4.2 Hasil Penelitian
Tujuan Peneltian ini adalah untuk menguji apakah debt to equity, return on equity, return on asset dan earning per share bepengaruh terhadap priec
earning ratio pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia.. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah berdasarkan kriteria tertentu, dan dari
31 perusahaan perbankan yang ada di bursa efek Indonesia, diperoleh 15 sampel yang memenuhi kriteria. Periode yan diambil adalah 3 Tiga tahun yaitu
tahun 2010 hingga tahun 2012.
3.2.1 Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan ringkasaan dan gambaran umum tetang objek penelitian yang dijadiakan sampel penelitian. Penjelasan
data melalui statistik deskriptif diharapkan memberikan gambaran awal tentang masalah yang diteliti. Deskripsi data penelitian dari masing-masing variabel
yang meliputi nlai mean, nilai maksimum, nilai minimum dan standar deviasi baik dari variabel bebas dan variabel terikat pada perusahaan sektor aneka
Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
Sumber : Output SPSS 2014
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari Tabel 4.1 maka dapat dijelaskan bahwa :
1. Variabel debt to equity DER memiliki jumlah sampel N sebanyak 45, dengan nilai minimum 0,071 dan nilai maksimum 65,35. Rata-rata sebesar
8.44771 dengan standar deviasi 9.758032. 2. Variabel return on equity ROE memiliki jumlah sampel N 45, nilai
minimum sebesar 0,001 dan tingkat maksimum sebesar 0,313 dengan rata- rata 0,12556 dengan standard deviasi sebesar 0,076888.
3. Variabel return on asset ROA memiliki jumlah sampel N 45, nilai minimum 0,001 dan nilai maksimum 0,034, dengan tingkat rata-rata
sebesar 0,01597 dan tingkat standard deviasi 0,008381.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum
Mean Std. Deviation
DER 45
.073 65.350
8.44771 9.758032
ROE 45
.001 .313
.12556 .076888
ROA 45
.001 .034
.01597 .008381
EPS 45
5.110 778.930
197.35156 207.113300
PER 45
6.531 29.185
14.45387 5.280803
Valid N listwise
45
Universitas Sumatera Utara
4. Variable earning per share EPS memiliki jumlah sampel N 45, nilai minimum 5,11 dan nilai maksimum 778,93. Rata-rata EPS perusahaan
sebesar 197.35156 dengan standar deviasi 207.11330. 5. Variabel price earning ratioPER memiliki jumlah sampel N 45, nilai
minimum 6,531 dan nilai maksimum 29,185. Rata-rata sebesar 14,45387 dengan standar deviasi 5.280803
3.2.2 Pengujian Asumsi Klasik
4.2.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data-data dari variabel yang digunakan dalam penelitian terdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui analisis grafik dan analisis statistik. Normalitas data dapat dideteksi melalui
analisis grafik dengan melihat bentuk gambar kurva dari Histogram Display Normal Curve. Data dikatakan normal jika bentuk kurva tersebut tidak condong
ke kiri maupun ke kanan, melainkan ke tengah dengan bentuk seperti lonceng. Selain itu, normalisasi data juga dapat dilihat dengan menggunakan Normal P-
Plot dimana data dikatakan dalam keadaan normal apabila distribusi data menyebar di sekitar garis diagonal. Sedangkan uji statistik yang dapat
digunakan dalam uji normalitas adalah Uji Kolmogorov – Smirnov K-S. Dasar pengambilan keputusan dalam uji K-S adalah sebagai berikut:
a. Apabila nilai signifikansi atau nilai probabilitas 0,05; maka H diterima,
yang berarti data berdistribusi normal.
