baik suka maupun duka, secara lembaga maupun
sebagai pengurus organisasi ini. Moria GBKP yang ada sekarang ini tentu tidak ada dan menjadi seperti sekarang tanpa sebab musabab.Ia dimulakan, diperjuangkan, dan
dikembangkan melalui perjuangan iman yang teguh dan semangat kebersamaan yang kokoh dari para pendahulu Moria. Saat ini, GBKP sudah menginjak usia 118 tahun, namun Moria
GBKP masih berusia 50 tahun, hal ini bukan berarti perempuan GBKP mulai aktif dalam keimanan dan pelayanannya pada usia ini. Hal ini terjadi karena belum ada yang
mempelopori persekutuan perempuan pada masa-masa awal kedatangan Injil di Tanah Karo. Persekutuan perempuan Karo dimulai dengan persekutuan perempuan dan para
pemudi yang dipelopori oleh: Nr. Van Den Berg, Ny.Dr, de Klein, Suster Meyer, Pertumpun Purba, Nimai Purba. Dengan mengingat bagaimana pentingnya peranan perempuan-
perempuan ini baik dalam mendukung pelayanan di Gereja maupun di masyarakat, maka pada waku itu sudah dianggap perlu untuk mengadakan pertemuan.Maka diadakanlah
pertemuan pertama yang dihadiri oleh 24 orang di sekolah Christelyke HIS Kabanjahe, yang dinamai dengan CMCM Christelyke Meisjes Club Maju yang berdiri pada tanggal 30 Juli
1930. Adapun program yang dilakukan kelompok ini adalah: bernyanyi, berdoa, koor, membaca dan menulis; pengetahuan umum yaitu: kesehatan dan kebersihan, menata dan
melayani jamuan makan, menjahit dan tata boga. Setelah Nr. Van Den Berg kembali ke negeri Belanda, maka tugasnya digantikan oleh Nr. Pdt. Neuman Bosch dan Nr. Pdt.
Vuurmans.
45
Club CMCM sebagai Cikal Bakal Moria
CMCM ini semakin lama semakin berkembang dalam seluruh programnya dan padabulan Agustus 1934 membuat pertemuan untuk membicarakan kelanjutan persekutuan
ini yang dipimpin oleh Nr. Pdt. Neuman dan pada saat ini terbentuk kepengurusansebagai berikut:
Ketua I : Nora Pdt. Neuman Bosch
Ketua II : Nimai Br Purba Nd. Paulus
Sekretaris I : Loise Br Sembiring Nd. Felix
Sekretaris II : Kesena Pohan
Penning meester I : Bakul Ginting Suka
Penning meester II : Ngire Sembiring
Commisarissen :
1. Nora Pdt. Vuurmans 2. Pertumpun Br Purba
3. Suster Meyer Kepengurusan ini tidak berlangsung lama, kemudian pelayanan ditangani langsung
oleh Nora Pdt. Neuman dengan membentuk staf yaitu: Ketua I
: Nora Pdt. Neuman Bosch Ketua II
: Nora Pdt. Vuurmans Sekretaris I
: Ny. Pdt. Schoonhoven Sekretaris II
: Suster Meyer Penning meester I
: Ny. Dr. de Kleijn
46 Penning meester II
: Ny. Smith Juga dibantu oleh beberapa orang commisarissen, yang kemudian menjadi pengurusCMCM.
Semakin banyak yang masuk ke dalam kelompok ini, maka disediakan guru untuk mengajar. Kelompok CMCM semakin berkembang di tengah perempuanKaro yang diikuti
dengan berdirinya beberapa club CMCM di Kabanjahe, yaitu : 1.
Club untuk anak-anak 2.
Club untuk remaja 3.
Club untuk pemudi 4.
Club untuk kaum ibu Seiring bertambah majunya CMCM ini maka beberapa kegiatan seperti koor, membaca,
menulis, pengetahuan umum umpamanya kesehatan dan kebersihan, menyediakan teh, makanan dan menghidangkannya juga bertambah.Pada awalnya memang yang menjadi guru
adalah Nora pendeta tetapi kemudian siswa yang sudah mampu melakukannya secara bergantian ikut mengambil bagian.Akhirnya, dianggap perlu menyediakan guru buat CMCM
ini. Guru yang pertama yaitu : Bakul Ginting Suka Nd. Rasmita dan Perembahen Barus. Dalam perjalanannya, semakin nyatalah yang menjadi tujuan dari CMCM ini yaitu:
47 1. Mengabarkan Kabar Baik.
2. Mengajak dan mendukung agar anak-anak perempuan dapat mengenyam pendidikan. 3. Memberantas poligami.
4, Mengadakan kursus yang berguna untuk anak-anak perempuan gadis dan juga kaum ibu.
CMCM berkembang terus menerus karena mendapat dukungan baik moril maupunmaterial dari raja-raja di Tanah Karo, dan semua yang menjadi pengurus dan guru-
guru terlibat secara aktif.Oleh karena perkembangannya semakin pesat maka berdirilah: 1. CMCM di wilayah Karo Gugung dengan bantuan Raja-raja di Tanah Karo.
