25
seseorang atau sekelompok orang lain dengan prinsip dan teknik yang memastikan motivasi, disiplin dan produktivitas sehingga dapat mempengaruhi
moral dan kepuasan kerja agar tercapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.
2. Sifat-Sifat Pimpinan
Menurut Kartono 2011;47 sifat-sifat pemimpin terdiri dari : 1.
Kekuatan Kekuatan badaniah dan rohaniah merupakan syarat pokok bagi pemimpin
yang harus bekerja lama dan berat pada waktu-waktu yang lama serta tidak teratur dan ditengah-tengah situasi yang sering tidak menentu.
2. Stabilitas Emosi
Pemimpin yang baik itu memiliki emosi yang stabil, artinya seorang pemimpin tidak mudah tersinggung perasaan dan tidak meledak-ledak
secara emosional. 3.
Pengetahuan tentang relasi insani Seorang pemimpin harus menunjukkan dan mengembangkan semua bakat
serta potensi anggotanya, untuk bersama-sama maju dan merasakan kesejahteraan.
4. Kejujuran
Pemimpin yang baik harus memiliki kejujuran yang tinggi, yaitu jujur pada diri sendiri dan pada orang lain terutama bawahannya.
5. Objektif
Pertimbangan pemimpin itu harus berdasarkan hati nurani yang bersih, supaya objektif tidak subjektif, berdasarkan prasangka sendiri.
26
6. Dorongan Pribadi
Keinginan dan kesesuaian untuk menjadi pemimpin itu harus muncul dari dalam hati dan sanubari sendiri.
7. Keterampilan Berkomunikasi
Pemimpin diharapkan mahir menulis dan berbicara, mudah menangkap maksud orang lain, cepat menangkap esensi pernyataan orang luar dan
mudah memahami maksud para anggotanya. 8.
Kemampuan Mengajar Pemimpin yang baik diharapkan dapat menjadi guru yang baik bagi
bawahannya, mengajar secara sistematis dan intensional pada sasaran tertentu, guna mengembangkan pengetahuan dan keterampilan para
pengikutnya. 9.
Keterampilan Sosial Seorang pemimpin harus dapat bersikap ramah, terbuka dan mudah
menjalin persahabatan berdasarkan rasa saling percaya dan mempercayai. 10.
Cakap secara teknis dan manajerial Pemimpin harus superior dalam satu atau beberapa kemahiran teknis
tertentu, juga memiliki kemahiran menajerial untuk membuat rencana, mengelola, menganalisis keadaan, dan membuat keputusan yang baik.
3. Peran Pimpinan
Menurut Mintzberg 2009 dalam tulisannya yang berjudul ‘The Manager’s Job: Folklore and Fact’, pemimpin atau manajer dapat diberi
pengertian sebagai orang yang memimpin bertanggung jawab atas suatu
27
organisasi atau salah satu dari sub unitnya. Dengan pengertian itu maka manajer bisa seorang Presiden, mandor, manajer-pelatih sepakbola ataupun kepala desa.
Mereka semua memiliki kesamaan, yaitu diberi otoritas formal atas suatu unit organisasi. Dari otoritas formal tersebut muncul status. Status tersebut
memunculkan bermacam peran dalam hubungan interpersonal, dan dari peran hubungan interpersonal itu muncul akses atas informasi, informasi
memungkinkan pemimpin membuat keputusan dan menyusun strategi bagi organisasinya.
Selanjutnya Mintzberg 2009 mengatakan bahwa tugas seorang pemimpin bisa didiskripsikan dalam bermacam peran atau satu set perilaku yang
diidentifikasikan dengan satu posisi tertentu. Status yang muncul sebagi konsekuensi dari otoritas formal yang dimiliki seorang pemimpin memunculkan
tiga peran interpersonal hubungan antar manusia, yang pada gilirannya memunculkan tiga peran informasional berkaitan dengan informasi; dan
selanjutnya kedua set peran tersebut memungkinkan pemimpin untuk memainkan peran desisional berkaitan dengan pengambilan keputusan.
