Gaya Kepemimpinan Camat Dalam Meningkatkan Kinerja Birokrasi Studi Tentang Pembuatan Surat Keterangan Tanah pada Kantor Camat Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun)
GAYA KEPEMIMPINAN CAMAT DALAM
MENINGKATKAN KINERJA BIROKRASI
(Studi tentang Pembuatan Surat Keterangan Tanah pada Kantor CamatKecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun)
SKRIPSI
Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Oleh :
IFRI GOLDEN GIRSANG
080903063
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
ABSTRAK
GAYA KEPEMIMPINAN CAMAT DALAM MENINGKATKAN KINERJA BIROKRASI
(Studi Tentang Pembuatan Surat Keterangan Tanah pada Kantor Camat Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun)
Nama : Ifri Golden Girsang NIM : 080903063
Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Arlina, SH. M.Hum
Salah satu fungsi pemerintah yang utama adalah menyelenggarakan pelayanan umum sebagai wujud dari tugas umum pemerintahan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Birokrasi merupakan instrumen pemerintah untuk mewujudkan pelayanan publik yang efisien, efektif, berkeadilan, transparan dan akuntabel. Hal ini berarti bahwa untuk mampu melaksanakan fungsi pemerintah dengan baik maka organisasi birokrasi harus profesional, tanggap, aspiratif terhadap berbagai tuntutan masyarakat yang dilayani. Dalam menjalankan birokrasi yang tanggap dan aspiratif diperlukan kepemimpinan yang baik pula dari pemimpinnya dalam hal ini camat selaku pimpinan kecamatan. Kepemimpinan yang baik dapat dilihat dari gaya kepemimpinan yang diterapkan sipemimpin terhadap organisasi yang dipimpinnya. Surat Keterangan Tanah merupakan berkas penting yang harus dimiliki masyarakat untuk menghindari terjadinya permasalahan kepemilikan atas tanah. Pengurusan Surat Keterangan Tanah dapat dilakukan di Kecamatan. Kepemimpinan camat menjadi penting mengingat masyarakat membutuhkan pelayanan yang efektif dan efisien dari pihak kecamatan.
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana Gaya Kepemimpinan Camat dalam Meningkatkan Kinerja Birokrasi ( Studi Tentang Pembuatan Surat Keterangan Tanah di Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun).
Penelitian dilaksanakan di Kantor Camat Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, studi kepustakaan dan studi dokumentasi. Yang menjadi sumber informasi dalam penelitian ini terdiri dari informan kunci berjumlah 1 orang, informan utama 10 orang dan informan tambahan 10 orang.
Adapun hasil dari penelitian ini adalah: Pertama, gaya kepemimpinan tipe demokrasi yang diterapkan Camat Silimakuta kepada bawahannya berpengaruh baik dalam peningkatan kinerja birokrasi Kecamatan Silimakuta. Kedua, bahwa masih banyak masyarakat Kecamatan Silimakuta yang belum memiliki Surat Keterangan Tanah dikarenakan ketidaktahuan akan pentingnya SKT tersebut sebagai tanda keabsahan tanah mereka dan juga sebagian masyarakat enggan mengurus SKT karena proses yang cukup lama.
Oleh karena itu, peran kepemimpinan Camat selaku pimpinan didaerah kecamatan dianggap sangat penting guna meningkatkan kinerja birokrasi agar dapat memberikan pelayanan publik yang maksimal kepada masyarakat.
(3)
KATA PENGANTAR
Pertama-tama saya memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kasih dan karunia-Nya, akhirnya saya bisa menyelesaikan sebuah karya ilmiah dengan judul “Gaya Kepemimpinan Camat Dalam Meningkatkan Kinerja Birokrasi (Studi Tentang Pembuatan Surat Keterangan Tanah pada Kantor Camat Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun)”.
Skripsi ini merupakan laporan yang diperlukan untuk melengakapi persyaratan melengkapi gelar sarjana serta sebagai wahana untuk melatih diri dan mengembangkan wawasan berfikir dalam penulisan skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini,penulis sangat banyak menerima saran dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga semangat penulis tetap terjaga hingga akhirnya skripsi ini selesai dikerjakan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin, M. Si., selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP, selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara
(4)
4. Prof. Dr. Erika Revida, MS selaku dosen pembimbing pertama yang telah memberi masukan dan saran bagi saya dalam mengerjakan skripsi ini
5. Bu Arlina, SH. M. Hum selaku dosen pembimbing yang telah membantu saya mengerjakan proses pengerjaan skripsi hingga selesai. Terimakasih bu atas masukan dan sarannya.
6. Seluruh Dosen Departemen Ilmu Administrasi Negara. Terimakasih atas ilmu yang telah anda berikan kepada saya selama masa perkuliahan dikampus.
7. Bapak Drs. Lamat Ludin Purba, selaku Camat Silimakuta yang telah memberi izin penelitian dan membantu saya selama proses penelitian dilapangan.
8. Bapak Jhonson Samosir Spd, selaku Kasi Pemerintahan yang telah membantu saya dalam mengurus berkas dan administrasi selama saya melakukan penelitian dikecamatan.
9. Untuk Kak Dian dan Kak Mega yang telah banyak membantu masalah administrasi di kampus.
10.Kepada kedua orangtua saya tercinta yaitu Salmen Girsang dan
Peringati br Munthe. Terimakasih telah menjadi sosok yang sangat hebat dalam perjalanan hidup saya sampai saat ini. Semoga sukacita senantiasa berada dihati kalian dan aku cinta kalian.
11.Kepada kedua kakak saya Feri Eva Lina Girsang dan Rica Agnas Girsang yang tak henti-hentinya memberi semangat, mengingatkan
(5)
ketika saya jenuh. Terimakasih buat dukungan yang tidak ada habisnya buat saya. Saya bangga menjadi adik dari kalian berdua.
12.Buat adik saya Yesika Emelia br Girsang terimakasih buat semangat dan dukungannya selama ini. Semoga apa yang adik cita-citakan tercapai dan menjadi kebanggaan bagi keluarga.
13.Buat sahabat dan rekan seperjuangan saya di AN 08 Alex Chandra Sirait, Rahmat Novian, Bambang Hermanto, Leo Nanda Saragih, Deni Permana Banurea, Zikri Akbar, John Ricky Manurung, Eko Parayudha, Munawir Sajali, Zikri Azhari, John Henry Siburian, Surya Darma, dan Dermawan Ginting. Terimakasih buat kebersamaan yang telah kita jalani, semoga suatu saat kita bisa bertemu kembali.
14.Buat kelompok magang Desa Sei Silau Timur (Rosmery, Nia Agnestika, Marintan Sartika, Juliana Nadapdap, Agustina, Qomariah, Cindy Pardede, Bambang H, Alex, John Ricky, John Henry). Terimakasih buat kerjasama Kelompok kita yang baik, semoga kita semua sukses kedepannya.
15.Buat senior-senior saya di Administrasi Negara Lintang Simorangkir, Ilham Maulana, Bobby, Ananta Purba, Dody Syahdianto, Kartika, Titin, Selvia. Terimakasih buat kebersamaan selama dikampus, semoga saya bisa menyusul kalian semua di dunia kerja
16.Buat adik-adik saya di Administrasi Negara Niko Sitompul, Waldi, Revelino, Agri Dwi, Martin Sitompul, Calvin Tarigan, Aditya Hariadi, Adit Binje, Oki, Chandra, Een, Muda, Santa, Rhenata,
(6)
Grace, Siti Harum, Felix Gregorius, Josua, Andre, Thesca, Rippy, Audy, Riky, Wiro, Yohansen, serta adik-adik yang lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terimakasih telah menjadi junior yang baik.
17.Rezcky Christ Ananta Purba, sahabat kecil saya. Terimakasih telah menjadi teman saya mulai dari kecil sampai sekarang.
18.KAM Negara, tempat saya dan rekan seperjuangan berproses. Berproses untuk memahami hebatnya kekuatan ketika bersatu dalam jaya.
19.UKM Bola Fisip USU tempat saya menyalurkan hobby sepakbola saya.
20.Tim Futsal Zero Eight (Leo, Rahmat, Deni, Bambang, Alex)
IMDIAN CUP selalu ditangan. 21.UKM KMK Fisip USU
22.IMDIAN Fisip USU periode 2010/2011. Terimakasih...
Medan, 20 Mei 2014 Penulis
(7)
DAFTAR ISI
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... . vi
DAFTAR BAGAN... x
DAFTAR TABEL... . x
DAFTAR LAMPIRAN... . xi
BAB I PENDAHULUAN... 1
I.1 Latar Belakang... 1
I.2 Perumusan Masalah... 7
I.3 Tujuan Penelitian... 7
I.4 Manfaat Penelitian... . 7
I.5 Kerangka Teori... 8
I.5.1 Pemimpin... 8
I.5.2 Kepemimpinan... 10
I.5.3 Gaya Kepemimpinan... 10
(8)
I.5.4.1 Kinerja... 17
I.5.4.2 Birokrasi... 18
I.5.4.3 Efisiensi, Efektifitas dan Kesehatan Birokrasi.. 19
I.5.5 Gaya Kepemimpinan Camat Dalam Meningkatkan Kinerja Birokrasi... 20
I.6 Defenisi Konsep... 22
I.7 Sistematika Penulisan... 23
BAB II METODE PENELITIAN... 25
II.1 Bentuk Penelitian... 25
II.2 Lokasi Penelitian... 25
II.3 Informan Penelitian... 25
II.4 Teknik Pengumpulan Data... 27
II.5 Teknik Analisis Data... 28
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN... 30
III.1 Gambaran Umum Kecamatan Silimakuta... 30
III.1.1 Keadaan Wilayah... 30
III.1.2 Letak dan Geografis... 30
(9)
III.1.4 Pemerintahan... 32
III.1.5 Keadaan Penduduk... 33
III.1.6 Pendidikan... 34
III.1.7 Kesehatan... 35
III.1.8 Pertanian... 35
III.1.9 Transportasi... 36
III.1.10 Susunan Kepegawaian... 37
III.1.11 Kinerja Pelayanan Kecamatan Silimakuta... 37
III.1.12 Tugas Pokok dan Fungsi Serta Uraian Tugas Kecamatan... 39
BAB IV PENYAJIAN DATA... 47
IV.1 Hasil Wawancara... 48
IV.1.1 Camat Kecamatan Silimakuta... 48
IV.1.2 Pegawai Kecamatan Silimakuta... 57
IV.1.3 Masyarakat... 67
BAB V ANALISIS DATA... 74
V.1 Analisis Gaya Kepemimpinan Camat dalam Meningkatkan Kinerja Birokrasi... 74
(10)
V.3 Keluhan Masyarakat dalam Pengurusan Surat Keterangan
Tanah... 85
BAB VI PENUTUP... 87
VI.1 Kesimpulan... 87
VI.2 Saran... 90
(11)
DAFTAR BAGAN
Bagan Organisasi Pemerintah Kecamatan Silimakuta Kabupaten
Simalungun... 38
DAFTAR TABEL
Tabel III.1.2.1 Luas Kelurahan dan Desa yang ada di Kecamatan
Silimakuta... . 31 Tabel III.1.4.1 Jumlah PNS di Kantor Kecamatan Silimakuta... . 33 Tabel III.1.5.1 Jumlah Penduduk Kelurahan/ Desa yang ada
di Kecamatan Silimakuta... . 34 Tabel III.1.9.1 Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan di Kecamatan
Silimakuta... . 36 Tabel III.1.9.2 Panjang Jalan Menurut Jenis Jalan di Kecamatan
Silimakuta... . 37 Tabel IV.1.3.1 Karakteristik Informan Tambahan... . 67
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Permohonan Pengajuan Judul Lampiran 2 : Surat Persetujuan Pengajuan Judul Lampiran 3 : Surat Undangan Seminar Proposal Lampiran 4 : Surat Penunjukan Dosen Pembimbing Lampiran 5 : Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal Lampiran 6 : Berita Acara Seminar Proposal
Lampiran7 : Surat izin Penelitian dari FISIP USU
Lampiran 8 : Surat izin penelitian dari Kantor Camat Kecamatan Silimakuta Lampiran 9 : Surat menyatakan telah selesai melakukan penelitian
(13)
ABSTRAK
GAYA KEPEMIMPINAN CAMAT DALAM MENINGKATKAN KINERJA BIROKRASI
(Studi Tentang Pembuatan Surat Keterangan Tanah pada Kantor Camat Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun)
Nama : Ifri Golden Girsang NIM : 080903063
Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Arlina, SH. M.Hum
Salah satu fungsi pemerintah yang utama adalah menyelenggarakan pelayanan umum sebagai wujud dari tugas umum pemerintahan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Birokrasi merupakan instrumen pemerintah untuk mewujudkan pelayanan publik yang efisien, efektif, berkeadilan, transparan dan akuntabel. Hal ini berarti bahwa untuk mampu melaksanakan fungsi pemerintah dengan baik maka organisasi birokrasi harus profesional, tanggap, aspiratif terhadap berbagai tuntutan masyarakat yang dilayani. Dalam menjalankan birokrasi yang tanggap dan aspiratif diperlukan kepemimpinan yang baik pula dari pemimpinnya dalam hal ini camat selaku pimpinan kecamatan. Kepemimpinan yang baik dapat dilihat dari gaya kepemimpinan yang diterapkan sipemimpin terhadap organisasi yang dipimpinnya. Surat Keterangan Tanah merupakan berkas penting yang harus dimiliki masyarakat untuk menghindari terjadinya permasalahan kepemilikan atas tanah. Pengurusan Surat Keterangan Tanah dapat dilakukan di Kecamatan. Kepemimpinan camat menjadi penting mengingat masyarakat membutuhkan pelayanan yang efektif dan efisien dari pihak kecamatan.