2. CMCM di Karo Jahe. Pada tahun 1937 guru CMCM angkatan yang ke-2 ada sebanyak 7 orang yaitu:
1. Hanna Br Munthe 2. Ngendes Br Sembiring
3. Christina Br Meliala 4. Nungkun Br Ginting
5. Nawari Br Tarigan 6. Megiken Br Sinuraya
7. Rehulina Br Ketaren Selanjutnya angkatan yang ke- 3 yaitu :
1. Lemah Br Sinulingga 2. Tendung Br Sinulinga
3. Lidia Br Ginting Suka 4. Martha Br Munthe
5. Martha Br Munthe Karo Jahe 6. Lina Br Munthe
48 7. Perngis Br Brahmana
8. Permisi Br Tarigan 9. Cakap Br Brahmana Karo Gugung
Tanggal 13 Maret 1942 tentera Jepang datang ke Indonesia, semua orang Belandaditangkap, termasuk Pendeta-pendeta Belanda yang diutus oleh badan Zending
kepadamasyarakat Karo. Dalam situasi demikian, pelayanan dan program menjadi terhambatdan mandek. Kemudian pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang mengalami
kekalahan dalam peperangan, di mana kota Nagasaki dan Hirosima hancur dibom atom oleh tentera Sekutu.Maka pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia merdeka, dan selanjutnya
bekas anggotaCMCM mulai melanjutkan perkumpulannya.Beberapa perempuan baik tua dan muda, baik itu yang ada di Kabanjahe maupun yang ada di Berastagi, Surbakti, Pancur
Batu,Sibolangit, Medan yaitu wilayah yang sudah ada jemaat gereja GBKP.Akhirnya banyaklah anggota dari CMCM ini yang mengaku Yesus Kristuslah yangmenjadi
Juruselamatnya dan kemudian menerima untuk dibabtiskan. Demikianlahperempuan kemudian memperlihatkan keaktifan mereka dalam kehidupan berjemaatdengan membuat
dan melaksanakan program: mengunjungi yang berdukacita,mengunjungi anak yang baru lahir, membaca dan menelaah Alkitab, bernyanyi, berdoadan koor. Untuk mendukung
kegiatan ini dan untuk keseragamannya akhirnya merekamembuat kepengurusan perempuan ibu baik itu di wilayah Karo Jahe maupun Karo Gugung.Pengurus-pengurus tersebut terus
menerus melakukan kontak, hubungan Pengurusnya adalah: Bakul Ginting Suka, Nd. Wasti Tarigan, Nd. Sutradara Purba, Truida Girsang, Nd. Julia Bukit, K. Muham,Nd.Felix,
semuanya berharap agar persekutuan kaum ibu ini seragam dan bersatu. Akhirnya mereka inilah semua yang menjadi pengurus Moria GBKP, melalui Majelis
Runggun Gereja diusulkan ke Sidang Synode tahun 1956 diTigabinanga, dibicarakanlah agar ada satu organisasi perempuan. Dalam persidangan initerjadi pro dan kontra tapi
49 keputusannya, sidang merasa baik adanya membuat satuorganisasi ditengah-tengah gereja
GBKP khusus kaum ibu, untuk menjadi satuorganisasi yang baik dan teratur supaya persekutuan ini tidak jauh dari GBKP tapi didalam GBKP. Dan tujuan lain supaya kegiatan
kaum ibu dapat bersatu dan mendukungaktivitas perempuan. Kemudian untuk realisasi persetujuan sidang tersebut makasinode GBKP menunjuk Gr. Ag.Rachel Sinuraya untuk
mempersiapkan rencanapertemuan dan mempersiapkan anggaran dasarnya.
A. Terbentuknya Persekutuan dan Kepengurus Moria I
Tanggal 16 Oktober 1957 diundanglah kaum ibu untuk hadir dalam suatu pertemuan.Pada saat ini hadir 54 orang dan mereka bersukacita menerima hasil Sidang Sinode yang
menganjurkan adanya persekutuan kaum ibu. Yang menjadi inti percakapannya adalah:
1. Nama
Berbagai macam nama yang ditawarkan serta dicari dari Alkitab khususnya nama- nama perempuan yang aktif dan baik. Namun akhirnya diusulkan oleh Gr. Ag. Bp.
Gabriel Pdt. J. Brahmana agar diberi nama‘MORIA’nama satu gunung di Palestina,
dimana Abraham mempersembahkan Ishak anaknya kepada Tuhan 2.
Pemilihan Dewan Pengurus Pusat DPP yang pertama Periode 1957-1960 yaitu:
Ketua I : Nd. Rasmita br Ginting Suka.
Ketua II : Nd. Wasti br Sahing
Sekretaris I : Nd. Sutradara Bastanta br Purba.
Sekretaris II : Kumpul br Muham
Bendahara I : Nd. Julia br Bukit.
Bendahara II : Terima br Manik
Pembantu-pembantu : Nd. Felix br Sembiring
50 Nd. Engkelini br Ketaren
Nd. Datten br Karo Setelah pemilihan maka mereka melaksanakan program yaitu:
1. Tanggal 19 Desember 1957 membuat Natal Moria se-GBKP di Kabanjahe 2. Bulan April 1958 meresmikan Moria Cabang Kabanjahe
3. Setiap tiga bulan sekali mengadakan pertemuan dengan istri-istri Pendeta dan juga dengan Penetua yang perempuan untuk mengevaluasi kegiatanyang sudah berlalu dan
merencanakan kegiatan yang akan datang dalam organisasi Moria ini 4. Pada tanggal 20 April 1958, meresmikan Moria Cabang Surbakti
5. Pada tanggal 26 Desember 1958, merayakan Natal Moria se-GBKP di Surbakti 6. Membuat Kebaktian Hari Doa Sedunia di Kabanjahe
7. Membuat usaha untuk kas DPP Moria, yakni menjahit yang bahan kainnya diberikan olehMewrow Treffers dan yang menjahit adalah Moria Kabanjahe
8. Pada tanggal 26 Desember 1959, merayakan Natal Moria se-GBKP di Pancur Batu
B. PERIODE 1960-1963
Kemudian pada tanggal 16 Oktober 1960 dilakukanlah Kongres Moria yang I di Kabanjahe, sekaligus pemilihan pengurus Pusat Moria Periode 1960 – 1963, dan terpilihlah:
Ketua I : Nd. Felix br Sembiring
Ketua II : Kumpul br Muham
Sekretaris I : Nd. Simson br Manik
Sekretaris II : Nd. Amatius br Barus
Bendahara I : Nd. Engkelini br Ketaren
Bendahara II : Nd. Willem br Manik
Pembantu-pembantu : Nd. Persadan br Ketaren
51 Melanjutkan program periode sebelumnya maka pada periode ini dilakukanlahbeberapa
program yaitu: 1.
