Pola Strategi Komunikasi Antarpribadi Guru dan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini (Studi Deskriptif tentang Pola Strategi Komunikasi Antarpribadi Guru dan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini di TK Sabila Amanda Medan).

(1)

POLA STRATEGI KOMUNIKASI ANTARPRIBADI GURU DAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI

(Studi Deskriptif Tentang Pola Strategi Komunikasi Antarpribadi Guru Dan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini di TK Sabila Amanda Medan)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Dartemen Ilmu Komunikasi

Disusun Oleh : IRNA SYAFITRI

080904052

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Irna Syafitri

Nim : 080904052 Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Pola Strategi Komunikasi Antarpribadi Guru dan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini (Studi Deskriptif tentang Pola Strategi Komunikasi Antarpribadi Guru dan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini di TK Sabila Amanda Medan).

Medan, Februari 2012

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

(Dr. Iskandar Zulkarnain, M.Si)

NIP. 196609031990031004 NIP. 196208281987012001

(Dra. Fatma Wardy Lubis, MA)

Dekan FISIP USU

NIP. 196805251992031002 (Prof. Dr. Badaruddin, M.Si)


(3)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Pola Strategi Komunikasi Antarpribadi Guru Dan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini (Studi Deskriptif Tentang Pola Strategi Komunikasi Antarpribadi Guru Dan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini di TK Sabila Amanda Medan). Anak usia dini merupakan periode dimana anak sedang berada dalam proses perkembangan, seperti perkembangan fisik/jasmani, intelektual, sosial, emosional dan moral. Masa usia dini adalah merupakan masa keemasan atau golden age, dengan karakteristik memiliki tingkat kecerdasan yang optimal, sehingga anak mampu menyerap apapun yang diajarkan oleh lingkungannya. Anak sebagai generasi unggul pada dasarnya tidak akan tumbuh dan berkembang dengan sendirinya. Mereka membutuhkan pendidikan yang berguna bagi kelanjutan pendidikan pada jenjang berikutnya. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah salah satu bentuk jalur pendidikan anak dari usia 0-6 tahun yang diselengarakan secara terpadu dalam satu program pembelajaran agar anak dapat mengembangkan segala daya guna dan kreativitasnya sesuai dengan karakteristik perkembangannya. Salah satu pembelajaran yang diberikan adalah pembelajaran mengenai keterampilan sosial dengan tujuan agar anak dapat mengenal lingkungannya. Hal ini dapat berperan sebagai pondasi yang kemudian akan membentuk sikap serta kepercayaan diri anak. Guru sebagai pendidik sekaligus berperan sebagai orang terdekat anak ketika anak berada disekolah harus mampu mengembangkan keterampilan sosial ini pada anak. Guru dituntut agar dapat memberikan pembelajaran yang berguna untuk membentuk keterampilan sosial pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola strategi komunikasi yang digunakan oleh guru dalam membentuk keterampilan sosial pada anak usia dini. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori interaksionisme simbolis dan teori belajar sosial.

Penelitian ini dilakukan di TK Sabila Amanda Medan pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan Januari 2012. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi dan penelitian kepustakaan. Subjek dalam penelitian ini adalah guru kelas di TK Sabila Amanda Medan yang berjumlah 7 orang dan objek penelitian adalah keterampilan sosial anak usia dini di TK Sabila Amanda Medan. Teknik analisis data dilakukan dengan menelaah seluruh data yang tersedia kemudian mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi kemudian menyusunnya dalam satuan-satuan, selanjutnya pemeriksaan keabsahan data dan terakhir tahap penafsiran data.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi antarpribadi merupakan bentuk komunikasi yang efektif digunakan dalam memberikan pembelajaran kepada anak terutama mengenai keterampilan sosial. Melalui komunikasi antarpribadi, guru dapat menjalin kedekatan secara individual dengan anak. Kedekatan ini diperlukan oleh seorang guru agar mampu memiliki kepekaan yang tinggi terhadap segala sesuatu yang menjadi kebutuhan anak dalam membentuk keterampilan sosialnya. Pola strategi komunikasi dua arah dan banyak arah yang digunakan oleh guru sangat efektif digunakan dalam proses pembentukan keterampilan sosial pada anak usia dini. Anak yang telah berhasil memiliki keterampilan sosial dalam dirinya tidak akan mengalami kesulitan lagi saat akan memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Anak akan siap dalam menapak dunia luar saat ia dewasa sebagai makhluk individu dan makhluk sosial dalam upaya melakukan penyesuaian sosial. Keterampilan sosial ini tidak hanya bermanfaat bagi anak tetapi juga bagi orang-orang disekitarnya. Meskipun sosialisasi berjalan terus tetapi perkembangan utamanya terjadi pada masa kanak-kanak. Untuk itu keterampilan sosial harus selalu ditanamkan agar menjadi karakter dalam diri anak.