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana Gaya Kepemimpinan Camat dalam Meningkatkan Kinerja Birokrasi ( Studi Tentang Pembuatan Surat Keterangan Tanah di Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun).
Penelitian dilaksanakan di Kantor Camat Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, studi kepustakaan dan studi dokumentasi. Yang menjadi sumber informasi dalam penelitian ini terdiri dari informan kunci berjumlah 1 orang, informan utama 10 orang dan informan tambahan 10 orang.
Adapun hasil dari penelitian ini adalah: Pertama, gaya kepemimpinan tipe demokrasi yang diterapkan Camat Silimakuta kepada bawahannya berpengaruh baik dalam peningkatan kinerja birokrasi Kecamatan Silimakuta. Kedua, bahwa masih banyak masyarakat Kecamatan Silimakuta yang belum memiliki Surat Keterangan Tanah dikarenakan ketidaktahuan akan pentingnya SKT tersebut sebagai tanda keabsahan tanah mereka dan juga sebagian masyarakat enggan mengurus SKT karena proses yang cukup lama.
Oleh karena itu, peran kepemimpinan Camat selaku pimpinan didaerah kecamatan dianggap sangat penting guna meningkatkan kinerja birokrasi agar dapat memberikan pelayanan publik yang maksimal kepada masyarakat.
(14)
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kepemimpinan pada hakekatnya merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk membina, membimbing, mengarahkan dan menggerakkan orang lain agar dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pemimpin perlu melakukan serangkaian kegiatan diantaranya mengarahkan orang-orang yang terlibat dalam organisasi yang dipimpinnya. Dengan kata lain, tercapai atau tidak tujuan organisasi sangat tergantung pada pimpinannya.
Disisi yang lain, seorang pemimpin dalam sebuah organisasi pasti juga memerlukan dan mengharapkan sejumlah pegawai yang cakap dan terampil dibidang pekerjaannya, sebagai orang yang membantunya melaksanakan tugas-tugas yang menjadi beban kerja unit masing-masing. Dalam arti seorang pemimpin menginginkan sejumlah pegawai yang efektif dalam melakukan pekerjaannya guna memudahkan tercapainya tujuan organisasi .
Suatu organisasi pada dasarnya adalah suatu bentuk kerja sama antar dua orang atau lebih. Baik yang disebut organisasi ataupun kelompok, tujuannya adalah untuk mencapai sesuatu. Jika sesuatu yang ingin dicapai itu betul-betul dapat diraih, maka tujuannya efektif. Efektivitas adalah ukuran sejauh mana tujuan dapat dicapai. Efektivitas adalah suatu kontinum yang merentang dari efektif, kurang efektif, sedang-sedang, sangat kurang,sampai tidak efektif. (Sigit, 2003:2)
(15)
Efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas organisasi dalam mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Bila dilihat dari aspek segi keberhasilan pencapaian tujuan, maka efektivitas adalah memfokuskan pada tingkat pencapaian terhadap tujuan organisasi. Selanjutnya ditinjau dari aspek ketepatan waktu, maka efektivitas adalah tercapainya berbagai sasaran yang telah ditentukan tepat pada waktunya dengan menggunakan sumber-sumber tertentu yang telah dialokasikan untuk melakukan berbagai kegiatan.
Salah satu fungsi pemerintah yang utama adalah menyelenggarakan pelayanan umum sebagai wujud dari tugas umum pemerintahan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Birokrasi merupakan instrumen pemerintah untuk mewujudkan pelayanan publik yang efisien, efektif, berkeadilan, transparan dan akuntabel. Hal ini berarti bahwa untuk mampu melaksanakan fungsi pemerintah dengan baik maka organisasi birokrasi harus profesional, tanggap, aspiratif terhadap berbagai tuntutan masyarakat yang dilayani.
Tuntutan masyarakat pada saat ini menghendaki birokrasi lebih profesional, netral dan menjadi abdi negara masyarakat dengan mengutamakan pada pelayanan umum dan pemberdayaan masyarakat. Kurangnya pelayanan yang diberikan aparat pemerintah, berdasarkan pendapat Darwin (1996) disebabkan masih adanya inefisiensi pada tubuh birokrasi itu sendiri yang ditandai dengan adanya beberapa kecenderungan. Kecenderungan tersebut antara lain:
1. Tingginya tingkat birokrasi, terutama jika dilihat dari pertumbuhan pegawai dan pemekaran struktur birokrasi
(16)
3. Rendahnya kualitas atau profesionalisme aparatur pemerintah
4. Masih meluasnya berbagai macam praktek maladministrasi di kalangan aparatur pemerintah. (http://www.scribd.com/doc/29392472/Ma kalah-Birokrasi-Pelayanan-Publik)
Dalam rangka penataan pemerintahan daerah sekaligus untuk memperbaiki kondisi birokrasi dan kualitas pelayanan, pemerintah telah menerapkan pemberlakuan undang-undang otonomi daerah. Terakhir adalah revisi atas UU Nomor 22 Tahun 1999 menjadi UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Struktur pemerintahan mengalami perubahan yang cukup mendasar. Di daerah-daerah dibentuk lembaga-lembaga perangkat daerah yang sesuai dengan semangat otonomi daerah. Otonomi daerah dimaksudkan untuk mendekatkan pelayanan birokrasi pemerintah kepada masyarakat, sehingga terciptanya birokrasi yang efektif dan efisien serta dapat menekan ekonomi biaya tinggi yang ditanggung masyarakat.
Otonomi daerah dimaksudkan untuk mendekatkan pelayanan birokrasi pemerintah kepada masyarakat, sehingga terciptanya birokrasi yang efektif dan efisien serta dapat menekan ekonomi biaya tinggi yang ditanggung masyarakat.
Upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik menjadi paradigma baru penyelenggaraan pemerintahan dalam beberapa tahun terakhir. Dalam tulisannya, Purbokusumo (2005) menengarai masih tetap berjalannya praktek buruk terhadap jalannya birokrasi pada saat desentralisasi atau otonomi daerah. Ia menyimpulkan bahwa apapun bentuk desentralisasi, pelayanan di sektor publik yang dilakukan oleh birokrasi publik tetap buruk. Kecendrungan sentralisasi menjadikan pelayanan administrasi birokrasi berbelit-belit, korup di
(17)
tingkat pusat pemerintahan dan boros. Sementara ketika desentralisasi dilakukan secara radikal seperti di era reformasi, pelayanan birokrasi publik juga tidak semakin baik; korupsi menyebar dan merajalela ke daerah (baik oleh eksekutif maupun legislatif), beban semakin berat dengan variasi pajak dan retribusi daerah yang bertumbuk dan tumpang tindih, serta pelayanan administrasi birokrasi tetap berbelit-belit. Disamping pendapat di atas, Wursanto (2003) menyatakan bahwa apabila birokrasi itu baik maka segala urusan dapat berjalan dan diselesaikan dengan baik. Akan tetapi dalam prakteknya banyak hal dan urusan tidak dapat berjalan seperti yang diharapkan sehingga menimbulkan kemacetan dan hambatan. ( http://www.scribd.com/doc/29392472/Makalah-Birokrasi-Pelayanan-Publik)
Selama ini pandangan negatif selalu dilekatkan pada birokrasi organisasi publik. Pada umumnya masyarakat beranggapan pelayanan publik terutama jika berkaitan dengan prosedur administrasi sangat berbelit-belit, memakan waktu lama dan mengeluarkan biaya tinggi. Dengan kata lain bahwa pelayanan yang diterima tidak sesuai dengan harapan publik yakni cepat, mudah dan murah. Dengan demikian maka pemerintah pada semua tingkatan mempunyai kewajiban untuk menciptakan sebuah model pelayanan publik yang lebih bekualitas untuk memberikan pelayanan yang lebih mudah, lebih cepat dan lebih murah secara adil kepada segenap warga masyarakat atau negara.
Otonomi daerah yang seharusnya memudahkan proses administrasi yang diperlukan masyarakat untuk pengurusan surat dan berkas lainnya seakan belum mampu memberi jawaban. Otonomi daerah hanya mampu memangkas tahapan proses administrasi yang akan dilakukan oleh masyarakat, jika pada awalnya
(18)
pengurusan administrasi dititikberatkan kepada pemerintahan pusat, maka saat ini telah terjadi pemangkasan tahapan proses. Pemangkasan tahapan ini juga ternyata belum mampu untuk menjauhkan birokrasi dari proses administrasi yang berbelit-belit, hal ini dikarenakan dalam lingkup yang kecil masih diperlukannya tahapan yang melibatkan beberapa sub unit kerja dalam birokrasi atau yang sering kita dengar dengan meja tugas dalam birokrasi. Pembagian sub unit kerja tersebut mengarah pada ketidak profesioanlisme pegawai, karena pegawai lebih cendrung berorientasi pada hasil sub unit kerja daripada hasil organisasi.