Menambah Moria cabang 2.
Pusat Moria ditentukan yaitu pusat GBKP 3.
Dasar, dan tujuan Moria 4.
Program Moria, umpamanya : PA Moria dilakukan sekali seminggu, koor,kursus, ceramah, berdiakonia sosial ke Panti Asuhan, menjajaki hubungandengan organisasi
perempuan baik didalam maupun di luar negeri sertamembela dan memperjuangkan hak- hak dan kedudukan bagi kaumperempuan
5. Pada tahun 1962 dilaksanakanlah Perayaan Hari Pentakosta
6. Sehubungan karena dibutuhkannya Pendeta dalam melayani Moria makadiangkatlah
Pdt.M.Barus mejadi Pendeta Moria setelah ia meninggaldigantikan oleh Pdt.P.Sitepu, dan juga Gr.Ag.Rachel br Sinuraya menjadi guruMoria sejak tanggal 6 Nopember 1960
7. Pada periode ini terjadi pendelegasian tugas oleh karena ada beberapa pengurus yang
pindah karena sekolah dan pindah rumah karena situasi.
C. PERIODE 1963-1966
Tanggal 16 Oktober 1963, dilakukanlah Kongres Moria ke II di Kabanjahe,dan terpilihlah yang menjadi Dewan Pengurus Pusat Periode 1963 – 1966 yaitu :
Ketua I : Nd. Rasmita br Ginting Suka.
Ketua II : Nd. Wasti br Sahing
Sekretris I : Nd. Sutradara Bastanta br Purba.
Sekretaris II : Nd. Jenny br Tarigan
Bendahara I : Nd. Idaman br Ginting.
Bendahara II : Dapetten br Karo
a. Seksi Kerohanian : Gr. Ag. Rachel br Sinuraya
52 b. Seksi Koor
: Nr. Pdt. YP Sibero. Gr. Ag. Rachel br Sinuraya
c. Seksi Menjahit : Nd. Engkelini br Ketaren d. Seksi Kesehatan : Nr. Pdt. P. Bukit
Nr. Pdt. Sidabuttar e. Seksi Penerangan : Nd. Idaman br Ginting
Nd. Jenny br Tarigan f. Seksi Sosial
: Nd. Sinar br Sembiring Sidang Synode tahun 1964 di Pematang Siantar dan Keputusan Sidang Moderamen, maka
Nr. Pdt. YP Sibero J. Rampengan diangkat menjadi pegawaihonorer di GBKP yang bekerja khusus dalam pelayanan khusus kepada Moria GBKP.
a. Pada periode ini yang menjadi program adalah :
Diakuinya bahwa hanya Moria yang menjadi satu-satunya organisasiperempuan di GBKP.
1. Membuat struktur Organisasi Moria
2. Mencetak Anggaran Dasar Moria
3. Membuat kelender Moria
4. Moria se-GBKP memberikan bantuan dan dukungan kepada tenaga Pendeta yang
melayani di Moria 5.
Mengadakan perkunjungan ke Moria di daerah-daerah 6.
Zr. Elisabet Zoller dan Zr. Erika Polkem di kirim dari Jerman oleh VEM yangsecara khusus melayani di Moria dan sekali gus masuk kedalam struktur DPP
Moria 7.
Mendukung dan memberi beasiswa bagi mahasiswa Teologia di Jakartadengan mengadakan kebaktin Pemuda di Jakarta, sebesar Rp. 5000,-
53 8.
Mengumpulkan pakaian untuk Nora-nora yang sudah janda dan Gr. Agamayang sudah tua juga untuk anak yatim piatu di Lau Simomo
9. Membuat sejarah singkat Moria untuk Jubelium
10. Menetapkan maka kongres Moria diadakan 5 tahun sekali
D. PERIODE 1966-1971
Bulan Oktober 1966 diadakan Kongres Moria yang ke III di Kabanjahe dan terpilih pengurus Pusat Moria Periode 1966 – 1971 yaitu :
Ketua I : Nr. Pdt. YP Sibero.
Ketua II : Nd. Rasmita br Ginting Suka
Sekretaris I : Nd. Sutradara Bastanta br Purba
Sekretaris II : Nd. Felix br Sembiring Bendahara I : Nd. Johari br Sinulingga
Bendahara II : Nd. Idaman br Ginting Anggota
: Nd. Christiany br Barus Nd. Persadan br Ketaren
Nd. Luther br Purba Program yang dilakukan selain yang sudah menjadi kegiatan rutin adalah :
1. Menyempurnakan Anggaran Dasar Moria 2. Cabang Moria dibuat sesuai dengan Klasis, oleh karenanya ada 4 yaitu : Cabang Klasis
Medan, Cabang Klasis Sibolangit, Cabang Klasis Kabanjahe, Cabang Klasis Tigabinanga cabang-cabang yang suda ada sebelumnyamenjadi ranting dan pergantian pengurus
diadakan setahun sekali 3. Iuran Moria 50 diperuntukkan menjadi kas ranting dan 50 lagi untuk kas Moria
Cabang dan DPP
54 4. Membuat buku ‘Turi-turin Moria’ dan tafsirannya untuk buku bimbingan PA Moria se
GBKP. 5. Pada bulan Agustus 1969 Nr. Pdt.YP Sibero dan Nd. Johari menghadiri pertemuan Wanita
Gereja anggota DGI di Sukabumi 6. Memberikan bingkisan yaitu sarung untuk Nora Pdt, Guru yang sudah jandadan juga
kepada Pendeta dan Guru yang sudah pensiun serta memberikanberas untuk anak-anak di Panti Asuhan Gelora Kasih pada waktu Natal Moria se-GBKP
7. Menyusun sejarah singkat Moria GBKP pada tanggal 11 September 1970dalam rangka HUT Moria
8. Menyusun 17 lagu-lagu Moria 9. Membuat selebaran tentang makanan, bayi sehat, kebersihan rumah tanggauntuk
memberikan pengetahuan untuk anggota Moria 10. Membuat buku kecil tentang cerita Natal dan pantun tentang kabar baik