a. Peran Interpersonal Interpersonal Role
Dalam peran interpersonal terdapat tiga peran pemimpin yang muncul secara langsung dari otoritas formal yang dimiliki pemimpin dan
mencakup hubungan interpersonal dasar, yaitu: 1
Peran sebagai yang dituakan Figurehead Role Karena posisinya sebagai pemimpin suatu unit organisasi, pemimpin
harus melaksanakan tugas-tugas seremonial seperti menyambut tamu
28
penting, menghadiri pernikahan anak buahnya, atau menjamu makan siang pelanggan atau kolega. Kegiatan yang terkait dengan peran
interpersonal sering bersifat rutin, tanpa adanya komunikasi ataupun keputusan penting. Meskipun demikian, kegiatan itu penting untuk
memperlancar fungsi organisasi dan tidak dapat diabaikan oleh seorang pemimpin.
2 Peran sebagai pemimpin Leader Role
Seorang pemimpin bertanggungjawab atas hasil kerja orang-orang dalam unit organisasi yang dipimpinnya. Kegiatan yang terkait dengan
itu berhubungan dengan kepemimpinan secara langsung dan tidak langsung. Yang berkaitan dengan kepemimpinan secara langsung
antara lain menyangkut rekrutmen dan training bagi stafnya. Sedang yang berkaitan secara tidak langsung antara lain seorang pemimpin
harus memberi motivasi dan mendorong anak buahnya. Pengaruh seorang pemimpin jelas terlihat pada perannya dalam memimpin.
Otoritas formal memberi seorang pemimpin kekuasaan potensial yang besar; tetapi kepemimpinanlah yang menentukan seberapa jauh potensi
tersebut bisa direalisasikan. 3
Peran sebagai Penghubung Liaison Role Literatur manajemen selalu mengakui peran sebagai pemimpin,
terutama aspek yang berkaitan dengan motivasi. Hanya baru-baru ini saja pengakuan mengenai peran sebagi penghubung, di mana
pemimpin menjalin kontak di luar rantai komando vertikal, mulai
29
muncul. Hal itu mengherankan, mengingat banyaktemuan studi mengenai pekerjaan manajerial menunjukkan bahwa pemimpin
menghabiskan waktunya bersama teman sejawat dan orang lain dari luar unitnya sama banyak dengan waktu yang dihabiskan dengan anak
buahnya; sementara dengan atasannya justru kecil. Pemimpin menumbuhkan dan memelihara kontak tersebut biasanya dalam rangka
mencari informasi. Akibatnya, peran sebagai penghubung sering secara khusus diperuntukkan bagi pengembangan sitem informasi
eksternalnya sendiri yang bersifat informal, privat, verbal, tetapi efektif.
b. Peran Informasional Informational Role
Dikarenakan kontak interpersonalnya, baik dengan anak buah maupun dengan jaringan kontaknya yang lain, seorang pemimpin muncul sebagai
pusat syaraf bagi unit organisasinya. Pemimpin bisa saja tidak tahu segala hal, tetapi setidaknya tahu lebih banyak dari pada stafnya. Pemrosesan
informasi merupakan bagian utama key part dari tugas seorang pemimpin. Tiga peran pemimpin berikut ini mendiskripsikan aspek
irformasional tersebut. Mintzberg 2009 1
Peran sebagai monitor Monitor Role Sebagai yang memonitor, seorang pemimpin secara terus menerus
memonitor lingkungannya untuk memperoleh informasi, dia juga seringkali harus ’menginterogasi’ kontak serta anak buahnya, dan
kadangkala menerima informasi gratis, sebagian besar merupakan hasil
30
jaringan kontak personal yang sudah dikembangkannya. Perlu diingat, bahwa sebagian besar informasi yang diperoleh pemimpin dalam
perannya sebagai monitor datang dalam bentuk verbal, kadang berupa gosip, sassus, dan spekulasi yang masih membutuhkan konfirmasi dan
verifikasi lebih lanjut. 2
Peran sebagai disseminator Disseminator role Sebagian besar informasi yang diperoleh pemimpin harus
dimanfaatkan bersama sharing dan didistribusikan kepada anak buah yang membutuhkan. Di samping itu ketika anak buahnya tidak bisa
saling kontak dengan mudah, pemimpinlah yang kadang-kadang harus meneruskan informasi dari anak buah yang satu kepada yang lainnya.