Otonomi daerah juga berdampak pada besarnya tanggung jawab kepala daerah, kepala daerah sebagai pemimpin memiliki tanggung jawab dalam terwujudnya pelayanan publik yang baik. Karena pemimpin memiliki wewenang untuk mengarahkan bawahnya untuk suatu pekerjaan.
Keterlibatan birokrasi dalam pengurusan administrasi melibatkan banyak hal dalam masyarakat, salah satu pengurusan administrasi yang sering menimbulkan banyak kasus dalam masyarakat adalah Surat Keterangan Tanah. Banyak kasus yang terjadi, baik seperti sengketa tanah hingga perebutan tanah antara warga, semua karena ketidakjelasan SKT yang di miliki masyarakat, ketidakjelasan SKT ini juga dapat diakibatkan kecenderungan ketidakinginan masyarakat berurusan dengan birokrasi dalam proses pembuatan SKT yang dinilai terlalu berbelit-belit.
Penulis mendapatkan beberapa contoh permasalahan yang diakibatkan oleh ketidakjelasan SKT, dan merupakan penegasan bahwa pentingnya pengurusan SKT oleh pihak kecamatan melalui beberapa petikan wawancara dengan Bapak Camat Kecamatan Silimakuta Lamat Ludin Purba, yaitu :
(19)
“.. Kesadaran masyarakat dalam melindungi hak kepemilikan atas tanah/ lahan masih kurang. Pada tahun 2011 kami dari pihak kecamatan pernah membuat semacam program sosialisasi pengurusan SKT kepada masyarakat, namun tidak sampai 10% masyarakat yang akhirnya ikut mengurus SKT tersebut. Sikap seperti ini dapat menimbulkan bahaya laten seperti terjadinya sengketa lahan. Memang selama ini belum pernah terjadi sengketa kepemilikan tanah di daerah ini, tapi melihat minimnya masyarakat yang memiliki SKT dan minimnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya SKT, sengketa tersebut dapat terjadi sewaktu-waktu”. (wawancara Camat Kecamatan Silimakuta, 02 Juli 2013)
Secara proses administrasi, pembuatan SKT saat ini melibatkan masyarakat, lurah dan yang paling dominan adalah pemerintahan kecamatan. Dengan kata lain peran dari pemimpin kecamatan sangat penting untuk terciptanya proses pembuatan SKT yang tidak berbelit-belit. Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang peran pemimpin dalam proses pembuatan surat keterangan tanah. Oleh karena itu peneliti mengangkat ke dalam sebuah penelitian yang berjudul “Gaya Kepemimpinan Camat dalam Meningkatkan Kinerja Birokrasi (Studi tentang Pembuatan Surat Keterangan Tanah pada Kantor Camat Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun)”.
(20)
19
I.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka dapat di tarik kesimpulan bahwa yang menjadi perumusan masalah penelitian ini adalah: “Bagaimana Gaya Kepemimpinan Camat dalam Meningkatkan Kinerja Birokrasi ( Studi Tentang Pembuatan Surat Keterangan Tanah di Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun)”.
I.3 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah jelas mempunyai tujuan yang ingin dicapai, dalam hal ini penulis merumuskan tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis gaya kepemimpinan camat dalam meningkatkan kinerja birokrasi di Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun.
I.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : a. Secara Subjektif, sebagai suatu sarana melatih dan mengembangkan
kemampuan berpikir ilmiah dan kemampuan untuk menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian teori dan aplikasinya yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.
b. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik secara umum dan Ilmu Administrasi Negara secara khusus dalam menambah bahan kajian perbandingan bagi yang menggunakannya.
c. Secara Praktis, bagi Pemerintahan Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun, penelitian ini diharapkan dapat mampu memberikan sumbangsih pemikiran, informasi dan saran.
(21)
20
I.5 Kerangka teori
Teori merupakan seperangkat preposisi yang menggambarkan suatu gejala yang terjadi. Untuk memudahkan penelitian diperlukan pedoman berfikir yaitu kerangka teori. Sebelum melakukan penelitian yang lebih lanjut peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang dipilih. (Suyanto, 2005:34)
Kerangka teori ini diharapkan memberikan pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami masalah yang diteliti.
I.5.1 Pemimpin
Suatu Negara memiliki masyarakat yang harus mendapatkan kepastian dalam pelayanan, yang kita namakan pelayanan publik, apalagi Negara dengan jumlah penduduk yang besar seperti Indonesia. Dengan keharusan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan publik, hingga untuk menciptakan adanya keteraturan dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, maka kehadiran seorang pemimpin menjadi sangat penting.
Untuk lebih memahami pengertian pemimpin, berikut adalah pengertian pemimpin, Kartini Kartonomemberi pengertian pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kelebihan disatu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. (Kartini, 2010:33)
Pemimpin dalam suatu organisasi memiliki wewenang tersendiri terhadap bawahannya, seperti apa yang dikemukakan Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, yang berpendapat bahwa pemimpin adalah seseorang dengan wewenang
(22)
21
kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan. Dalam pengertian yang lebih nasional, dalam Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas utama dari kepemimpinan Pancasila adalah :
a. Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang – orang yang dipimpinnya.
b. Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang yang dibimbingnya.
c. Tut Wuri Handayani: Pemimpin harus mampu mendorong orang-orang yang diasuhnya agar berani berjalan didepan dan sanggup bertanggungjawab. ( http : // emperordeva. com / about / makalah – tentang - kepemimpinan /, diakses pada 25 Agustus 2012, 22.45
WIB)
Seorang pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi itu tidak memadai apabila ia tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Dari begitu banyak definisi mengenai pemimpin, dapat peneliti simpulkan bahwa : Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain.
(23)
22
I.5.2 Kepemimpinan
Kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang memuat dua hal pokok yaitu: pemimpin sebagai subjek dan yang dipimpin sebagai objek. Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan ataupun mempengaruhi.
Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam menjalankan ke-pemimpinannya.
Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Untuk lebih memahami tentang kepemimpinan, berikut adalah beberapa pengertian dari kepemimpinan : Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau tehnik untuk membuat sebuah kelompok atau orang mengikuti dan menaati segala keinginannya. Sementara menurut Prof. Dr Mar'at, kepemimpinan juga merupakan suatu seni untuk memunculkan kerelaan dan ketundukan, kepemimpinan sebagai penggunaan terarah berpengaruh, dan sebagai satu instrumen untuk membentuk kelompok, sesuai dengan kemauan pemimpin. (Kartini Kartono, 2010:88)
Dapat disimpulkan yang menjadi pengertian dari kepemimpinan adalah perilaku yang dimiliki seorang pemimpin yang dapat digunakan menjadi seni dalam mempengaruhi sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan organisasi.
I.5.3 Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin bersikap, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi orang
(24)
23
untuk melakukan sesuatu. Gaya tersebut bisa berbeda – beda atas dasar motivasi , kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau orang tertentu.
Diantara beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan negatif, dimana perbedaan itu didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi karyawan. Apabila pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan atau reward (baik ekonomis maupun nonekonomis) berarti telah digunakan gaya kepemimpinan yang positif. Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada hukuman atau punishment, berarti dia menerapkan gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat menghasilakan prestasi yang diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan kerugian manusiawi.
Dari berbagai studi tentang kepemimpinan, diketahui ada beberapa gaya kepemimpinan yang paling umum dikenal, yaitu :
1. Gaya dan Tipe Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan otoriter, mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus dipatuhi. Setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahan terlebih dahulu. Pemimpin bergaya dan bertipe otoriter selalu berdiri jauh dari anggota kelompoknya, dan ia senantiasa memiliki kekuatan absolut dan tunggal, pada kondisi dan situasi yang sikap dan prinsipnya kaku. Penonjolan diri yang berlebihan sebagai simbol keberadaan organisasi, hingga cenderung bersikap bahwa dirinya dan organisasi adalah identik. Dalam menentukan dan menerapkan disiplin organisasi begitu keras dan menjalankannya dengan sikap kaku, pemimpin bergaya dan bertipe ini juga tidak dapat dikritik,
(25)
24
bawahannya juga tidak mendapat kesempatan untuk memberikan saran maupun pendapat. Apabila pimpinan ini sudah mengambil keputusan, biasanya keputusan itu berbentuk perintah dan bawahannya hanya melaksanakannya saja.
2. Gaya dan Tipe Paternalistik
Gaya dan tipe kepemimpinan paternalistik merupakan kepemimpinan yang bersifat kebapakan, namun bukan tipe ideal dan bukan tipe yang didambakan. Seorang pemimipin paternalistik, senang menonjolkan keberadaan dirinya sebagai simbol organisasi dan memperlakukan bawahannya sebagai orang-orang yang belum dewasa. Ia tidak akan mendorong kemandirian bawahannya karena tidak ingin berbuat kesalahan. Terkait dengan itu, maka pemimpin paternalistik akan bersifat terlalu melindungi, itikadnya memang baik, tetapi prakteknya akan negatif. Karena ia tidak akan mendorong para bawahannya untuk mengambil resiko disebabkan takut akan timbul dampak negatif pada organisasi. Dalam mengambil keputusan, pemimpin paternalistik menjadi pusat pengambil keputusan, dimana pelimpahan wewenang untuk mengambil keputusan pada tingkat yang lebih rendah dalam organisasi tidak akan terjadi. 3. Gaya dan Tipe Kepemimpinan Leissez Faire
Gaya dan tipe kepemimpinan ini adalah gaya dan tipe kepemimpinan yang “aneh”. Dimana seseorang dikatakan pemimpin, namun pada praktisnya tidak memimpin. Ini dapat dilihat dari gaya kepemimpinan yang santai, karena berangkat dari pandangan bahwa
(26)
25
organisasi tidak memiliki masalah yang serius, dan kalau pun ada selalu dapat diketemukan penyelesaiannya. Ia juga tidak senang mengambil resiko dan lebih cenderung pada mempertahankan status quo. Seorang pemimpin yang bergaya dan bertipe ini senang melimpahkan wewenang kepada bawahannya dan lebih menyenangi situasi bahwa para bawahanlah yang mengambil keputusan, dan keberadaannya dalam organisasi lebih bersifat suportif.
4. Gaya dan Tipe Kepemimpinan Kharismatik
Gaya dan tipe kepemimpinan kharismatik memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya. Terlepas dari apakah dia berfungsi sebagai pemimpin formal atau informal, ia memiliki daya tarik yang kuat bagi orang lain, sehingga orang lain itu bersedia mengikutnya tanpa selalu bisa menjelaskan apa penyebab kesediaan itu. Para pakar belum sepakat tentang faktor-faktor yang menjadi “magnit” tersebut. Latar belakang biografikal, pendidikan, kekayaan dan penampilan mungkin ikut berperan, akan tetapi mungkin juga tidak. Karena ketidakmampuan para ahli mengidentifikasi faktor-faktor penyebab yang dominan, akhirnya hanya ditekankan bahwa seorang pemimpin yang kharismatik memiliki “kekuatan supranatural” yang tidak dimiliki orang lain.