11. Membuat dan memberikan hadiah kepada Pendeta dan Guru Agama yang ditabiskan.
E. PERIODE 1971-1976
Tanggal 20 Oktober 1971 diadakanlah Kongres ke IV di Kabanjahe,terpilihlah Pengurus baru
Periode 1971 – 1976 yaitu :
Ketua I : Nr. Pdt. YP Sibero
Ketua II : Nd. Felix br Sembiring
Sekretaris I : Nd. Sari br Pelawi.
Sekretaris II : Nd. Tonny br Manik
Bendahara I : Nd. Johari br Sinulingga.
55 Bendahara II
: Nd. Norma br Ginting Anggota-anggota
: Nd. Idaman br Ginting Nd. Sutradara B. br Purba
Nd. Engkelini br Ketaren a. Seksi Koor : Nd. Idaman br Ginting.
Nd. Jenny br Tarigan b. Seksi Kerohanian : Nd. Christiany br Barus
Nr. Pdt. YP Sibero c. Seksi Sosial
: Nd. Bahtera br Sinulingga Nd. Sinar br Brahmana
Program-program yang dilakukan selain yang sudah menjadi programrutin, adalah : 1.
Mengunjungi penderita penyakit kusta di Rumah Sakit Lau Simomo 2.
Ikut turut ambil bagian pada waktu memasuki asrama baru PAK Gelora Kasih 3.
Memberikan uang saku setiap bulan untuk 2 orang tamatan KWK yang bekerja di PAK Gelora Kasih. Serta secara bergiliran anggota Moria melakukan perkunjungan
4. Tahun 1975 Nr.YP Sibero mengikuti Pertemuan Raya Wanita Gereja anggota PGI di
Sukabumi 5.
Mengikuti latihan kepemimpinan Wanita di PPWG Kabanjahe yang diadakan oleh DGW Sumut Aceh
6. Menghadiri Sidang Raya DGI di Salatiga Jawa Tengah
7. Gr.Ag.Dalansip menjadi pegawai Moria dan KWK
8. Pada tahun 1976, Zr. Edelgard dan Paulina br Ginting, mengunjungi Moria yang ada di
Jakarta sekali gus memberikan ceramah
F. PERIODE 1976-1981
56 Tanggal 6 - 7 Nopember 1976 dilakukanlah Kongres Moria ke V di Zentrum Kabanjahe.
Dan pada saat ini istilah seksi berubah menjadi Departemen.Yang terpili menjadi DPP Moria Periode 1976 – 1981 adalah:
Ketua I : Nr. Pdt. YP Sibero
Ketua II : Nd. Felix br Sembiring
Sekretaris I : Elisabeth Sembiring SH.
Sekretaris II : Gr. Ag. Dalanship br Tarigan
Bendahara I : Nd. Johari br Sinulingga.
Bendahara II : Nd. Norma br Ginting
Anggota-anggota : Pt. Dra. K. Muham
Nd. Pintauli br Bangun Nd. Linda br Barus
Departemen Diakonia Sosial : Ketua
: Nd. Kawal br Purba. Anggota
: Nd. Sinar br Brahmana Departemen Kerohanian :
Ketua : Zr. Elisabeth Zoller
Anggota : Nr. Pdt. YP Sibero
Nr. Pdt. M. Sinulingga Nd. Christiany br Barus
Departemen Pendididkan Kesehatan : Ketua
: Pt. Dra. K. Muham Anggota
: Nr. Pdt. Bebas Ginting Ny.Batur Ginting br Barus
Anggota Pleno :Nr. Pdt. M. Sinulingga Kabanjahe
57 Nd. Kawal br Purba Medan
Nd. Janta Lubuk Pakam Nd. Oktavianus Sibolangit
Nd. Amri br Ginting Tigabinanga Nd. Pengarapen Tigalingga
Nr. Pt. Silangit Binjai Nd. Surya Sidikalang
G. PERIODE 1981-1986
Kemudian pada tanggal 7-8 Nopember 1981 dilaksanakanlah Kongres Moria yang ke VI dan ditentukan yang menjadi pengurus Moria pada Periode 1981 – 1986 yaitu :
Ketua I : Nr. Pdt. YP Sibero
Ketua II : Elisabeth br Sembiring SH
Ketua III : Nr. Gr. Ag. BG Munthe.
Sekretaris I : Nd. Abram Elsa, SH
Sekretaris II : Dalanship br Tarigan, BA
Bendahara I : Nd. Imanuel br Tarigan.
Bendahara II : Nd. Johari br Sinulingga
Pembantu-pembantu : Dra. K. Muham. Nd. Linda br Barus
Nd. Persadan br Ketaren Seksi-seksi :
a. Departemen Kerohanian :
Nr. Pdt. BG Munthe Dalanship br Tarigan BA
Zr. Edelgard Abram
58 Nr. Pdt. YP Sibero
b. Departemen Pendidikan Kesehatan : dr. Nerseri br Barus
Nd. Linda br Barus c. Departemen Sosial Diakonia :
Nd. Herman Nd. Maria Sembiring
d. Departemen Koor : Nd. Sari br Tarigan.