3 Peran sebagai Juru bicara Spokesman Role
Sebagai juru bicara seorang pemimpin mempunyai hak untuk menyampaikan informasi yang dimilikinya ke orang di luar unit
organisasinya.
c. Peran Pengambilan Keputusan Decisional Role
Menurut Mintzberg 2009, informasi yang diperoleh pemimpin bukanlah tujuan akhir, tetapi merupakan masukan dasar bagi pengambilan
keputusan. Sesuai otoritas formalnya, hanya pemimpinlah yang dapat menetapkan komitmen organisasinya ke arah yang baru; dan sebagai pusat
syaraf organisasi, hanya dia yang memiliki informasi yang benar dan menyeluruh yang bisa dipakai untuk memutuskan strategi organisasinya.
31
Berkaitan dengan peran pemimpin sebagai pengambil keputusan terdapat empat peran pemimpin, yaitu:
1 Peran sebagai wirausaha Entrepreneur Role
Sebagai wirausaha, seorang pemimpin harus berupaya untuk selalu memperbaiki kinerja unitnya dan beradaptasi dengan perubahan
lingkungan di mana organisasi tersebut eksis. Dalam perannya sebagai wirausaha, seorang pemimpin harus selalu mencari ide-ide baru dan
berupaya menerapkan ide tersebut jika dianggap baik bagi perkembangan organisasi yang dipimpinnya.
2 Peran sebagai pengendali gangguan Disturbance handler Role
Peran sebagai wirausaha mengacu kepada peran sukarela seorang pemimpin sebagai agen pembaruan, sementara di pihak lain peran
sebagai pengendali gangguan memotret keharusan pemimpin untuk merespon tekanan-tekanan yang dihadapi organisasinya. Di sini
perubahan merupakan sesuatu di luar kendali pemimpin. Dia harus bertindak karena adanya tekanan situasi yang kuat sehingga tidak bisa
diabaikan. Pemimpin seringkali harus menghabiskan sebagian besar waktunya untuk merespon gangguan yang menekan tersebut. Tidak
ada organisasi yang berfungsi begitu mulus, begitu terstandardisasi, yaitu telah memperhitungkan sejak awal semua situasi lingkungan
yang penuh ketidakpastian. Gangguan timbul bukan saja karena pemimpin bodoh mengabaikan situasi hingga situasi tersebut mencapai
32
posisi kritis, tetapi juga karena pemimpin yang baik tidak mungkin mengantisipasi semua konsekuensi dari setiap tindakannya.
3 Peran sebagai yang mengalokasikan sumberdaya Resource allocator
Role Pada diri pemimpinlah terletak tanggung jawab memutuskan siapa
akan menerima apa dalam unit organisasinya. Mungkin, sumberdaya terpenting yang dialokasikan seorang pemimpin adalah waktunya.
Perlu diingat bahwa bagi seseorang yang memiliki akses ke pemimpin berarti dia bersinggungan dengan pusat syaraf unit organisasi dan
pengambil keputusan. Pemimpin juga bertugas untuk mendesain struktur organisasi, pola hubungan formal, pembagian kerja dan
koordinasi dalam unit yang dipimpinnya. 4
Peran sebagai negosiator Negotiator Role Banyak studi mengenai kerja manajerial mengindikasikan bahwa
pemimpin menghabiskan cukup banyak waktunya dalam negosiasi.
Sebagaimana dikemukakan Leonard Sayles, negosiasi merupakan way of life
dari seorang pemimpin yang canggih. Negosiasi merupakan kewajiban seorang pemimpin, mungkin rutin, tetapi tidak boleh
dihindari. Negosiasi merupakan bagian integral dari tugas pemimpin, karena hanya dia yang memiliki otoritas untuk bisa memberikan
komitmen sumberdaya organisasi, dan hanya dia yang memiliki pusat syaraf informasi yang dibutuhkan dalam melakukan negosiasi penting.