(27)
5. Gaya dan Tipe Kepemimpinan Demokratis
Gaya dan tipe kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efektif kepada para bawahannya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahannya, dengan penekanan rasa tanggung jawab dan kerja sama yang baik. Ia rela dan mau melimpahkan wewenang pengambilan keputusan kepada bawahannya sedemikian rupa tanpa kehilangan kendali organisasionalnya, dan tetap bertanggung jawab atas tindakan para bawahannya. Pemimpin demokratis bersifat mendidik dan membina, dalam hal bawahannya berbuat kesalahan dan tidak serta merta bersifat menghukum atau mengambil tindakan punitive. (http://emperordeva.com/about/makalah-tentang-kepemimpinan/, diakses pada 25 Agustus 2012, 22.45 WIB)
Dilihat dari orientasi si pemimpin, terdapat dua gaya kepemimpinan yang diterapkan, yaitu gaya konsideral dan struktur, atau dikenal juga sebagai orientasi pegawai dan orientasi tugas. Beberapa hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa prestasi dan kepuasan kerja pegawai dapat ditingkatkan apabila konsiderasi merupakan gaya kepemimpinan yang dominan.
Sebaliknya, para pemimpin yang berorientasi tugas yang terstruktur, percaya bahwa mereka memperoleh hasil dengan tetap membuat orang – orang sibuk dan mendesak mereka untuk berproduksi.
Banyak studi yang sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan seseorang. Salah satunya yang terkenal adalah yang dikemukakan oleh Blanchard, yang mengemukakan 4 gaya dari sebuah kepemimpinan.Gaya kepemimpinan ini
(28)
dipengaruhi oleh bagaimana cara seorang pemimpin memberikan perintah, dan sisi lain adalah cara mereka membantu bawahannya. Keempat gaya tersebut adalah:
1. Directing
Gaya tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita belum memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Atau apabila anda berada di bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan apa yang perlu dan apa yang harus dikerjakan.
Dalam situasi demikian, biasanya terjadi over-communicating (penjelasan berlebihan yang dapat menimbulkan kebingungan dan pembuangan waktu). Dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin memberikan aturan –aturan dan proses yang detil kepada bawahan. Pelaksanaan di lapangan harus menyesuaikan dengan detil yang sudah dikerjakan.
2. Coaching
Pemimpin tidak hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan tapi juga menjelaskan mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses perkembangannya, dan juga menerima barbagai masukan dari bawahan. Gaya yang tepat apabila staf kita telah lebih termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas. Disini kita perlu memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengerti tentang tugasnya, dengan meluangkan waktu membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan mereka.
(29)
3. Supporting
Sebuah gaya dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya bawahannya dalam melakukan tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak memberikan arahan secara detail, tetapi tanggung jawab dan proses pengambilan keputusan dibagi bersama dengan bawahan. Gaya ini akan berhasil apabila karyawan telah mengenal teknik – teknik yang dituntut dan telah mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan pemimpin.
4. Delegating
Sebuah gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang dan tanggung jawabnya kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik apabila staf kita sepenuhnya telah paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga kita dapat melepas mereka menjalankan tugas atau pekerjaan itu atas kemampuan dan inisiatifnya sendiri. (http://emperordeva.com/about/makalah-tentang-kepemimpinan/, diakses pada 25 Agustus 2012, 22.45 WIB)
Keempat gaya ini tentu saja mempunyai kelemahan dan kelebihan, serta sangat tergantung dari lingkungan di mana seorang pemimpin berada, dan juga kesiapan dari bawahannya. Maka kemudian timbul apa yang disebut sebagai ”situational leadership”. Situational leadership mengindikasikan bagaimana seorang pemimpin harus menyesuaikan keadaan dari orang – orang yang dipimpinnya.
Setelah mengetahui berbagai gaya dan tipe kepemimpinan, maka pertanyaan yang timbul adalah : Gaya kepemimpinan manakah yang lebih baik? Untuk menjawab pertanyaan itu memang sulit, karena tidak ada gaya
(30)
kepemimpinan yang terbaik dan dominan untuk semua situasi. Ada kalanya seorang pemimpin akan bergaya otoriter dalam situasi tertentu walaupun ia sebenarnya adalah pemimpin bergaya demokratis. Hal ini disebabkan karena kepemimpinan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tujuan, pengikut (bawahan), organisasi dan situasi yang ada sehingga tidak ada gaya kepemimpinan yang mutlak baik atau buruk. Oleh karena itu, dalam rangka mempersoalkan gaya-gaya kepemimpinan, hendaknya jangan beranggapan bahwa seorang pemimpin harus tetap konsisten untuk mempertahankan gaya kepemimpinan dalam segala situasi. Hal ini justru akan memperburuk keadaan organisasi yang dipimpinnya. Tetapi sebaliknya, harus bersifat fleksibel, yakni menyesuaikan gayanya dengan situasi yang ada, kondisi dan individu dalam organisasi.
I.5.4 Kinerja Birokrasi I.5.4.1 Kinerja
Kinerja berasal dari kata-kata job performance dan disebut juga actual performance atau prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang telah dicapai oleh seorangkaryawan. Kinerja menurut kamus besar Bahasa Indonesia berarti “suatu yang dicapai” atau prestasi yang dicapai atau diperlihatkan sehingga kinerja dapat diartikan sebagai prestasi kinerja oleh individu perusahaan. Menurut Simamora (2003: 45) kinerja adalah ukuran keberhasilan organisasi dalam mencapai misinya. Dari pengertian di atas maka dapat dikatakan bahwa kinerja adalah kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya yang diperoleh selama periode waktu tertentu dan meliputi elemen-elemen seperti kuantitas dari hasil, kualitas dari hasil,
(31)
kehadiran dan kemampuan bekerja sama.
I.5.4.2 Birokrasi
Sejauh ini, birokrasi menunjuk pada empat pengertian, yaitu: Pertama, menunjuk pada kelompok pranata atau lembaga tertentu. Pengertian ini menyamakan birokrasi dengan biro. Kedua, menunjuk pada metode khusus untuk pengalokasian sumberdaya dalam suatu organisasi besar. Pengertian ini berpadanan dengan istilah pengambilan keputusan birokratis. Ketiga, menunjuk pada “kebiroan” atau mutu yang membedakan antara biro-biro dengan jenis organisasi lain. Pengertian ini lebih menunjuk pada sifat-sifat statis organisasi. Keempat, sebagai kelompok orang, yakni orang-orang yang digaji yang berfungsi dalam pemerintahan. (Thoha, 2003)
Dalam masyarakat, istilah birokrasi dimaknai secara diametral (yaitu bertentangan satu sama lain) yaitu:
1. Secara positif: Birokrasi sebagai alat yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan adanya alat yang efisien dan efektif ini maka tujuan suatu organisasi lebih mudah tercapai.
2. Secara negatif: Birokrasi sebagai alat untuk memperoleh, mempertahankan dan melaksanakan kekuasaan. Birokrasi adalah sesuatu yang penuh dengan kekakuan (infleksibility) dan kemandegan struktural (struktural static), tatacara yang berlebihan dan penyimpangan sasaran, sifat pengabaian dan menutup diri pada perbedaan pendapat. Birokrasi seperti ini menurut Marx bersifat parasitik dan eksploitatif. ( http: kebebasandalamberinformasi.org/ 2010/10/26/kinerjabirokrasipelayananpublik/ diakses pada 10 oktober
(32)
2013)
Weber memandang birokrasi sebagai birokrasi rasional atau ideal sebagai unsur pokok dalam rasionalisasi dunia modern, yang baginya jauh lebih penting dari seluruh proses sosial. (Sarundajang, 2003)
Dari berbagai pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa birokrasi sesungguhnya dapat dipahami dan diberi pengertian sebagai suatu sistem kerja yang berlaku dalam organisasi yang mengatur interaksi sosial baik kedalam maupun keluar. Secara spesifik birokrasi publik (pemerintahan) dapat dimaknai sebagai institusi atau agen pemerintahan yang dilengkapi dengan otoritas sistematik dan rasional dengan aturan-aturan yang lugas.
I.5.4.3 Efisiensi, efektivitas dan kesehatan organisasi birokrasi
Kinerja birokrasi merupakan ukuran dari usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerja pada periode tertentu dalam suatu sistem kerja sebuah organisasi. Ukuran kinerja birokrasi, bukan hanya kinerja perorangan (personal perfomance) atau suatu unit, tetapi juga yang diukur adalah kinerja organisasi (social perfomance). Ada dua aspek penting dalam pengukuran kinerja,yaitu aspek efektivitas dan efisiensi. Efektivitas berkaitan seberapa jauh sasaran telah dapat dicapai, dan efisiensi menunjukkan bagaimana mencapainya, yakni dibanding dengan usaha, biaya atau pengorbanan yang harus dikeluarkan.
Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuan atau sasaran. Dengan perkataan lain efektivitas adalah hasil guna yang dicapai oleh organisasi untuk mencapai sasaran atau tujuannya. Jadi, makna efektivitas memiliki konsep yang lebih luas dari
(33)
pada konsep efisiensi. Efektivitas dapat berkaitan dengan variabel internal dan juga berkaitan dengan variabel eksternal organisasi. Sedangkan efisiensi hanya berkaitan dengan proses internal organisasi, yaitu perbandingan yang rasional atau terbaik antara Input dengan Output.
Efisiensi berkaitan dengan pencapaian Output. Sedangkan Output diakibatkan dari Input. Dengan demikian efisiensi adalah perbandingan terbaik antara hasil Output yang diperoleh dan kegiatan yang dilakukan serta sumber-sumber atau input yang dipergunakan dalam sumber-sumber-sumber-sumber tersebut tercakup tenaga kerja, biaya, material, alat-alat kerja, waktu dan sebagainya.
Kondisi kesehatan organisasi, dilihat dari sudut pandang sasaran output merupakan proses, bukan hasil atau kinerja yang dihasilkan oleh organisasi. Akan tetapi dari sasaran sistem, adalah merupakan output dari proses itu sendiri. Dengan kata lain organisasi yang sehat merupakan output dari sasaran sistem, dimana organisasi mampu menciptakan suasana yang harmonis antara semua unsur yang terlibat dalam proses organisasi.
Kinerja organisasi yang sehat menurut Martani dicirikan oleh tingginya perhatian atasan terhadap bawahan, semangat, loyalitas dan kerjasama yang sangat dinamis, saling percaya dan komunikasi antara pegawai dengan pimpinan, tingginya otonomi dan desentralisasi dalam pengambilan keputusan, tumbuhnya komunikasi vertikal dan horizontal yang lancar dalam organisasi dan organisasi memiliki sistem imbalan yang merangsang setiap individu / kelompok berprestasi.
I.5.5 Gaya Kepemimpinan Camat Dalam Meningkatkan Kinerja Birokrasi
(34)
kepribadian sendiri yang unik dan khas, hingga tingkah laku dan gaya yang membedakan dirinya dengan orang lain. Gaya hidupnya ini pasti akan mewarnai perilaku dan gaya kepemimpinannya.