Nd. Idaman br Ginting e. Departemen Usaha :
Nd. Johari br Sinulingga Nd. Norma br Ginting
Program yang dilakukan selain yang sudah rutin, yaitu: 1.
Memperbaharui Anggaran Dasar Moria 2.
Membuat Orientasi Peranan Nora-nora PKPW Pelayan Khusus Penuh Waktuse-GBKP, dengan materi: membuat taman bacaan, Credit Union C.U, TKpemeliharan anak TK
GBKP sebagai hasil dari Orientasi peranan Nora-nora 3.
Memperjuangkan Pendeta perempuan dapat menjadi personalia GBKP.
H. PERIODE 1986-1991
Tanggal 21 – 23 Nopember 1986 di Kabanjahe diadakanlah Musyawarah Pelayanan MUPEL Moria GBKP yang ke VII dan terpilihlah kepengurusan Moria Periode 1986 -
1991yaitu : Ketua Umum
: Nr. Pdt. YP Sibero membawahi: organisasi, administrasi dan keuangan
59 Ketua
: Nr. Pdt. A. Ginting Suka membawahi : kerohanian,kesehatan, pendidikan, koor
Ketua : Nd. Vera Pandia
membawahi :diakoni, sosial, usaha Sekretaris Umum
: Nd. Endon Tarigan. Sekretaris
: Nd. Linda br Barus Bendahara Umum
: Nd. Imanuel Bukit. Bendahara I
: Nr. Pdt. S. Barus Bendahara II
: Nd. Norma br Ginting Pembantu Umum :
Nd. Abram Elsa br Tarigan, SH Nd. Elia Sebayang
a. Departemen Kerohanian :
Zr. Edelgard Abram Pdt. Rosmalia L.Barus
b. Departemen PendidikanKesehatan : Dk. Nd. Eva Ginting br Barus
Nr. Pdt. N. Keliat c. Departemen Koor :
Nd. Idaman br Ginting Nd. Sari br Tarigan
d. Departemen Diakonia Sosial : Nr. Pdt. BG Munthe
Nd. Maria Sembiring e. Departemen Usaha :
60 Nd. Romeo br Tarigan
Nd. Kristina br Ginting Program :
1. Meminta kepada Moderamen GBKP agar ada Pendeta perempuan yangpenuh waktu
melayani di Moria GBKP 2.
Mengadakan sosialisasi tentang DOGSW Dasawarsa Oikumene Gereja-gereja yang Solidaritas dengan Perempuan yaitu tentang ketimpangan perlakuanterhadap perempuan
akibat budaya.
Mengikuti Pertemuan di Surabaya I. PERIODE 1991-1995
Selanjutnya pada tanggal 13-15 September 1991 dilaksanakan kembali Musyawarah Pelayanan MUPEL yang ke VIII dan terpililah Pengurus pada Periode 1991 – 1995yaitu :
Ketua Umum : Pdt. Ny. Marie Roeroe, STh Ketua I
: Ny. Rasmita T.Pandia Peranginangin Ketua II
: Ny. Rehulina br Barus Ketua III
: Ny. Pagit Maria br Tarigan, SH
61 Sekretaris Umum : Pdt. Rosmalia L Barus
Sekretaris : Ny. Gudang Bertha br Purba
Bendahara Umum : Ny. Aman Riana br Ginting Bendahara
: Pt. Ny. Bodan Ratna br Ginting Bendahara II : Nd. Norma br Ginting
Pembantu Umum : Ny. Naberi br Tarigan
Dk. Rungun br Barus Ny. Nerseri br Tarigan
a. Departemen Kerohanian : Ny. Semangat br Sinulingga
Ny. Endalit Barus b. Departemen Pendidikan:
Pt. Dra. K. Muham Ny. Wallia Keliat Liman, STh
c. Departemen Koor : Ny. Elisabeth br Tarigan, BA
Ny. Peraten br Tarigan d. Departemen Sosial :
Ny. Dra. Ruth Gurusinga Ny. Surung Sitepu br Ginting
e. Departemen Usaha : Dra. Anna br Purba, MS
Program yang menonjol pada periode ini yaitu :
62 1.
Anggaran Dasar di namai dengan P2P dan sistematikanya diperbaharui sesuaidengan kebutuhan dan perkembangan Moria
2. Membuat pertemuan dengan Moria yang terpilih menjadi Pertua, Diaken diGBKP untuk
mendapatkan pengetahuan tentang Kesadaren Gender dan jugaketerampilan-ketrampilan yang lainnya.
J. PERIODE 1995-2000
Seperti biasanya lima tahun sekali diadakanlah MUPEL dan pada tahun 1995 yang ke IX dan terpilihlah Pengurus Pusat Moria Periode 1995 – 2000 yaitu:
Ketua Umum : Pdt. Ny. Marie Roeroe, STh Ketua
: Ny. Walia Keliat Liman Ketua
: Ny. Pagit Maria Tarigan, SH Ketua
: Ny. Rasmita Pandia br Pranginangin Sekretaris Umum : Pdt. Ny. Rosmalia L. Barus
Sekretaris : Peraten br Ginting
Bendahara Umum : Ny. Aman Riana Barus br Ginting. Bendahara : Pt. Ny. B. Ratna Tarigan br Ginting
Bendahara II : Nd. Norma br Ginting Pembantu Umum:
Pt. Ny. Naberi Ginting - Tarigan Ny. Peraten Sembiring - Tarigan
Ny. Surung Sitepu Ginting a. Departemen Kerohanian :
Pdt. Ny. Merry Tarigan–Tatuwo STh Ny. Endalit Bangun - Barus
b. Departemen Pendidikan :
63 Ny. Cirem Sembiring - Ginting
Kesehatan Dr. Srimawaty Ginting - Sembiring c. Departemen Koor :
Ny. Elisabeth Sitepu – Tarigan BA Seni Budaya Ny. Teringet Ginting – Barus
d. Departemen Diakonia : Dra.Ny. Ruth Munthe - Gurusinga
Sosial: Ny. Manis D Sinulingga - Sembiring e. Departemen Usaha :
Ny. Sempat Malem Pandia - Keliat Drg. Ny. Rose Enny Sitepu – Ginting
MUPEL Moria GBKP 1995
Program yang menonjol pada periode ini adalah: 1.