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pola Strategi Komunikasi Antarpribadi Guru Dan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini di TK Sabila Amanda Medan.” Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan yang harus dilengkapi dalam memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, kiranya tidak tercipta begitu saja. Melainkan merupakan hasil pelajaran yang penulis terima selama mengikuti perkuliahan di Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan juga dari data yang didapatkan selama penelitian melalui hasil riset dari perpustakaan, internet dan buku-buku literatur lainnya.

Penulis banyak menjumpai hambatan ataupun halangan dalam penyelesaian skripsi ini, baik dalam mencari data ataupun dalam proses penulisannya. Disamping itu, penulis juga banyak mendapat saran, bimbingan dan arahan baik bersifat moril maupun materil dari berbagai pihak yang sangat bermanfaat. Secara khusus, penulis ucapkan terima kasih kepada orang tua dan keluarga penulis, Papa Ir. Irwansyah Panjaitan, Mama Nurhayati, Adik Ika, Iki, Ary, Anggi yang telah banyak memberikan dukungan yang tak terhingga nilainya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dengan segala kerendahan hati, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(5)

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi atas segala bantuan dan dukungan yang sangat bermanfaaat bagi penulis.

3. Bapak Dr. Iskandar Zulkarnain, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing penulis selama penulisan skripsi ini dan telah banyak memberikan masukan dan arahan kepada penulis.

4. Seluruh dosen dan staf pengajar yang telah membekali ilmu pengetahuan selama penulis mengikuti perkuliahan di Departemen Ilmu Komunikasi Fisip USU.

5. Staf Administrasi Departemen Ilmu Komunikasi, Kak Maya, Kak Icut dan Kak Ros yang telah banyak membantu selama penulis kuliah di Ilmu Komunikasi Fisip USU. 6. Kepala Sekolah TK Sabila Amanda Dra. Mariani Ammar yang telah memberikan izin

kepada penulis untuk melakukan penelitian dan telah memberikan banyak bantuan selama penelitian.

7. Guru-guru di TK Sabila Amanda yang telah memberikan banyak bantuan kepada peneliti selama penelitian.

8. Nenek tersayang Hj. Rosni Siregar yang senantiasa mengiringi setiap langkah penulis dengan doa dan restunya.

9. Fredy Aulia Siregar untuk semangat dan dukungannya yang luar biasa.

10. Sahabat-sahabat tercinta Ummu dan Astri atas dorongan dan semangat yang tiada henti.

11. Teman-teman terbaik Devi, Imah, Adhe, Famita, Ayu, Ucha, Cut, Suci, Nana, Karina, Aisyah atas semua dukungan dan bantuannya selama menjalani masa perkuliahan. 12. Teman-teman Ilmu Komunikasi Stambuk 2008.

Semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan rahmat serta karunia-Nya atas segala bantuan dan dukungan baik moril maupun materil yang telah diberikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.