Kepemimpinan pada dasarnya mempunyai pokok pengertian sebagai sifat, kemampuan, proses, dan atau konsep yang dimiliki oleh seseorang sedemikian rupa sehingga ia diikuti, dipatuhi, dihormati orang lain dengan penuh keikhlasan melakukan perbuatan atau kegiatan yang dikehendaki pemimpin tersebut.
Suatu organisasi akan berhasil atau gagal sebagian besar ditentukan oleh pemimpin. Hal ini dapat dilihat bagaimana seorang pemimpin dalam bersikap dan bertindak. Cara bersikap dan bertindak dapat terlihat dari cara melakukan suatu pekerjaan. Suatu ungkapan mulia mengatakan bahwa pemimpinlah yang bertanggung jawab atas kegagalan pelaksanaan suatu pekerjaan. Hal ini merupakan ungkapan yang mendudukkan posisi pimpinan dalam suatu instansi pemerintahan khususnya, pada posisi yang terpenting. Dimana dalam hal ini pemimpin tersebut adalah seorang Camat, yang bertugas membawahi para pegawainya yang ada pada Kantor Camat Silimakuta Kabupaten Simalungun.
Sedangkan kinerja birokrasi dapat dilihat dari efektivitas kerja pegawai kantor camat Kecamatan Silimakuta. Efektivitas kerja adalah penyelesaian pekerjaan tepat waktu yang telah ditetapkan, dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Hal ini juga berkaitan dengan kuantitas dan kualitas kerja yang dihasilkan. Artinya yaitu seberapa banyak pekerjaan yang dapat dilakukan dalam waktu yang telah ditentukan, dan apakah sesuai dengan mutu yang telah ditargetkan atau tidak.
(35)
para bawahan. Suatu organisasi akan berhasil mencapai tujuan dan sasarannya apabila semua komponen organisasi berupaya menampilkan kinerja yang optimal termasuk peningkatan efektivitas kerjanya masing-masing. Seorang pegawai akan efektif dalam melakukan pekerjaan apabila terdapat keyakinan dalam dirinya bahwa sebagai keinginan, kebutuhan, harapan dan tujuannya dapat tercapai.
Dalam hal ini dapat dilihat bahwa peran dan tugas seorang Camat pada pemerintahan Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun adalah berusaha untuk mempengaruhi para pegawainya dengan cara memotivasi dan komunikasi untuk terus bekerja secara efektif sesuai dengan waktu dan tujuan yang ingin dicapai. Dengan kata lain, efektif tidaknya pekerjaan yang dilakukan para pegawai, tergantung bagaimana cara atau gaya seorang camat dalam memimpin. Atau apa-apa saja kegiatan yang perlu dilakukan agar semua pegawai mau dan rela mengikuti semua keinginan camat tersebut demi mencapai tujuan organisasi.
I.6 Defenisi Konsep
Menurut Singarimbun ( 2006: 33), konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok, atau individu tertentu yang menjadi pusat perhatian. Tujuannya adalah untuk memudahkan pemahaman dan menghindari terjadinya interpretasi ganda dari variable yang diteliti. Oleh karena itu, untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang akan diteliti, maka defenisi konsep yang dikemukakan penulis adalah:
1. Gaya kepemimpinan camat dalam meningkatkan kinerja birokrasi adalah cara seorang pemimpin bersikap, berkomuinikasi, dan
(36)
berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi orang untuk melakukan sesuatu.
2. Kinerja Birokrasi adalah ukuran dari usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerja pada periode tertentu dalam suatu sistem kerja sebuah organisasi.
3. Pembuatan Surat Keterangan Tanah yaitu bagaimana urutan pelaksanaaan dalam pelaksanaan awal hingga akhir pembuatan Surat Keterangan Tanah.
I.7 Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan
Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep dan sistematika penulisan.
BAB II : Metode Penelitian
Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi, dan sample penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB III : Deskripsi Lokasi Penelitian
Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karateristik lokasi penelitian.
BAB IV : Penyajian Data
Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi yang akan dianaklisis, serta memuat pembahasan atau interprestasi dari data-data yang
(37)
disajikan pada bab sebelumnya. BAB V : Analisis Data
Bab ini berisi analisis dari hasil dilapangan dan dokumentasi.
BAB VI : Penutup
Bab ini memuat kesimpulan dan saran atas hasil penelitian yang telah dilakukan.
(38)
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
III.1 Gambaran Umum Kecamatan Silimakuta
III.1.1 Keadaan Wilayah
Kecamatan Silimakuta sebagai salah satu kecamatan dari 31 kecamatan di kabupaten Simalungun memiliki luas 77,50 km2 atau sekitar 1,77% dari total luas kabupaten Simalungun. Kecamatan Silimakuta dengan ibukota Saribudolok berjarak 34 km dari kota Pematang Raya sebagai ibukota kabupaten dan berjarak 110 km ke Kota Medan sebagai ibukota provinsi. Dengan letak geografis sebelah utara berbatasaan dengan kecamatan Dolok Silau, sebelah selatan berbatasan dengan Danau Toba dan Kecamatan Harangggaol Horison, sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Pematang Silimakuta,dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Purba.
Letak Kecamatan Silimakuta berada pada ketinggian di atas 500 meter di atas permukaan laut, dengan ketinggian terluas pada 1001-1500 meter yaitu 13.842 Ha atau sama dengan 95 persen dari luas kecamatan, selebihnya 351 Ha pada ketinggian 500-1000 meter.
III.1.2 Letak dan Geografis
a. Letak diatas permukaan laut : 751 - 1400 meter dpl b. Luas Wilayah : 77,50 km2
(39)
c. Berbatasan dengan
Sebelah utara : Kecamatan Dolok Silau
Sebelah selatan : Danau Toba dan Haranggaol Horiso Sebelah barat : Kecamatan Pematang Silimakuta Sebelah timur : Kecamatan Purba
Tabel III.1.2.1 Luas Kelurahan dan Desa yang ada di Kecamatan Silimakuta
No Kelurahan/desa Luas (km2)
1 Sibangun Meriah 20,70
2 Saribudolok 20,60
3 Purba Sinombah 14,50
4 Purba Tua 11,22
5 Purba Tua Baru 3,10
6 Sinar Baru 7,10
Sumber: Statistik Daerah Kecamatan Silimakuta 2012
III.1.3 Visi Misi
Visi
“Terwujudnya pelayanan publik yang profesional dan responsif pada kantor Kecamatan Silimakuta”
(40)
Guna mewujudkan komitmen terhadap pencapaian visi maka dirumuskanlah misi sebagai berikut:
1. Meningkatkan tata kelola pemerintah yang baik sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
Misi ini mengamanatkan pada aparatur di kecamatan Silimakuta untuk bersikap santun dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, memahami peraturan perundang-undangan yang berlaku dan mampu memahami data dan informasi secara akurat.
2. Meningkatkan budaya etos kerja pegawai dan masyarakat
Misi ini sesuai dengan undang-undangkepegawaian yakni menjaga kedisiplinan, bersemangat serta mengacu pada norma-norma dan budaya yang berlaku dalam tataran masyarakat luas.
3. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat menuju sejahtera
Misi ini memberi arah bahwa kegiatan pembangunan akan berhasil apabila segala potensi yang ada dimasyarakat turut berperan serta secara partisipatif. Namun hal tersebut masih didukung oleh situasi aman, tertib dan koordinasi yang efektif dan efisien.
III.1.4 Pemerintahan
Kecamatan Silimakuta terdiri dari 5 nagori dan 1 kelurahan yang berdasarkan klasifikasinya 2 masih meruakan nagori swakarsa dan 4 lainnya telah berada pada klasifikasi swasembada, sementara menurut tingkat perkembangan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Nagori/ Kelurahan (LPMN/K) maka 5 nagori merupakan kategori II dan 1 kelurahan pada kategori I.
(41)
Nagori terluas adalah Nagori Sibangun Meriah dan Kelurahan Saribudolok sedangkan terkecil adalah Nagori Sinar Baru.
Sebutan desa di Kecamatan Silimakuta adalah Nagori dan dipimpin oleh pangulu, dan satuan lingkungan dibawah nagori adalah huta setingkat dusun yang dipimpin oleh gamot.
Tabel III.1.4.1 Jumlah PNS dikantor Kecamatan Silimakuta
Tingkat Pendidikan
2009 2010 2011
Tamatan SD - - -
Tamatan SMP - - 1
Tamatan SMA 4 14 13
Tamatan D3 - - -
Tamatan S1 6 4 8
Tamatan S2/S3 - - -
Total 10 18 22
Sumber: Statistik Daerah Kecamatan Silimakuta 2012
Jumlah Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Kecamatan Silimakuta adalah sebanyak 22 orang terdiri dari golongan 1 sebanyak 1 orang, golongan II sebanyak 14 orang, golongan III sebanyak 7 orang.
(42)
Berdasarkan jenjang pendidikan masih didominasi pegawai dengan tingkat pendidikan SMU/Sederajat sebanyak 13 orang atau sama dengan 59,09 %, pendidikan SMP sebanyak 1 orang dan pendidikan S1 sebanyak 8 orang.
III.1.5 Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk Kecamatan Silimakuta mencapai 14.269 jiwa terdiri dari 7.237 jiwa laki-laki dan 7032 jiwa perempuan tersebar di 5 nagori dan 1 kelurahan.
Kelurahan Saribudolok merupakan wilayah yang terbanyak penduduknya mencapai 7.761 jiwa atau 54,39% dari total penduduk di Kecamatan Silimakuta, sedangkan untuk jumlah penduduk yang paling sedikit ada di Nagori Purba Tua yaitu 739 jiwa atau 5,18% menyusul Nagori Purba Sinombah sebanyak 795 atau 5,57%.
Tabel III.1.5.1 Jumlah Penduduk Kelurahan/Desa yang ada di Kecamatan Silimakuta
Kelurahan/ Desa Jumlah Penduduk (jiwa) Persen (%)
Saribudolok 7.761 54,39
Sibangun Meriah 2.234 15,66
Purba Tua Baru 1.875 13,14
(43)
Purba Tua 739 5,18
Purba Sinombah 795 5,57
Total 14.269 100
Sumber: Statistik Daerah Kecamatan Silimakuta 2012
III.1.6 Pendidikan
Jumlah sekolah di Kecamatan Silimakuta tidak mengalami penambahan atau pengurangan untuk jenjang SD, SLTP, dan SLTA dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012.
Namun jumlah guru SD dan SLTA mengalami penambahan selama tiga tahun terakhir kecuali guru SLTP. Guru SD pada tahun 2009 sebanyak 89 orang bertambah 14 guru ditahun 2010, kemudian bertambah lagi sebanyak 34 guru ditahun 2011 sehingga menjadi 138 guru SD. Untuk guru SLTA tahun 2009 sebanyak 52 orang, tidak mengalami penambahan pada tahun 2010 sedangkan ditahun 2011 bertambah sebanyak 6 orang sehingga menjadi 58 orang guru SLTA. Jumlah guru SLTP pada tahun 2009 sebanyak 99 orang, bertambah sebanyak 25 orang sehingga menjadi 79 orang guru SLTP.