Mengadakan TOT Trainning Of Trainners tentang Kesadaran Gender agar dapat melatih ke Klasis
2. Membuat pelatihan-pelatihan ketingkat Klasis tentang Kesadaran Genderdimana
perempuan dan laki-laki setara sebagai ciptaan Tuhan
64 3.
Membuat program dalam bentuk kursus agar Moria perempuan semakinmampu untuk memimpin PA Pendalaman Alkitab dan dalam berorganisasi
4. Membuat program pemberdayaan terhadap perempuan baik itu didalamkeluarga, gereja
dan ditengah-tengah masyarakat
K. PERIODE 2000-2005
Tanggal 14 – 17 Juli 2000 diadakan kembali Musyawarah Pelayanen MUPEL yang ke X setelah lima tahun kepengurusan Moria, di Retreat Center Sukamakmur dan yang terpilih
menjadi Badan Pengururs Pusat Moria GBKP Periode 2000 – 2005 yaitu: Ketua Umum
: Pdt. Rosmalia L. Barus Ketua I
: Pagit Maria Tarigan, SH Ketua II
: dr. Srimawaty br Sembiring Ketua III
: Pt. Naberi br Tarigan Sekretris Umum
: Pdt. Jennie Elliyani Keliat Sekretaris
: Peraten br Ginting Bendahara Umum
: Pt. Bodan Ratna br Ginting Bendahara
: Pt. Marina br Tarigan Pembantu Umum
: Rasmita br Sukatendel a. Departemen Persekutuan :
Pdt. Sabarita Magdala br Munthe Gr. Ev. Peken Pardis br Ginting
b. Departemen Pelayanan : Manis Dahliana br Sembiring
Drg. Ratna br Sitepu c. Departemen Kesaksian :
Pt. Teringet br Barus
65 Pt. Peraten br Tarigan
d. Departemen Usaha : Drg. Rose Enny K br Ginting Jawak
Lina br Sinulingga Pengurus Moria GBKP Periode 2000-2005
Pelayanan yang menonjol pada periode ini adalah: 1.
Sosialisasi Dekade Mengatasi Kekerasan baik itu melalui buku PA Moria dan juga melalui Pelatihan ke klasis-klasis
2. Mendirikan Crisis Center Moria sebagai satu wadah untuk pendampingan teradap korban
kekerasan khususnya perempuan dan perempuan yang mengalami penderitaan 3.
Mengadakan pelayanan terhadap aron yang ada di Berastagi sekitar, yang diperkirakan ada sekitar 7000 orang. Dan nama persekutuan ini adalah ACA Aku Cinta Aron
4. Membuat pelatihan tentang Membaca Alkitab dengan Mata Baru MAdMB baik itu
kepada Moria dan juga kepada Pendeta GBKP yang laki-laki dan perempuan
L. PERIODE 2005-2010
Tanggal 23-26 Juni 2005 bertempat di Retreat Center Sukamakmur diadakanlah Musyawarah Pelayanan Lengkap MUPEL yang ke XI dan terpilihlahbadan Pengurus
Moria GBKP Periode 2005-2010. Ketua Umum
: Pdt. Jennie E. Keliat Ketua Bid. Kesaksian : Ir. Nesti Rostina Saragih
Ketua Bid.Persekutuan: Dra. Tini Sembiring Ketua Bid. Pelayanan : dr. Serimawati Sembiring
Sekretris Umum : Pdt. Suenita Sinulingga
Sekretaris : Ir. Aritha Tarigan
Bendahara Umum : Pt. Bodan Ratna br Ginting
66 Bendahara
: Hartalina br Sembiring, BA Pembantu Umum
: Dra. Bancilit br Ginting a. Departemen Persekutuan :
Pt. Naberi br Tarigan Pdt. Larena br Sinuaji
b. Departemen Pelayanan : Pt. Peraten br Tarigan
Drg. Ratna br Sitepu c. Departemen Kesaksian :
Dra. Frida Deliana Harahap, MSi Agustina br Sinulingga, SE
Program yang dilakukan sampai saat ini, selain program rutin adalah : 1.
Meningkatkan pelatihan untuk Song Leader dan Dirigen Paduan Suara untukkebaikan cara bernyanyi pada saat kebaktian
2. Mengembangkan pelayanan terhadap aron hingga ke wilayah Kabanjahe sekitar
3. Mengintensifkan dan memaksimalkan pelatihan Pastoral Counseling, untuk
pemberdayaan anggota Moria menjadi konselor baik itu didalam keluarga, gereja maupun masyarakat
4. Membuat baju seragam Moria yang baru dengan warna peach otak udang.
Sejak Injil diberitakan di Karo pada tahun 1890, tanggung jawab sosial adalah bahagian dari pekabaran Injil itu sendiri. Oleh karena itu pembangunan masyarakat,
peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi, selalu dilihat sebagai salah satu tugas panggilan Gereja. Guna mencapai tujuan itu Gereja telah membangunsekolah-sekolah dan
membuat kursus-kursus serta membangun fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan masyarakat.