33
4. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin. Istilah pemimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan
kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara. Dalam bahasa Indonesia pemimpin sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina,
panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua- tua, dan sebagainya. Pemimpin adalah suatu lakonperan dalam sistem tertentu;
karenanya seseorang dalam peran formal belum tentu memiliki keterampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin. Pada dasarnya kepemimpinan
merupakan salah satu fungsi managemen yang strategis karena kepemimpinan dapat menggerakkan, memberdayakan dan mengarahkan sumber daya secara
efektif dan efisien kearah pencapaian tujuan. Keberadaan kepemimpinan menjadi lebih penting untuk mengembangkan Visi dan Misi organisasi masa depan. Gary
2003:3 Menurut Kartono 2006:10, kepemimpinan merupakan kekuatan
aspirasional, kekuatan semangat, dan kekuatan moral yang kreatif, yang mampu mempengaruhi para anggota untuk mengubah sikap, sehingga mereka menjadi
conform dengan keinginan pemimpin.. Sedangkan menurut Robbin 2003:163, Kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi suatu kelompok kearah
pencapaian tujuan. Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi dalam menentukan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,
mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya Rivai, 2005:2.
34
Gorda 2006:157 menyatakan bahwa kepemimpinan adalah sifat, karakter, atau cara seseorang dalam upaya membina dan menggerakkan seorang
atau sekelompok orang agar mereka bersedia, berkomitmen dan setia untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab untuk
mewujudkan tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kepemimpinan kadangkala diartikan sebagai pelaksana otoritas dan
pembuatan keputusan. Kepemimpinan diartikan juga suatu inisiatif untuk bertindak yang menghasilkan suatu pola yang konsisten dalam rangka mencari
jalan pemecahan dari suatu persoalan bersama. Lebih jauh lagi Thoha 2008:259 menyatakan bahwa kepemimpinan itu adalah aktivitas untuk mempengaruhi
orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan telah didefinisikan sebagai proses mempengaruhi aktivitas
seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Dalam esensinya, kepemimpinan merupakan upaya pencapaian tujuan dengan dan
melalui orang-orang. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi bawahan atau kelompok untuk
bekerja sama mencapai tujuan organisasi atau kelompok. Serta suatu sifat atau karakter, atau kegiatan atasan atau pimpinan untuk mempengaruhi perilaku
sekelompok karyawan secara positif, membimbing dan mengarahkannya agar bekerja dengan lancar sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik..
Pemimpin dalam suatu organisasi atau perusahaan memiliki gaya atau tipe kepemimpinan yang berbeda-beda. Masing-masing gaya atau tipe kepemimpinan
dapat dipastikan akan mengakibatkan dampak yang berbeda kepada para
35
karyawan atau bawahannya. Namun, yang patut diperhatikan oleh setiap pemimpin adalah gaya atau tipe kepemimpinannya harus dapat memajukan
organisasi atau perusahaan yang dipimpinnya, bukan sebaliknya. Ada empat syarat kepemimpinan menurut Moeljono 2003;44 antara lain :
1. Adanya pengikut.
2. Pemimpin yang efektif bukanlah selalu seseorang yang dipuja atau
dicintai, namun mereka adalah individu yang menjadikan para pengikutnya berbuat benar. Kepemimpinan identik dengan pencapaian
hasil. 3.
Pemimpin adalah mereka yang memberi contoh. 4.
Kepemimpinan bukanlah kedudukan, jabatan atau uang. Kepemimpinan adalah tanggung jawab.
5. Fungsi Kepemimpinan
Menurut Gorda 2004;154, fungsi kepemimpinan dalam hubungannya dengan peningkatan aktifitas dan efisiensi perusahaan yaitu ;
a. Fungsi Kepemimpinan sebagai inovator
Sebagai inovator, pemimpin mampu mengadakan berbagai inovasi- inovasibaik yang menyangkut pengembangan produk, sistem managemen
yang efektif dan efisien, maupun dibidang konseptual yang keseluruhannya dilaksanakan dalam upaya mempertahankan dan atau
meningkatkan kinerja perusahaan.