Universitas Sumatera Utara
b. Apabila nilai signifikansi atau nilai probabilitas 0,05; maka H ditolak,
yang berarti data tidak berdistribusi normal. Adapun hasil pengujian normalitas dalam penelitian ini dapat dilihat
sebagai berikut: 1. Uji Normalitas Pada Multinational Company MNC
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS
Sumber: Hasil Penelitian, 2014 Data diolah
Gambar 4.1 Histogram Uji Normalitas Perusahaan Perbankan di BEI
Universitas Sumatera Utara
Dengan melihat tampilan grafik histogram dapat disimpulkan bahwa grafik tersebut memberikan pola distribusi yang normal, karena kurvanya tidak
menceng ke kiri atau ke kanan. Untuk lebih menjelaskan bahwa data yang diuji berdistribusi normal
dapat juga dilihat dengan grafik normal probability plot yang menunjukkan titik- titik menyebar di sekitar garis diagonal, sebagaimana ditampilkan pada Gambar
4.2 berikut:
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS
Gambar 4.2 Grafik
Normal P-P Plot Perusahaan Perbankan di BEI
Universitas Sumatera Utara
Cara lain untuk melihat distribusi data normal atau tidak adalah dengan melakukan uji Kolmogrov Smirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikan
5, maka jika nilai Asymp. Sig. 2-tailed di atas 5 artinya variabel residual berdistribusi normal. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.2:
Tabel 4.2 Kolmogrov-Smirnov Data Perusahaan Perbankan di BEI
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 45
Normal Parameters
a,,b
Mean .0000000
Std. Deviation 5.00636160
Most Extreme Differences Absolute
.120 Positive
.120 Negative
-.074 Kolmogorov-Smirnov Z
.804 Asymp. Sig. 2-tailed
.537 a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Hasil Penelitian, 2014 Data diolah
Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai Asymp.Sig 2-tailed adalah 0,537 dan di atas nilai signifikansi 0,05 dan Nilai Kolmogrov-Smirnov Z
sebesar 0,804. Dengan kata lain variabel residual berdistribusi normal karena karena p = 0,537 0,05.
Universitas Sumatera Utara
4.2.2.2 Uji Heteroskedastisitas
Asumsi heteroskedastisitas adalah asumsi dalam regresi dimana varians dari residual tidak sama untuk satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Uji
untuk mengetahui heteroskedastisitas ini adalah dengan melihat penyebaran dari varians residual pada diagram pencar scatterplot.
Sumber: Hasil Penelitian, 2014 Data diolah
Gambar 4.3 Grafik Scatterplot Perusahaan Perbankan di BEI
Pada Gambar 4.3 terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas. Hal ini menunjukkan tidak
Universitas Sumatera Utara
terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai
.
4.2.2.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terdapat korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu
dengan variabel pengganggu pada periode sebelumnya. Gejala autokorelasi dideteksi dengan menggunakan uji Durbin Watson DW. Kriteria pengambilan
keputusan uji autokorelasi ditunjukkan pada Tabel berikut:
Tabel 4.3 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi
Hipotesis nol Keputusan
Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak
0 d dl Tidak ada autokorelasi positif
No decision dl
≤ d ≤ du Tidak ada korelasi negatif
Tolak 4 – dl d 4
Tidak ada korelasi negatif No decision
4 – du ≤ d ≤ 4 – dl
Tidak ada autokorelasi positif atau negative
Tidak ditolak Du d 4 – du
Sumber : Situmorang et al 2012 : 126
Tabel 4.4 Autokorelasi
Model Summary
b
odel R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson .318
a
.101 .011
5.25072 1.567
a. Predictors: Constant, EPS, DER, ROE, ROA b. Dependent Variable: PER
Sumber: Hasil Penelitian, 2014 Data diolah
Universitas Sumatera Utara
Pada hasil output SPSS yang digambarkan dalam Tabel 4.5 terlihat nilai DW sebesar 1,567 dengan jumlah pengamatan sebanyak 45 dan kasus = 5,
maka nilai du = 1,7762 dan nilai dl = 1,2874. Melalui data tersebut diperoleh hasil bahwa dl d du 1,2878 1,567 1,7762. Maka
disimpulkan terjadi autokorelasi positif pada model regresi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu
dengan yang lainnya. Masalah ini muncul karena kesalahan pengganggu dari satu observasi tidak bebas ke observasi lainnya.