(6)

Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi perbaikan dan kesempurnaan tulisan ini. Akhirnya. semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Medan, Februari 2012


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ……….. i

ABSTRAKSI ……… ii

KATA PENGANTAR ………. iii

DAFTAR ISI ……… vi

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ……… 1

I.2 Perumusan Masalah ………... 6

I.3 Pembatasan Masalah ………... 6

I.4 Tujuan Penelitian ………... 7

I.5 Manfaat Penelitian ………. 7

I.6 Kerangka Acuan Berpikir ……….. 8

BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi .………..……… 9

II.1.1 Prinsip Komunikasi ……… 10

II.1.2 Unsur-unsur Komunikasi ………... 13

II.1.3 Sifat Komunikasi ………... 13

II.1.4 Tatanan Komunikasi ……….. 13

II.1.5 Tujuan Komunikasi ……… 14

II.1.6 Komunikasi di TK Sabila Amanda ……… 14

II.2 Komunikasi Antarpribadi ……….. 15

II.2.1 Jenis Komunikasi Antarpribadi ………... 17

II.2.2 Ciri Komunikasi Antarpribadi ……….….. 17

II.2.3 Efektivitas Komunikasi Antarpribadi ……… 18

II.2.4 Komunikasi Antarpribadi di TK Sabila Amanda ……….. 18

II.3 Pola Strategi Komunikasi ……….……. 19

II.3.1 Pola Strategi Komunikasi di TK Sabila Amanda ……….……. 21

II.4 Taman Kanak-kanak (TK) ………...….. 21


(8)

II.5 Guru TK ……… 23

II.5.1 Guru di TK Sabila Amanda ……….………. 24

II.6 Anak Usia Dini ……….… 25

II.6.1 Anak Usia Dini di TK Sabila Amanda ……….………… 26

II.7 Keterampilan Sosial ……….. 26

II.7.1 Keterampilan Sosial di TK Sabila Amanda ……….. 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ………..……….……… 31

III.1.1 Alasan dan Latar Belakang Berdiri ……….…….. 31

III.1.2 Visi dan Misi ……….… 33

III.1.3 Target ……….... 34

III.2 Metode Penelitian ………. 34

III.3 Subjek dan Objek Penelitian ………. 34

III.4 Teknik Pengumpulan Data ……… 35

III.5 Teknik Analisis Data ……… 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Observasi dan Wawancara ……….. 37

IV.2 Pembahasan ………..…. 66

IV.2.1 Komunikasi Antarpribadi ……….. 68

IV.2.2 Pola Strategi Komunikasi ………..……… 70

IV.2.3 Keterampilan Sosial ……….. 71

IV.2.4 Teori Interaksionisme Simbolis ……… 74

IV.2.5 Teori Belajar Sosial ……….………. 77

IV.3 Hasil penelitian terdahulu yang sesuai dengan tema penelitian …...… 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan ………..……….… 85

V.2 Saran ……….…..….. 87

DAFTAR PUSTAKA ……….……….… 89 LAMPIRAN


(9)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Pola Strategi Komunikasi Antarpribadi Guru Dan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini (Studi Deskriptif Tentang Pola Strategi Komunikasi Antarpribadi Guru Dan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini di TK Sabila Amanda Medan). Anak usia dini merupakan periode dimana anak sedang berada dalam proses perkembangan, seperti perkembangan fisik/jasmani, intelektual, sosial, emosional dan moral. Masa usia dini adalah merupakan masa keemasan atau golden age, dengan karakteristik memiliki tingkat kecerdasan yang optimal, sehingga anak mampu menyerap apapun yang diajarkan oleh lingkungannya. Anak sebagai generasi unggul pada dasarnya tidak akan tumbuh dan berkembang dengan sendirinya. Mereka membutuhkan pendidikan yang berguna bagi kelanjutan pendidikan pada jenjang berikutnya. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah salah satu bentuk jalur pendidikan anak dari usia 0-6 tahun yang diselengarakan secara terpadu dalam satu program pembelajaran agar anak dapat mengembangkan segala daya guna dan kreativitasnya sesuai dengan karakteristik perkembangannya. Salah satu pembelajaran yang diberikan adalah pembelajaran mengenai keterampilan sosial dengan tujuan agar anak dapat mengenal lingkungannya. Hal ini dapat berperan sebagai pondasi yang kemudian akan membentuk sikap serta kepercayaan diri anak. Guru sebagai pendidik sekaligus berperan sebagai orang terdekat anak ketika anak berada disekolah harus mampu mengembangkan keterampilan sosial ini pada anak. Guru dituntut agar dapat memberikan pembelajaran yang berguna untuk membentuk keterampilan sosial pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola strategi komunikasi yang digunakan oleh guru dalam membentuk keterampilan sosial pada anak usia dini. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori interaksionisme simbolis dan teori belajar sosial.