36
b. Fungsi kepemimpinan sebagai komunikator
Sebagai komunikator, maka pimpinan harus mampu menyampaikan maksud dan tujuan komunikasi yang dilakukan secara baik kepada seorang
ataupun sekelompok karyawan sehingga timbul pengertian di kalangan mereka.
c. Fungsi kepemimpinan sebagai motivator
Sebagai motivator, pemimpin merumuskan dan melaksanakan berbagai kebijaksanaan yang mengarah kepada upaya mendorong karyawan untuk
melaksanakan suatu kegiatan tertentu sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya yang mampu memberikan sumbangan terhadap
keberhasilan pencapaian tujuan perusahan. d.
Fungsi kepemimpinan sebagai controler Sebagai controler pengendali pemimpin melaksanakan fungsi
pengawasan terhadap berbagai aktivitas perusahaan agar terhindar dari penyimpangan baik terhadap pemakaian sumber daya maupun didalam
pelaksanaan rencana dan atau program kerja perusahaan sehingga pencapaian tujuan menjadi efektif dan efisien.
6. Gaya Kepemimpinan
Bahasan mengenai pemimpin dan kepemimpinan pada umumnya menjelaskan bagaimana untuk menjadi pemimpin yang baik, gaya dan sifat yang
sesuai dengan kepemimpinan serta syarat-syarat apa yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin yang baik. Dalam rangka mempersoalkan gaya-gaya
kepemimpinan, hendaknya jangan beranggapan bahwa seorang individu dapat
37
atau harus mempertahankan gaya konsisten dalam semua aktivitasnya. Justru sebaliknya ia harus bersifat sefleksibel mungkin, dan menyesuaikan gayanya
dengan situasi spesifik dan individu-individu yang bersangkutan. Gaya kepemimpinan, mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku
dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu.
Menurut Thoha 2003, gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi
orang lain seperti yang ia lihat. Menurut Winardi 2000:78, gaya kepemimpinan adalah suatu pendekatan yang digunakan untuk memahami suksesnya
kepemimpinan dalam hubungan mana kita memusatkan perhatian pada apa yang dilakukan oleh pemimpin tersebut.
Menurut Rivai 2002:122 ada tiga macam gaya kepemimpinan yang mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai, yaitu :
1. Gaya Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan otoriter disebut juga kepemimpinan direktif atau diktator. Pemimpin memberikan instruksi kepada bawahan, menjelaskan apa yang
harus dikerjakan, selanjutnya karyawan menjalankan tugasnya sesuai dengan yang diperintahkan oleh atasan. Gaya kepemimpinan ini
menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya, sehingga kekuasaanlah yang paling
diuntungkan dalam organisasi.
38
2. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan ini ditandai oleh adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan
yang kooperatif. Dalam gaya kepemimpinan ini, ada kerjasama antara atasan dengan bawahan. Dibawah kepemimpinan demokratis bawahan
cenderung bermoral tinggi, dapat bekerja sama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri.
3. Gaya Kepemimpinan Bebas
Gaya kepemimpinan ini memberikan kekuasaan penuh pada bawahan, struktur organisasi bersifat longgar, pemimpin bersifat pasif. Peran utama
pimpinan adalah menyediakan materi pendukung dan berpartisipasi jika diminta bawahan. Ralph White dan Ronald Lippitt dalam Winardi, 2000:
79 mengemukakan skema tiga macam gaya kepemimpinan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Tiga Macam Gaya Kepemimpinan
OTORITER DEMOKRATIS
LAISSEZ-FAIRE BEBAS
1. Semua determinasi “policy”
1. Semua “policies” merupakan bahan pembahasan
kelompok dan keputusan kelompok yang dirangsang
dan dibantu oleh pemimpin. 1. Kebebasan lengkap untuk
keputusan kelompok atau individual dengan minimum
partisipasi pemimpin.