Menurut letaknya jumlah SD Negeri maupun Swasta yang ada 7 dari 16 sekolah berada di Kelurahan Saribudolok, sementara untuk jenjan pendidikan SLTP, SLTA seluruhnya berada di Kelurahan Saribudolok.
III.1.7 Kesehatan
(44)
rumah sakit yaitu rumah sakit swasta sebanyak satu unit, puskesmas atau puskesmas pembantu serta posyandu sebanyak 6 unit.
Sedangkan untuk jumlah tenaga medis di Kecamatan Silimakuta ada perubahan selama tiga tahun terakhir dimana jumlah dokter bertambah 2 orang di tahun 2011 namun tahun 2009 dan 2010 masih sama keadaannya.
Sedangkan jumlah bidan mengalami penurunan hanya di tahun 2010 berkurang sebanyak 4 orang dari tahun 2009, sedangkan tahun 2010 dan 2011 masih sama jumlahnya yaitu sebanyak 15 orang.
III.1.8 Pertanian
Mata pencaharian penduduk adalah bertani, meskipun ada klasifikasi Pegawai Negeri, pengusaha, pedagang dan buruh tani serta karyawan swasta. Hasil pertanian yang menonjol adalah tanaman seperti padi, jagung, kacang tanah ubi kayu dan ubi jalar, buah-buahan, dan palawijaya lainnya. Disamping itu penduduk juga mempunyai pekerjaan sambilan yaitu memelihara ternak ayam, lembu, kerbau, kambing, serta kolam ikan untuk penambahan pendapatan.
Untuk diketahui, Kecamatan Silimakuta merupakan pusat produksi sayur-sayuran di Simalungun. Kecamatan Silimakuta merupakan penghasil wortel, nanas dan jeruk terbesar di Simalungun.
Tanaman kedelai dan perkebunan karet dan sawit tidak ditemukan di Kecamatan Silimakuta sedangkan tanaman kacang tanah sempat hanya ada di tahun 2011.
(45)
III.1.9 Transportasi
Infrastruktur jalan merupakan sarana yang sangat vital untuk memperlancar arus transportasi, dengan semakin lancar arus transportasi maka akan mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat suatu daerah.
Tabel III.1.9.1 Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan di Kecamatan Silimakuta
Kondisi Jalan Panjang (km)
Baik 17,98
Sedang 73,86
Buruk 50,04
Sangat Buruk 18,75
Sumber: Statistik Daerah Kecamatan Silimakuta 2012
Kumulatif panjang jalan Kecamatan Silimakuta adalah 160,63 km. Berdasarkan kondisi jalan, jalan di Kecamatan Silimakuta didominasi oleh kondisi sedang yaitu sepanjang 73,86 km (45,98%), kemudian kondisi buruk sepanjang 50,04 km, kondisi sangat buruk sepanjang 18,75 km dan kondisi baik hanya 17,98 km.
(46)
Tabel III.1.9.2 Panjang Jalan Menurut Jenis Jalan di Kecamatan Silimakuta
Jenis Jalan Panjang
Beraspal 25,62
Lapen 43,38
Kerikil 24,74
Tanah 66,89
Sumber: Statistik Daerah Kecamatan Silimakuta 2012
Sedangkan berdasarkan jenis jalan, jalan di Kecamatan Silimakuta didominasi oleh jalan tanah yaitu sepanjang 66,89 km atau 41,64 % dari total jalan dan panjang jalan tanah bertambah dari tahun 2010.
III.1.10 Susunan Kepegawaian
Susunan Kepegawaian Kecamata Silimakuta Kabupaten Simalungun adalah sebagai berikut:
Pejabat struktural eselon IVa : 1 orang Pejabat struktural eselon IIId : 5 orang Pejabat struktural eselon IIIc : 2 orang Pejabat struktural eselon IIIb : 2 orang Pejabat struktural eselon IIIa : 1 orang
(47)
III.1.11 Kinerja Pelayanan Kecamatan Silimakuta
Dalam rangka pencapaian tujuan organisasi pemerintahan Kecamatan Silimakuta, berikut ini disajikan alur kerja Kecamatan Silimakuta :
Bagan Organisasi Pemerintah Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun
Keterangan dari bagan dan tata kerja Kecamatan Silimakuta :
Camat : Lamat Ludin Purba
196003211981031009 Sekretaris Camat : Robby Silalahi. SE
P. Sinombah P.Tua Baru P.Tua Sinar Baru Sib. Mariah KEL S. DLK NAGORI KASI TRAN-TIB KASI EK-BANG KASI PMD KASI Pemerintahan Kelompok Jabatan Fungsional CAMAT Sekretaris Camat SUB PenRam SU KEU SUB TU
(48)
196911161990031001
Kasubbag TU : Nellyani Saragih
196404251989052001
Kasubbag Keuangan :
Kasubbag Penyusunan Program : Marajo Harianja
196608161986031003
Kepala Seksi Pemerintahan : Jhonson Samosir. SPd
196501271986021001
Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Desa : Drs. Robensus Sembiring
196608101993031001
Kepala Seksi Ekonomi dan pembangunan : Damerita Girsang
196009161986022002
Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban : Erpelina Purba
196209031986022001
III.1.12 Tugas Pokok dan Fungsi Serta uraian Tugas Kecamatan
a. Tugas Pokok dan Fungsi Kecamatan
1. Koordinasi Pemberdayaan masyarakat 2. Ketentraman dan ketertiban umum 3. Penegakan peeraturan perundangan
(49)
4. Pemeliharaan prasarana dan fasilitas umum 5. Kegiatan pemerintahan
6. Membina pemerintahan desa/kelurahan
7. Pelayanan masyarakat yang belum dilaksanakan desa/kelurahan
b. Uraian Tugas Camat
1. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat
2. Mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum
3. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan perundang-undangan 4. Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan
umum
5. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintah kecamatan 6. Membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan atau kelurahan 7. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup
tugasnya dan atau belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa dan kelurahan
8. Menyelenggarakan pelayanan umum di bidang pasar dan kebersihan 9. Membina dan melaksanakan tugas-tugas di bidang pasar dan
kebersihan
10.Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya
c. Uraian Tugas sekretaris camat
1. Memimpin sekretariat camat agar sekretariat camat berjalan lancar dan optimal
(50)
2. Mengkoordinasikan penyusunan program dan kegiatan seksi 3. Melaksanakan tugas-tugas pengelolaan administrasi keuangan
4. Mengadakan pembinaan administrasi organisasi dan tata laksana serta memberikan pelayanan teknis administrasi kepada seluruh staf
5. Melaksanakan pengkajian masalah strategi kecamatan
6. Merencanakan penyusunan kebutuhan barang dan alat kelengkapan kantor
7. Melaksanakan pengelolaan surat menyurat arsip dan dokumen lainnya 8. Melaksanakan kebersihan kantor dan bertanggungjawab terhadap
keamanan kantor
9. Melaksanakan pengawasan terhadap disiplin pegawai, mempersiapkan penyelenggaraan rapat dinas dan mempersiapkan surat perintah bagi pegawai yang akan melaksanakan perjalanan dinas
10.Memonitoring dan mengevaluasi terhadap pelaksanaan tugas di bidang kepegawaian
11.Melaksanakan tugas di bidang pengelolaan barang, memelihara, merawat, menjaga dan mengawasi inventaris kantor
12.Menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sesuai hasil yang telah dicapai sebagai pertanggunjawaban pelaksanaan tugas 13.Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan sesuai dengan
tugas dan fungsinya
(51)
1. Mendata jumlah penduduk melalui pangulu/lurah untuk dilaporkan kepihak melalui laporan mutasi mutandis kependudukan setiap bulannya
2. Melaksanakan tugas-tugas pengelolaan administrasi KK (Kartu Keluarga) dan KTP (Kartu Tanda Penduduk) untuk diteruskan kepada camat dan Kantor Catatan Sipil Kab. Simalungun
3. Melaksanakan pengelolaan administrasi jalannya KTP elektronik 4. Mengadakan surat pindah dari nagori/kelurahan untuk diproses dan
diteruskan kepada camat
5. Membuat laporan harian camat setiap bulan untuk diteruskan ke pihak atasan
6. Membuat permohonan untuk mengambil KK dan KTP ke Kantor Catatan Sipil agar Blanko KK dan KTP tetap tersedia
7. Memproses surat-surat tanah untuk diteruskan kepada camat
8. Membuat surat undangan kepada seluruh PNS/Instansi terbaik, pengulu, lurah untuk mengikuti apel Hari Kesadaran Nasional setiap tanggal 17 setiap bulan
9. Melaksanakan persiapan untuk rapat harungguan di kantor camat setiap bulan
10.Mendistribusikan KK dan KTP yang sudah selesai diproses kepada masyarakat
11.Mengarsipkan surat menyurat KK dan KTP
12.Melaksanakan tugas dibidang pemerintahan apabila masa jabatan pengulu telah habis
(52)
13.Melaksanakan tugas-tugas yang diperintahkan oleh camat
e. Uraian Tugas Kepala Seksi Ekonomi dan Pembangunan
1. Melaksanakan dan mengkoordinasikan perencanaan pembangunan sarana dan prasarana di wilayah kecamatan
2. Melaksanakan pembinaan dan mengkoordinasikan pengembangan perekonomian meliputi pembangunan sumber produksi dan pengendalian penyaluran/pemasaran produksi
3. Pengendalian pembangunan meliputi perkreditan
4. Melaksanakan pengendalian pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Teknologi Tepat Guna (TTG)
5. Membuat program kerja dibidang ekonomi, sosial dan budaya
6. Melakukan kegiatan dan pemantauan terhadap pengembangan potensi dan kualitas Sumber Daya Alam
7. Membuat usulan pendapatan kecamatan, melakukan koordinasi tugas kepada sekretaris kecamatan
8. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya
f. Uraian Tugas Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
1. Mempersiapkan bahan-bahan kegiatan pendidikan masyarakat kesenian dan kebudayaan
2. Memonitor dan melakukan upaya pencegahan terhadap segala jenis penyakit masyarakat antara lain: perjudian, tuna susila, miras, perkelahian antar kelompok dan perbuatan asusila lainnya
(53)
3. Membuat program kerja di bidang pembangunan pemberdayaan masyarakat dan nagori
4. Melakukan pembinaan usaha gotongroyong masyarakat dalam mendukung gerakan swadaya masyarakat dan penyuluhan dalam rangka menumbuhkan kesadaran dan tanggungjawab dalam pembangunan
5. Melakukan kegiatan dalam melaksanakan musyawarah Rencana Pembangunan Tingkat Nagori dan Tingkat Kecamatan
6. Melakukan koordinasi pelaksanaan pembangunan serta pengembangan aset nagori/kelurahan dan menyiapkan bahan penyusunan program di bidang pemberdayaan masyarakat
7. Melakukan pengawasan dan monitoring bantuan yang diberikan pemerintah kepada nagori/kelurahan
8. Memiliki usulan anggaran yang diajukan nagori/ kelurahan dan berkoordinasi dengan pemerintah nagori/kelurahan
9. Melakukan koordinasi tugas-tugas kepada kegiatan sekretaris kecamatan
10.Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya
g. Uraian Tugas Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban Umum
1. Menertibkan, menetapkan pos-pos pedagang 2. Mengawasi, pemeliharaan sarana kebersihan 3. Mengawasi, fasilitasi pembebasan tanah 4. Mengawasi dan memantau penyaluran bantuan
(54)
5. Memproses rekomendasi perizinan
6. Pembinaan terhadap organisasi kepemudaan 7. Pembinaan terhadap perlindungan masyarakat 8. Melakukan koordinasi dengan aparat keamanan 9. Melakukan koordinasi tugas kepada sekcam 10.Fasilitasi pelaksanaan otonomi daerah
11.Pembinaan, pengawasan petugas pengangkut sampah 12.Membuat laporan pertanggungjawaban tugas kepada atasan
h. Uraian Tugas Kasubbag Tata Usaha/ Umum
1. Membuat program kerja di bidang tata usaha dan umum
2. Mendistribusikan surat masuk/surat keluar serta menyelenggarakan penerimaan naskah dinas, mencatat dalam lembaran disposisi
3. Memelihara/menyimpan dan mengatur penggunaan stempel dan jabatan camat, menyerahkan formulir yang telah disahkan keTDPK kecamatan atau tingkat kabupaten
4. Mengagendakan jadwal kegiatan kecamatan, mengurus perjalanan dinas dan menyampaikan saran kepada atasan tentang langkah-langkah yang perlu diambil sesuai dengan ketentuan yang berlaku
5. Membuat laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsinya kepada atasan
6. Melaksanakan tugas-tugas dibidang kepegawaian 7. Melaksanakan tugas-tugas dibidang pengelolaan barang
8. Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh atasan sesuai tugas dan fungsinya
(55)
i. Uraian Tugas Kasubbag Penyusunan Program
1. Membuat program kerja kecamatan
2. Menyusun rencana strategis serta profil kecamatan dan program kerja jangka pendek, menengah maupun jangka panjang
3. Melaksanakan pengendalian dalam pelaksanaan proyek pembangunan di kecamatan serta memonitoring kegiatan program potensi dan pengolahan data
4. Menyelenggarakan sosialisasi dan evaluasi pembinaan serta pemberdayaan pengendalian pelaksanaan kegiatan di kecamatan
5. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya
j. Uraian Tugas Kasubbag Keuangan
1. Menyusun rencana keuangan dan anggaran serta dokumen pelaksanaan anggaran
2. Membuat pertanggungjawaban atas penggunaan keuangan kecamatan serta menyusun dan menyampaikan laporan keuangan
3. Melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan dan perbendaharaan serta meneliti dokumen dan tanda bukti penerimaan/ pengeluaran keuangan
4. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan sesuai tugas dan fungsinya
(56)
BAB IV
PENYAJIAN DATA
Pada bab ini penulis akan menyajikan deskripsi dari data yang diperoleh melalui penelitian dilapangan melalui metode-metode pengumpulan data yang telah disebutkan pada bab terdahulu. Demikian juga halnya permasalahan yang hendak dijawab dalam bab ini adalah bagaimanakah gaya kepemimpinan camat dalam meningkatkan kinerja birokrasi di Kantor Camat Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun.
Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan secara mendalam, ada beberapa tahapan yang dilakukan penulis, yaitu; pertama, penelitian diawali dengan pengumpulan berbagai dokumen Kantor Camat Kecamatan Silimakuta seperti Susunan Organisasi dan Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) Kecamatan dan berbagai hal yang berkaitan dengan permasalahan yang ingin dijawab. Kedua, penulis melakukan sejumlah wawancara dengan pegawai pada Kantor Camat Kecamatan Silimakuta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Adapun yang menjadi informannya adalah informan kunci yaitu Camat Silimakuta, informan utama yaitu kepala-kepala seksi yang ada di kecamatan Silimakuta, dan informan tambahan yaitu beberapa masyarakat yang terdiri dari beberapa desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Silimakuta.
Data-data tersebut berupa pernyataan dari para informan mengenai permasalahan penelitian skripsi ini. Sedangkan data-data sekunder didapatkan dari
(57)
studi kepustakaan dan karya-karya ilmiah yang ada serta dokumen-dokumen yang didapat dari lokasi penelitian. Pengumpulan data dilakukan selama kurang lebih satu bulan di lokasi penelitian, tepatnya di Kantor Camat Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun.
Dalam penelitian ini, penulis mendapatkan subjek penelitian yang terdiri dari tiga kelompok informan, masing-masing sebagai informan kunci adalah Camat Kecamatan Silimakuta, sebagai informan utama adalah para pegawai yang ada di Kecamatan Silimakuta, dan sebagai informan tambahan adalah beberapa masyarakat yang terdiri dari beberapa Desa/Kelurahan yang ada di Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun.
IV.1. Hasil Wawancara
IV.1.1 Camat Kecamatan Silimakuta
Untuk mengetahui pemahaman dan pendapat Camat tentang pengertian kepemimpinan, maka penulis mengajukan pertanyaan kepada informan dalam penelitian ini, adapun bentuk dari pertanyaannya adalah mengenai pengertian kepemimpinan.
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Camat Drs. Lamat Ludin Purba, beliau mengatakan:
“Kepemimpinan adalah suatu ilmu dan proses mempengaruhi
sekelompok orang agar kelompok tersebut mau bekerja dengan
sungguh-sungguh untuk meraih tujuan yang diinginkan kelompok
tersebut.” (Wawancara Camat Kecamatan Silimakuta Kabupaten
Simalungun, 22 Oktober 2013)
(58)
Camat Kecamatan Silimakuta, maka penulis memunculkan pertanyaan, “Bagaimana suasana kerja yang dirasakan oleh camat di kantor kecamatan ini?”
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Camat Drs. Lamat Ludin Purba, beliau mengatakan:
“Suasana kerja di kantor ini sudah optimal kondusif tapi belum
sempurna. Disini kita harus menyatukan persepsi/ pemahaman
kepada para pegawai tentang apa yang menjadi tujuan
organisasi dan melaksanakan tupoksi masing-masing serta kita
kasih tanggung jawab penuh kepada para pegawai tapi tetap
diawasi.” (Wawancara Camat Kecamatan Silimakuta Kabupaten
Simalungun, 22 Oktober 2013)
Untuk mengetahui bagaimana pola hubungan hierarki antara bawahan dengan atasan, maka penulis memunculkan pertanyaan, “Bagaimana pola hubungan hierarki yang terjadi antara pimpinan dengan bawahan?”
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Camat Drs. Lamat Ludin Purba, beliau mengatakan:
“Selama ini hubungan antara saya dengan bawahan cukup baik
dan kondusif, saya sebagai pimpinan berusaha meminimalisir
jarak antara pimpinan dan bawahan agar para pegawai dapat
bekerja tidak dibawah tekanan atau tingkat keseganan yang
berlebihan. Cara yang saya lakukan adalah selalu memberi
motivasi dan mengayomi setiap bawahan, tapi disisi lain saya juga
harus memiliki ketegasan apabila ada bawahan yang tidak bekerja
(59)
Kabupaten Simalungun, 22 Oktober 2013)
Untuk melihat bagaimana menilai kinerja para pegawai dan kiat apa yang dilakukan dalam meningkatkan kinerja para pegawai, maka penulis menanyakan langsung kepada camat, “Bagaimana cara anda menilai dan meningkatkan kinerja para pegawai yang ada di kantor kecamatan ini?”
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Camat Drs. Lamat Ludin Purba, beliau mengatakan:
“Kinerja para pegawai selama ini sudah cukup memuaskan tapi
tetap masih butuh pembinaan dan pengawasan yang lebih agar
kinerja para pegawai tidak menurun dan diharapkan meningkat
terus. Selama ini apa yang saya sampaikan selalu bisa diterima
sehingga pekerjaan selesai tepat waktu dan memuaskan. Saya
selalu menghargai setiap pegawai yang berprestasi dengan
memberi reward kepada mereka dan terus membangun komunikasi
dengan baik. Setiap sebulan saya melakukan evaluasi dan 3 bulan
sekali saya lihat perkembangannya.” (Wawancara Camat
Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun, 22 Oktober 2013)
Untuk mengetahui tentang kedisiplinan para pegawai di kantor Camat Silimakuta, maka penulis menanyakan langsung kepada camat, “Bagaimana disiplin kerja para pegawai dan sanksi apa yang diberikan apabila pegawai melanggar aturan?”
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Camat Drs. Lamat Ludin Purba, beliau mengatakan:
(60)
saya selalu berusaha tegas kepada mereka yang melanggar nya.
Untuk jam masuk kerja misalnya saya membuat peraturan jam
07.45 WIB harus sudah tiba dikantor dan jam pulang kerja
pukul16.00 WIB dan ini sudah ada diperaturan tertulis yang saya
buat. Jika ada yang melanggar maka saya akan langsung
menegur nya dan jika di ulangi kembali akan mendapat Surat
Peringatan I ( SP I). Seminggu sekali setiap hari jumat saya
mengadakan kegiatan kebersihan bersama meliputi kebersihan
disekitar lingkungan kantor camat yang berguna untuk
menanamkan tanggungjawab bersama atas kesadaran lingkungan
dan menjalin kerjasama dan membangun komunikasi yang baik
dengan para pegawai sehingga diharapkan tingkat kedisiplinan
para pegawai tetap bertahan baik.” (Wawancara Camat
Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun, 22 Oktober 2013)
Penulis juga menanyakan tentang bagaimana sistem pengawasan terhadap kerja para pegawai. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Camat, Lamat Ludin Purba, beliau mengatakan :
“Sistem pengawasan yang saya lakukan dengan turun
langsung untuk memantau kerja para pegawai dengan
mendatangi ruang kerja mereka masing-masing dan menanyakan
apakah ada masalah dalam menyelesaikan pekerjaan nya dan
tiap sebulan sekali saya melakukan evaluasi kerja. Saya juga
meminta laporan secara berkala dari tiap Seksi dan Kasubbag
(61)
(Wawancara Camat Kecamatan Silimakuta Kabupaten
Simalungun, 22 Oktober 2013)
Untuk mengetahui hal paling utama yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin dalam meningkatkan etos kerja pegawai maka penulis menanyakan langsung kepada camat, “Bagaimana cara anda menjaga dan meningkatkan etos kerja pegawai kantor camat silimakuta?”
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Camat Drs. Lamat Ludin Purba, beliau mengatakan:
“Dengan menyediakan sarana dan prasarana untuk menunjang
kerja pegawai serta menciptakan suasana kerja yang nyaman
sehingga pegawai dapat merasa nyaman dalam bekerja sehingga
hasil pekerjaan nya juga efektif dan efisien.” (Wawancara Camat
Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun, 22 Oktober 2013)
Kemudian penulis juga menanyakan langsung kepada camat tentang seperti apa pengaruh gaya kepemimpinan seorang pemimpin dalam meningkatkan kinerja birokrasi.
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Camat Lamat Ludin Purba, beliau mengatakan:
“Seorang pemimpin sangat berpengaruh terhadap kinerja birokrasi dalam hal ini kinerja dan efektivitas kerja pegawai.