Penelitian ini dilakukan di TK Sabila Amanda Medan pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan Januari 2012. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi dan penelitian kepustakaan. Subjek dalam penelitian ini adalah guru kelas di TK Sabila Amanda Medan yang berjumlah 7 orang dan objek penelitian adalah keterampilan sosial anak usia dini di TK Sabila Amanda Medan. Teknik analisis data dilakukan dengan menelaah seluruh data yang tersedia kemudian mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi kemudian menyusunnya dalam satuan-satuan, selanjutnya pemeriksaan keabsahan data dan terakhir tahap penafsiran data.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi antarpribadi merupakan bentuk komunikasi yang efektif digunakan dalam memberikan pembelajaran kepada anak terutama mengenai keterampilan sosial. Melalui komunikasi antarpribadi, guru dapat menjalin kedekatan secara individual dengan anak. Kedekatan ini diperlukan oleh seorang guru agar mampu memiliki kepekaan yang tinggi terhadap segala sesuatu yang menjadi kebutuhan anak dalam membentuk keterampilan sosialnya. Pola strategi komunikasi dua arah dan banyak arah yang digunakan oleh guru sangat efektif digunakan dalam proses pembentukan keterampilan sosial pada anak usia dini. Anak yang telah berhasil memiliki keterampilan sosial dalam dirinya tidak akan mengalami kesulitan lagi saat akan memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Anak akan siap dalam menapak dunia luar saat ia dewasa sebagai makhluk individu dan makhluk sosial dalam upaya melakukan penyesuaian sosial. Keterampilan sosial ini tidak hanya bermanfaat bagi anak tetapi juga bagi orang-orang disekitarnya. Meskipun sosialisasi berjalan terus tetapi perkembangan utamanya terjadi pada masa kanak-kanak. Untuk itu keterampilan sosial harus selalu ditanamkan agar menjadi karakter dalam diri anak.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak lepas dari individu lainnya. Secara kodrati manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama antarmanusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi. Dalam kehidupan semacam inilah terjadi interaksi. Dengan demikian kegiatan hidup manusia akan selalu dibarengi dengan proses interaksi atau komunikasi, baik interaksi dengan alam lingkungan, interaksi dengan sesama, maupun interaksi dengan Tuhannya, baik itu sengaja maupun tidak disengaja.

Interaksi sosial merupakan kebutuhan kodrati yang dimiliki oleh manusia. Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang. Bonner (Gerungan, 1986: 57) merumuskan interaksi sosial sebagai hubungan antara dua orang atau lebih dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.

Pada awal manusia dilahirkan manusia itu belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya. Pada dasarnya anak-anak mempunyai kebutuhan yang besar untuk berinteraksi dengan teman seusianya. Namun, tidak selalu mereka mendapatkan situasi yang mudah untuk dilalui atau bahkan untuk dipahami oleh mereka sendiri. Orang tua dan orang-


(11)

orang yang berada disekitar anak harus menjadi motor yang positif bagi anak sehingga dapat membantu perkembangan keterampilan sosial anak dan sekaligus membantu perkembangan psikologis anak menjadi lebih optimal. Keterampilan sosial pada anak merupakan salah satu hal penting dalam membantu anak untuk bisa mempunyai teman dan berinteraksi dengan orang lain. Keterampilan sosial ini membantu perkembangan anak dalam menjalani tugas perkembangannya.