Deteksi terhadap autokorelasi dapat juga dilakukan dengan
metode The Runs Test seperti dalam Tabel 4.6 berikut : Tabel 4.5
Autokorelasi ‒ The Runs Test
Runs Test
Unstand ardized Residual
Test Value
a
-.64981 Cases Test Value
22 Cases = Test Value
23 Total Cases
45 Number of Runs
22 Z
-.298 Asymp. Sig. 2-tailed
.765
Sumber: Hasil Penelitian, 2013 Data diolah
Universitas Sumatera Utara
Hasil output SPSS menunjukkan bahwa nilai test adalah -0,64891 dengan probabilitas 0,765. Nilai signifikansi berada di bawah 0,05 yang berarti tidak
menerima hipotesis nol H . Sehingga dapat disimpulkan bahwa residual
bersifat tidak random atau terjadi autokorelasi antar nilai residual.
4.2.2.4 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasihubungan linier antarvariabel independen.
Hubungan linear antarvariabel independen inilah yang disebut
multikolinearitas. Adanya multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance value atau nilai Variance Inflation Factor VIF. Batas tolerance value adalah 0,1
dan batas VIF ada lah 5, dimana tolerance value 0,1 atau VIF 5 maka terjadi multikolinearitas dan tolerance value 0,1 atau VIF 5 maka tidak
terjadi multikolinearitas.
Tabel 4.6 Hasil Regresi Linear Berganda
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t Sig.
Collinearity Statistics B
Std. Error Beta
Tolerance VIF
Constant 17.591 2.001
8.792 .000
DER -.098
.084 -.181 -1.175
.247 .943
1.061 ROE
-5.687 15.664
-.083 -.363 .718
.432 2.315
ROA -62.004
193.055 -.098 -.321
.750 .239
4.178 EPS
-.003 .006
-.120 -.516 .609
.416 2.404
a. Dependent Variable: PER
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 4.7 di atas, terlihat bahwa setiap variabel independen memiliki tolerance value 0,1 dan VIF 5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam
model regresi tidak terdapat multikolinearitas.
4.2.3 Hasil Regresi Linear Berganda
Dari Tabel diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai berikut : Y = 17,591-0,098 X1 -5,687 X2 – 62,004 X3 – 0,003 X4 +e
Dimana Y
= Price earning ratio
X
1
= Debt to equity
X
2
= Return on equity
X
3
= Return on asset
X
4
= Earning per share
e = Standar eror
Interpretasi model : a. Konstanta bernilai 17,591. Hal ini menunjukkan bahwa price earning
ratio PER adalah Rp 17,591 satuan, apabila kedua variabel bebas yang diteliti nilainya sama dengan nol. Dengan kata lain, price earning ratio
akan tetap sebesar Rp 17,591 jika variabel bebasnya tidak memiliki pengaruh
b. Koefisien regresi debt to equity DER bernilai -0,098 artinya jika DER meningkat sebesar 1 satuan, maka PER akan mengalami penurunan
sebesar -0,098 kali.
Universitas Sumatera Utara
c. Koefisien regresi return on equity ROE bernilai -5,687 artinya jika ROEmeningkat sebesar 1 satuan, maka PER akan mengalami penurunan
sebesar -5,687 kali. d. Koefisien regresi return on asset ROA bernilai – 62,004 artinya jika
ROA meningkat sebesar 1 satuan, maka PER akan mengalami penurunan sebesar – 62,004 kali.
e. Koefisien regresi earning per share EPS bernilai – 0,003 artinya jika EPS meningkat sebesar 1 satuan, maka PER akan mengalami penurunan
sebesar -0,003 kali.
4.2.4 Pengujian Hipotesis 4.2.4.1 Uji Serempak Uji-F