Seorang pemimpin harus tegas tapi tidak memaksakan kehendak
nya dan menjalin hubungan baik dengan bawahan serta terus
melakukan pembinaan dan arahan kepada pegawai dan selalu
(62)
mengetahui apakah hasil kerja pegawai sudah memenuhi standar
atau belum. Pemimpin juga harus bisa menghargai hasil kerja
bawahannya sehingga bawahan akan semakin termotivasi dalam
bekerja.” (Wawancara Camat Kecamatan Silimakuta Kabupaten
Simalungun, 22 Oktober 2013)
Setelah menanyakan beberapa poin yang berkaitan dengan gaya kepemimpinan, penulis kemudian menanyakan kepada camat tentang hal yang berkaitan dengan surat keterangan tanah. Untuk lebih memahami dan memperjelas pentingnya Surat Keterangan Tanah maka peneliti memunculkan pertanyaan, Apakah yang menjadi alasan utama dari masyarakat sehingga melakukan pengurusan Surat Keterangan Tanah?
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Camat Lamat Ludin Purba, beliau mengatakan:
“Alasan masyarakat melakukan pengurusan atau pembuatan Surat
Keterangan Tanah adalah untuk mencapai keabsahan atas tanah
mereka, untuk menjual tanah dimana mereka harus memiliki Surat
Keterangan Tanah sebagai dasar sebelum mengurus sertifikat atau
akte jual beli dari notaris atau pemerintah kecamatan, dan juga
sebagai berkas untuk melakukan peminjaman ke bank dimana juga
harus memiliki Surat Keterangan Tanah sebelum mengurus surat
lainnya..” (Wawancara Camat Kecamatan Silimakuta Kabupaten
Simalungun, 22 Oktober 2013)
Pentingnya berkas yang berkaitan dengan Surat Keterangan Tanah, seharusnya berdampak pada meningkatnya kesadaran masyarakat untuk
(63)
melakukan pengurusan surat tersebut. Sehingga penulis mengajukan wawancara yang dilakukan peneliti kepada Camat dengan pertanyaan, Seberapa besar masyarakat Kecamatan Silimakuta yang telah memiliki Surat Keterangan Tanah?
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Camat Lamat Ludin Purba, beliau mengatakan:
“Dari keseluruhan masyarakat kecamatan Silimakuta yang
memiliki tanah, masih banyak yang belum atau tidak memiliki
Surat Keterangan Tanah. Masih ada sekitar 30% masyarakat yang
belum memiliki SKT, dikarenakan Tanah mereka adalah Tanah
warisan turun temurun. Mayoritas masyarakat yang belum
memiliki SKT ini berada di nagori/ desa seperti Sibangun Meriah,
Purba tua atau Sinar Baru. (Wawancara Camat Kecamatan
Silimakuta Kabupaten Simalungun, 22 Oktober 2013)
Adanya perbedaan keterangan masyarakat mengenai proses pengurusan Surat Keterangan Tanah mengarah kepada pertanyaan bahwa bagaimana sebenarnya proses pengurusan Surat Keterangan Tanah. Dengan alasan itupula penulis menanyakan kepada camat mengenai bagaimana sebenarnya tahapan-tahapan dalam pengurusan Surat Keterangan Tanah yang dilakukan di Kecamatan?
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Camat Lamat Ludin Purba, beliau mengatakan:
“Masyarakat melapor kepada kecamatan dengan melampirkan
berkas seperti, KK dan batas-batas, kemudian Kecamatan (dalam
(1)
5. Masih banyak masyarakat Kecamatan silimakuta yang belum memiliki Surat Keterangan Tanah, dikarenakan tanah yang mereka miliki merupakan tanah warisan turun menurun. Setelah peneliti terjun langsung kemasyarakat, diperoleh alasan lain mengapa masih banyak masyarakat belum memiliki Surat Keterangan Tanah yaitu: Pertama, masyarakat belum menyadari pentingnya Surat Keterangan Tanah sebagai tanda keabsahan tanah mereka. Kedua, yaitu masyarakat enggan mengurus Surat Keterangan Tanah karena proses yang lama dan berbelit-belit.
6. Gaya kepemimpinan seorang pemimpin sangat penting dalam meningkatkan kinerja birokrasi. Salah satu pemimpin yang memiliki wilayah kerja tersendiri adalah Camat. Sebagai pemimpin dalam wilayah kecamatan, camat memiliki peran yang sangat penting dalam pelayanan publik, hal ini dikarenakan camat memiliki wewenang yang dapat memberi arahan kepada pegawai dalam meningkatkan setiap pengurusan pelayanan publik.
7. Salah satu tugas pemerintahan kecamatan adalah tempat dimana dilakukan pengurusan Surat Keterangan Tanah. Selain melakukan pengurusan Surat Keterangan Tanah, Pemerintah Kecamatan juga memiliki wewenang untuk mengeluarkan Surat Keterangan Tanah tersebut. Dilain pihak, surat keterangan tanah tersebut sangat penting untuk menjamin tidak adanya sengketa kepemilikan tanah antara masyarakat. Oleh karena itu, kepemimpinan seorang camat disini sangat penting untuk mengawal proses pembuatan Surat Keterangan
(2)
Tanah dan juga mempersuasif masyarakat agar masyarakat tahu seberapa pentingnya Surat Keterangan Tanah tersebut dalam hal menjamin keabsahan tanah mereka.
VI.2. Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis kemukakan sebagai bahan masukan untuk lebih meningkatkan mutu dan manfaat penelitian ini, khususnya bagi Kantor Camat Silimakuta Kabupaten Simalungun sebagai objek penelitian adalah sebagai berikut :
1.Kepemimpinan Camat Silimakuta saat ini sudah cukup baik dan sebaiknya agar tetap dipertahankan dan lebih ditingkatkan lagi
2.Camat Silimakuta menggunakan gaya kepemimpinan tipe demokratis dalam menjalankan kepemimpinannya dan hal ini berdampak cukup baik terhadap kinerja birokrasi di Kecamatan silimakuta. Namun, gaya kepemimpinan tipe demokratis ini juga memiliki kelemahan yaitu proses pengambilan keputusan memakan waktu cukup banyak dan sulitnya mencapai kesepakatan. Oleh karena itu, Camat Silimakuta harus mampu menyikapi kelemahan tersebut agar tidak menjadi penghambat kinerja kecamatan sebagai agen pelayanan publik.
3. Kinerja pegawai dan tingkat efektivitas kerja pegawai sejauh ini juga cukup baik dan memuaskan dan agar dipertahankan dan lebih ditingkatkan lagi.
4. Lebih meningkatkan fasilitas ataupun sarana dan prasarana agar dapat mendukung peningkatan kinerja para pegawai sehingga hasil kerja para pegawai akan lebih efektif dan efisien.
(3)
5. Meningkatkan kualitas dan sumber daya aparatur yang profesional melalui pendidikan ataupun pelatihan untuk ditempatkan sesuai dengan kompetensinya sehingga mendukung terciptanya program kerja dan rencana kegiatan yang jelas.
6.Perlunya memperhatikan aspek kuantitas kerja dalam membangun efektivitas kerja pegawai pada Kantor Camat Silimakuta Kabupaten Simalungun, dimana fasilitas- fasilitas pendukung yang kurang memadai, baik itu pengadaan peralatan kantor dan biaya patut dibenahi. 7. Dalam hal pengurusan Surat Keterangan Tanah, dari informasi yang
diperoleh peneliti di lapangan, bahwa pengurusan Surat Keterangan Tanah dibebankan biaya sebesar 1% dari harga tanah yang akan di urus Surat Keterangan Tanahnya. Ini berarti perlu adanya penginformasian dari pemerintah kecamatan kepada masyarakat sehingga tidak terjadi kesalahpahaman antara pemerintah kelurahan dengan masyarakat.
8.Hal yang sama juga harus diberlakukan mengenai informasi waktu dalam pengurusan Surat Keterangan Tanah. Tidak adanya ketentuan mengenai batas waktu penyelesaian hendaknya harus diinformasikan pemerintah kecamatan kepada masyarakat untuk meminimalisasi adanya adanya anggapan masyarakat akan ketidakbagusan dari kinerja pemerintah kecamatan. Sehingga harus ada penegasan mengenai peningkatan kerjasama pemerintah kecamatan dengan masyarakat dalam pengurusan Surat Keterangan Tanah yang baik.
9.Pemerintah Kecamatan sebaiknya mengintensifkan lagi sosialisasi tentang pentingnya Surat Keterangan Tanah untuk meminimalisir terjadinya
(4)
konflik kepemilikan tanah dimasyarakat. Hal ini juga secara tidak langsung akan menjadi ajang edukasi bagi masyarakat dalam hal ini pentingnya pengurusan Surat Keterangan Tanah.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Ivancevich, John. 1985. Edisi Kelima Organisasi. Jakarta : Erlangga
Kartono, Kartini. 2010. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Moenir, H. A.S. 1995, Manajemen Pelayanan di Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara.
Moekijat. 1982. Sistem Dan Prosedur Kerja. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Pamudji, S, 1985, Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia. Jakarta: Bina Aksara.
Sarundajang, Sinyo. 2003. Birokrasi Dalam Otonomi Daerah dan Upaya
Mengatasinya. Jakarta: Bumi Aksara
Sedarmayanti. 2002. Restrukturasi dan Pemberdayaan Organisasi untuk
Menghadapi Dinamika Essensial dan Aktual. Bandung: Mandjar
Baru.
Siagian, Sondang. 1986. Filsafat Administrasi. Jakarta : Gunung Agung.
Singarimbun, Masri. 2006. Metode Penelitian Survai. Jakarta: Pustaka LP3S
Simamora, Henry. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE YKPN
Soejadi,F.X. 1995. Organisasi Dan Manajemen. Jakarta: CV. Haji Mas Agung.
Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif
Pendekatan. Jakarta : Prenada Media.
Syafii, Inu Kencana. 2003. Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia . Bandung: PT Bumi Aksara.
(6)
Maju.
Thoha, Miftah. 1990. Kepemimpinan dan Manajemen (Suatu Pendekatan
Perilaku). Bandung: Sinar Baru.
Tyson, S. 2002. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Andi and Pearson Education Asia Pte. Ltd.
Usman, Husaini. 2009. Metodologi Penelitian Sosial (Edisi Kedua). Jakarta: Bumi Aksara.
Wursanto, I.G. Dasar-dasar Ilmu Organisasi. Yogyakarta: Andi
Zuriah, Nurul. 2006. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan :Teori-Aplikasi. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Sumber Undang-Undang :
Undang-undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Sumber Website :
http://www.scribd.com/doc/29392472/Makalah-Birokrasi-Pelayanan-Publik diakses pada tanggal 23 Agustus 2012, 15.10WIB
http://emperordeva.com/about/makalah-tentang-kepemimpinan/ diakses pada 25 Agustus 2012, 22.45 WIB
http:kebebasandalamberinformasi.org/2010/10/26/kinerjabirokrasi-pelayananpublik/ diakses pada 10 oktober 2013, 19.00 WIB
http://duniabaca.com/hakekat-dan-teori-kepemimpinan.html, diakses pada 25 Februari 2014, 22.45 WIB