67 Salah satu kegiatan kursus yang telah lama dibuat Gereja adalah kursus keterampilan untuk
wanita. Kursus ini pada mulanya diorganisir oleh CMCM Christelyke Meisyes Club Maju. Perkembangan zaman kursus-kursus lebih ditingkatkan mutunya. Hal itu disadari oleh
GBKP bekerja sama dengan lembaga UEM di Jerman melalui koordinasi tenaga missioner UEM yang ada di GBKP, pdt. W. Grothaus, dengan bantuan dana dari BFDW, dibangunlah
gedung KWK-GBKP Berastagi. Dan sebagai langkah persiapan sebelum pembangunan gedung, pada tahun 1967 diutuslah Paulina Ginting belajar ke Jerman. Disana ia belajar
Alkitab dan usaha pendidikan wanita. Pada tahun 1970 ia kembali ke Indonesia setelah menamatkan pendidikannya. Setelah kembali ke Indonesia dan setelah persiapan-persiapan
lainnya seperti gedung selesai dibangun, akhirnya pada tangal 2 Februari 1971, Pendidikan Kursus Wanita Karo GBKP dibuka dengan resmi, dengan kebaktian yang dipimpin oleh Pdt.
J. Brahmana di Gereja Berastagi. Kebaktian ini disamping kebaktian pentahbisan gedung KWK, juga sebagai pembukaan kursus pertama yang dihadiri sekitar 40 orang peserta wanita.
Tujuan dari KWK ini adalah pendidikan kursus, untuk mningkatkan peran wanita dalam keluarga, sebagai wanita ibu rumah tangga yang baik untuk keluarga. Tujuan ini
dicapai melalui dua bidang kurikulum kursus selama sembilan bulan. Bidang itu adalah: 1.
Pendidikan Iman Kristen Bidang ini terutama diberikan melalui pembelajaran, pengetahuan Alkitab, etika
Kristen, dan iman Kristen dalam kehidupan keluarga. 2.
Kesejahteraan keluarga Bidang ini terutama diberikan melalui pelajaran-pelajaran, pengetahuan tentang
keterampilan, kebersihan, gizi, masak-memasak, menjahit, pendidikan anak serta pertanian. Harapan kursus ini adalah sekembalinya mereka ke keluarga, mereka lebih mempunyai
persiapan dalam keluarga, terutama nanti apabila mereka telah berkeluarga. Keluarga mereka
68 diharapkan sebagai keluarga Kristen yang baik dan sejahtera. Sebagai Direktris Pimpinan
Pertama dari KWK ini adalah Paulina Ginting, dengan dibantu Zuster Erika sebagai pembina, serta staff pengajar full time, Murni Barus, Sinta Gurusinga, dan tenaga-tenaga honor dari
luar. Tahun pertama pendidikan ini cukup berhasil dilihat dari peminat yang selalu
bertambah banyak. Namun oleh perubahan zaman, peminat pada akhirnya semakin berkurang. Masalah pengangguran dan drop out, merupakan central issue di pedesaan. Oleh
sebab itu pengembangan sumber daya manusia di kewiraswastaan dilihat sebagai jawaban atas masalah tersebut. Untuk itu pada tahun 1980, dibuatlah perencanaan kurikulum baru
yang lebih menekankan pendidikan inti di bidang keterampilan untuk berwiraswasta. Dilengkapi pendidikan umum, pelajaran tentang Alkitab, mengajar sekolah Minggu, dan
kehidupan keluarga Kristen. Dalam bidang kewiraswastaan, diberikan keterampilan, yakni: 1.
Menjahit 2.
Merangkai bunga 3.
Salon kecantikan 4.
Masak-memasak 5.
Kewiraswastaan Keterampilan yang diajarkan sampai pada tingkat peserta mampu memanfaatkannya
untuk membuka usaha kecil. Dalam tahun 1981 dibukalah kursus pertama untuk program ini. Sampai sekarang telah tamat sebanyak 253 orang. Mereka ini telah banyak yang
berwiraswasta dalam bidang usaha menjahit, salon, dan warung. Sejak 1989 bidang menjahit telah dikembangkan dengan bidang bordir. Pelatih untuk bidang ini telah mendapat
pendidikan khusus selama 9 bulan di Kinasih Bogor, yayasan yang dipimpi oleh Ibu Radius Prawira. bidang ini dikembangkan dalam rangka mengingat program Pemerintah dalam
kepariwisataan.
69 Di Berastagi, dengan Tahuranya, pasti akan menjadi objek pariwisata yang dikunjungi
turis dari manca negara. Dalam rencana, bentuk bordiran yang diterapkan adalah dikombinasikan budaya Karo, dengan kekhasan dari daerah lain. Sebagai tindak lanjut dalam
mendukung tamatan KWK untuk berusaha maka diprogramkan beberapa penunjang: 1.
Memberikan kredit usaha bagi mereka yang tidak mampu tetapi sungguh-sungguh mau berusaha melalui suatu seleksi.
2. Pertemuan tahunan tamatan KWK untuk membagi pengalaman berusaha guna
mendorong teman-teman. 3.
Staff KWK mengunjungi tamatan-tamatan KWK untuk melihat keadaan mereka. Pada saat ini peserta kursus angkatan ke-II 1991 ada sebanyak 36 orang: 30 orang siswi baru, 6
orang adalah melanjut dari menjahit belajar bordir.
70
71
72
4.1.2. Visi Misi Lembaga
1. Visi Lembaga
Adapun visi yang ditetapkan KWK-GBKP adalah sebagai berikut: 1.
Meningkatkan kesetaraan gender dan kualitas hidup perempuan. 2.
