Uji Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi

4.2.2.2 Uji Heteroskedastisitas

Asumsi heteroskedastisitas adalah asumsi dalam regresi dimana varians dari residual tidak sama untuk satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Uji untuk mengetahui heteroskedastisitas ini adalah dengan melihat penyebaran dari varians residual pada diagram pencar scatterplot. Sumber: Hasil Penelitian, 2014 Data diolah Gambar 4.3 Grafik Scatterplot Perusahaan Perbankan di BEI Pada Gambar 4.3 terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas. Hal ini menunjukkan tidak Universitas Sumatera Utara terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai .

4.2.2.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terdapat korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel pengganggu pada periode sebelumnya. Gejala autokorelasi dideteksi dengan menggunakan uji Durbin Watson DW. Kriteria pengambilan keputusan uji autokorelasi ditunjukkan pada Tabel berikut: Tabel 4.3 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi Hipotesis nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 d dl Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dl d 4 Tidak ada korelasi negatif No decision 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl Tidak ada autokorelasi positif atau negative Tidak ditolak Du d 4 – du Sumber : Situmorang et al 2012 : 126 Tabel 4.4 Autokorelasi Model Summary b odel R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson .318 a .101 .011 5.25072 1.567 a. Predictors: Constant, EPS, DER, ROE, ROA b. Dependent Variable: PER Sumber: Hasil Penelitian, 2014 Data diolah Universitas Sumatera Utara Pada hasil output SPSS yang digambarkan dalam Tabel 4.5 terlihat nilai DW sebesar 1,567 dengan jumlah pengamatan sebanyak 45 dan kasus = 5, maka nilai du = 1,7762 dan nilai dl = 1,2874. Melalui data tersebut diperoleh hasil bahwa dl d du 1,2878 1,567 1,7762. Maka disimpulkan terjadi autokorelasi positif pada model regresi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu dengan yang lainnya. Masalah ini muncul karena kesalahan pengganggu dari satu observasi tidak bebas ke observasi lainnya. Deteksi terhadap autokorelasi dapat juga dilakukan dengan metode The Runs Test seperti dalam Tabel 4.6 berikut : Tabel 4.5 Autokorelasi ‒ The Runs Test Runs Test Unstand ardized Residual Test Value a -.64981 Cases Test Value 22 Cases = Test Value 23 Total Cases 45 Number of Runs 22 Z -.298 Asymp. Sig. 2-tailed .765 Sumber: Hasil Penelitian, 2013 Data diolah Universitas Sumatera Utara Hasil output SPSS menunjukkan bahwa nilai test adalah -0,64891 dengan probabilitas 0,765. Nilai signifikansi berada di bawah 0,05 yang berarti tidak menerima hipotesis nol H . Sehingga dapat disimpulkan bahwa residual bersifat tidak random atau terjadi autokorelasi antar nilai residual.

4.2.2.4 Uji Multikolinearitas