39
Lanjutan Tabel 3.1 Tiga Macam Gaya Kepemimpinan
OTORITER DEMOKRATIS
LAISSEZ-FAIRE BEBAS
2. Teknik-teknik dan langkan-langkah aktivitas
ditentukan oleh pejabat satu persatu, hingga langkah-
langkan mendatang senantiasa tidak pasti.
2. Perspektif aktivitas dicapai selama diskusi berlangsung.
Dilukiskan langkah-langkah umum kea rah tujuan
kelompok dan apabila diperlukan nasihat teknis,
maka pemimpin menyarankan dua atau lebih banyak
prosedur-prosedur alternatif yang dapat dipilih.
2. Macam-macam bahan disediakan oleh pemimpin,
yang dengan jelas mengatakan bahwa bahwa ia akan
menyediakan keterangan apabila ada permintaan. Ia
tidak turut mengambil bagian dalam diskusi kelompok.
3. Pemimpin biasanya mendikte tugas pekerjaan
khusus dan teman sekerja setiap anggota.
3. Para anggota bebas untuk bekerja dengan siapa yang
mereka kehendaki dan pembagian tugas terserah pada
kelompok. 3. Pemimpin tidak
berpartisipasi sama sekali.
4. “Dominator” cenderung bersikap pribadi dalam
pujian dan kritik pekerjaan setiap anggota; ia tidak turut
serta dalam partisipasi kelompok secara aktif
kecuali apabila ia memberikan demonstrasi.
4. Pemimpin bersifat objektif dalam pujian dan kritiknya
dan ia berusaha untuk menjadi anggota kelompok secara
mental, tanpa terlampau banyak melakukan pekerjaan
tersebut. 4. Komentar spontan yang
tidak frekuen atas aktivitas- aktivitas anggota dan ia tidak
berusaha sama sekali untuk menilai atau mengatur
kejadian-kejadian.
Sumber: Winardi 2000:79
40
C. Kinerja Karyawan 1.
Pengertian Kinerja
Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang berarti prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang.
Pengertian kinerja prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan
tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Performance atau kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses
Nurlaila, 2010:71. Menurut pendekatan perilaku dalam manajemen, kinerja adalah kuantitas atau kualitas sesuatu yang dihasilkan atau jasa yang diberikan
oleh seseorang yang melakukan pekerjaan Luthans, 2005:165. Kinerja merupakan prestasi kerja, yaitu perbandingan antara hasil kerja
dengan standar yang ditetapkan Dessler, 2000:41. Kinerja adalah hasil kerja baik secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam
melaksanakan tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan Mangkunagara, 2002:22.
Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksanakan tugas dibandingkan
dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu telah disepakati bersama.
RivaidanBasri, 2005:50. Sedangkan Mathis dan Jackson 2006:65 menyatakan bahwa kinerja pada
dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan pegawai. Manajemen
41
kinerja adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi, termasuk kinerja masing-masing individu dan
kelompok kerja di perusahaan tersebut. Kinerja merupakan hasil kerja dari tingkah laku Amstrong, 1999:15.
Pengertian kinerja ini mengaitkan antara hasil kerja dengan tingkah laku. Sebgai tingkah laku, kinerja merupakan aktivitas manusia yang diarahkan pada
pelaksanaan tugas organisasi yang dibebankan kepadanya. Menurut Prawirosentono dalam Widodo, 2005 : 78 kinerja adalah hasil
kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam
rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.
Gomes dalam Mangkunegara, 2006 : 9 mengemukakan definisi kinerja karyawan sebagai “ungkapan seperti output, efisiensi serta efektivitas sering
dihubungkan dengan produktivitas”. Selanjutnya, Mangkunegara 2000 : 67 mengemukakan bahwa kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan adalah hasil kerja yang dicapai seseorang karyawan sesuai dengan wewenang atau
tanggung jawab masing-masing karyawan selama periode waktu tertentu. Kinerja individu perorangan individual performance dan organisasi
organizational performance memiliki keterkaitan yang sangat erat. Tercapainya