Meningkatnya kualitas hidup perempuan
2. Misi Lembaga
Dengan memperhatikan visi tersebut, maka dirumuskan misiKWK-GBKP adalah
sebagai berikut:
1. Penjemaatan tentang program KWK kepada seluruh jemaat GBKP
2. Mengadakan kursus yang meliputi menjahit, memasak, kecantikan, merangkai
bunga, bahasa inggris, kursus komputer 3.
Pengadaan dan pelatihan guru sehingga mempunyai kemampuan untuk mendidik murid dengan berkualitas
4. Monitoring dan reuni siswi yang telah selesai dan kembali ke masyarakat
73
4.1.3. Strategi
1. Meningkatkan akses dan partisipasi perempuan dalam pembangunan
2. Meningkatkan perlindungan perempuan dari kekerasan
3. Meningkatkan perspektif gender dalam proses pembangunan kota
4.2. Kursus Wanita Karo Gereja Batak Karo Protestan KWK-GBKP
4.2.1. Kondisi Geografis KWK-GBKP
Kursus Wanita Karo Gereja Batak Karo Protestan KWK-GBKP berada di Jalan Udara Berastagi, Tanah Karo.Adapun batas wilayah Kursus Wanita Karo Gereja Batak Karo
Protestan KWK-GBKP terdiri dari: Sebelah Utara
: GBKP Runggun Jl. Udara, Berastagi Sebelah Selatan
: Jambur Taras Sebelah Barat
: Pasar Berastagi Sebelah Timur
: Desa Gajah
4.2.2. Kondisi Demografis KWK-GBKP
Jumlah pengurus KWK-GBKP ada 4 orang.Jumlah pengungsi yang saat ini berada di KWK-GBKP ada 178 orang, terdiri dari 92 orang laki-laki, 86 orang perempuan. Sedangkan
jumlah penduduk menurut suku, umur, agama, pekerjaan, pendidikan adalah sebagai berikut:
74
Tabel 4.1
Jumlah pengungsiperempuan menurut suku: No.
Suku Jumlah
1 3
3 Jawa
Batak Karo
5 18
63 Jumlah
86
Tabel 4.2
Jumlah pengungsiperempuan menurut umur: No.
Umur Jumlah
1 2
3 4
5 0-4 tahun
5-14 tahun 15-24 tahun
25-55 tahun 56 tahun ke atas
11 20
23 29
3 Jumlah
86
75
Tabel 4.3
Jumlah pengungsiperempuan menurut agama: No.
Agama Perempuan
1 2
3 4
5 Islam
Protestan Katolik
Budha Hindu
5 72
9
Jumlah 86
Tabel 4.4
Jumlah pengungsiperempuan menurut
pekerjaan: No.
Pekerjaan Perempuan
1 2
4 5
6 7
Pegawai negeri Pegawai swasta
Buruh Pensiunan Pegawai Negeri
Petani Pelajar
2
1 8
36 37
Jumlah 86
Sumber : kwkgbkp.go.id
76
BAB V ANALISIS DATA
5.1. Pengantar
Bab ini akan membahas mengenai data-data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan di lapangan melalui wawancara dengan informan. Melalui hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh peneliti di lapangan yaitu melakukan teknik observasi dan wawancara mendalam dengan informan, peneliti berhasil mengumpul data informasi mengenai Program
Pemberdayaan Perempuan Kursus Wanita Karo Gereja Batak Karo Protestan KWK-GBKP pada Perempuan Pengungsi Sinabung Kecamatan Payung Kabupaten Karo. Pengumpulan
data dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu: 1.
Penelitian dilakukan atau diawali dengan mengumpulkan beberapa dokumen dari KWK- GBKP Berastagi mengenai pelaksanaan program pemberdayaan perempuan yang ada
disana.
2. Melakukan diskusi terbuka dengan dan bertemu langsung dengan pengurus KWK-GBKP
Berastagi, yakni Pdt. Jenni selaku ketua BPP Moria dan juga koordinator KWK-GBKP dalam proses penelitian informan dan mengetahui latar belakang Pdt. Jenni selaku
informan tersebut.
3. Melakukan pengamatan dan observasi di lingkungan tempat pelaksanaan program
pemberdayaan perempuan yang ada di KWK-GBKP Berastagi. Peneliti membuat catatan di lapangan untuk mengetahui informasi mengenai pelaksanaan program pemberdayaan
perempuan yang ada di KWK-GBKP Berastagi dalam memberdayakan perempuan
pengungsi Sinabung.
Informan yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 6 orang.Informan kunci adalah Ketua BPP Moria sekaligus koordinator KWK-GBKP, informan utama adalah
77 seorang perempuan remaja, ibu rumah tangga, dan seorang perempuan lansia, dan
informan tambahannya adalah suami dari ibu rumah tangga dan perempuan lansia.Informan kunci berperan sebagai penghubung antara peneliti dengan informan
utama dan tambahan.Informan kunci dalam penelitian ini sekaligus sebagai sumber informasi mengenai pelaksanaan program pemberdayaan perempuan.Untuk memperoleh
data mengenai pelaksanaan program pemberdayaan perempuan pengungsi Sinabung oleh KWK-GBKP, peneliti melakukan wawancara mendalam dengan informan utama dan
informan tambahan. Informan kunci dalam penelitian ini adalah Ketua BPP Moria sekaligus koordinator
KWK-GBKP Berastagi yaitu Pdt. Jenni Eliyani Keliat.Informan utama adalah 3 pengungsi perempuan di KWK-GBKP, yakni Efriyani remaja, Bu Sarianna dewasa,
dan Karo Aminah lansia.Selanjutnya yang menjadi informan tambahan adalah Pak Kasim Sembiring selaku suami dari Bu Sarianna, dan Bulang Benteng Pandia selaku
suami dari Karo Aminah.
5.2 Hasil Temuan