Keterampilan tersebut harus mulai dikembangkan sejak anak masih berada pada rentangan usia dini yakni pada usia 0-6 tahun. Pengembangan keterampilan sosial pada anak dapat dilakukan misalnya dengan memberikan waktu yang cukup buat anak untuk bermain atau bercanda dengan teman sebayanya, memberikan tugas dan tanggungjawab sesuai dengan perkembangan anak dan berbagai upaya lainnya yang dapat merangsang tumbuhnya keterampilan sosial dalam diri anak. Dengan mengembangkan keterampilan tersebut sejak dini maka akan memudahkan anak dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan berikutnya sehingga ia dapat berkembang secara normal dan sehat saat ia remaja atau dewasa.

Lingkungan pertama tempat anak melatih keterampilan sosial selain di lingkungan keluarga adalah lingkungan sekolah dan pihak yang cukup berkompeten dalam mengenalkan bagaimana cara berinteraksi dengan lingkungan adalah guru di Taman Kanak-kanak (TK). TK adalah salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia 4 tahun sampai memasuki pendidikan dasar. Tujuan program kegiatan belajar di TK adalah untuk membantu meletakkan dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.

Kemampuan berkomunikasi sejak anak usia dini harus mendapat perhatian baik dari para orang tua maupun guru. Anak perlu dilatih berkomunikasi dengan baik sebagai bekal


(12)

dalam hubungan sosial mereka. Keterampilan berkomunikasi bukan sekedar kemampuan berbicara, melainkan kemampuan dalam menyampaikan kata-kata atau kalimat dengan baik kepada orang lain sekaligus juga mampu memahami dan merespon atau mampu menjalin komunikasi yang baik dan efektif. Dengan demikian kemampuan berkomunikasi ini menjadi inti dari sosialisasi. TK mempersiapkan anak secara fisik dan psikis sehingga anak siap dan mampu menapak ke dunia baru dengan lebih nyaman. TK juga dijadikan sebagai tempat menyenangkan bagi anak untuk bermain dan belajar serta mengembangkan diri sebagai makhluk sosial, sehingga keterampilan sosial perlu dipelajari oleh anak di TK.

Peran guru sebagai fasilitator dalam pelaksanaan pendidikan untuk anak usia dini harus mampu memberikan kemudahan kepada anak untuk mempelajari berbagai hal yang terdapat dalam lingkungannya. Anak usia dini memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat terhadap segala sesuatu serta memiliki sikap berpetualang dan minat yang kuat untuk mengobservasi lingkungan. Mereka selalu ingin tahu tentang segala apa yang mereka temui di lingkungannya, akan timbul pertanyaan-pertanyaan jika mereka menemui sesuatu yang baru baginya. Pengenalan terhadap lingkungan di sekitarnya merupakan pengalaman yang positif untuk mengembangkan minat keilmuan anak usia dini. Maka dari itu seorang guru harus peka terhadap kebutuhan ingin tahu dari anak usia dini ini dan juga seorang guru harus dapat memenuhi kebutuhan tersebut.

Membangun pengetahuan pada anak sangat berbeda dengan orang dewasa. Membangun pengetahuan pada anak khususnya anak usia dini haruslah berdasarkan kepada bermain dan permainan. Dengan melalui kegiatan bermain anak-anak dapat mengembangkan berbagai aspek yang diperlukan untuk persiapan masa depan. Bermain antara lain membantu perkembangan tubuh, perkembangan emosional, perkembangan sosial, perkembangan kognitif dan moral serta kepribadian maupun bahasa. Bermain juga bisa dijadikan media


(13)

untuk membina hubungan yang dekat diantara anak atau antara anak dengan orang tua, guru, maupun dengan orang dewasa lainnya sehingga tercipta komunikasi yang efektif.

Pada usia anak di TK, guru harus memberikan dasar-dasar ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk perkembangan diri anak kelak, baik yang bersifat kurikuler maupun ekstrakurikuler. Selain itu, seorang anak akan menghadapi berbagai tugas perkembangan, seperti belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya, proses terbentuknya konsep diri yang baik, mulai mengembangkan peran sosial sesuai gender-nya serta mengembangkan hati nurani, akhlak dan tata nilai pengertian. Pada masa itu pula seorang anak tidak saja membutuhkan bimbingan dari orang tua, tetapi juga guru, tokoh-tokoh masyarakat lainnya dan juga teman-teman. Selain itu, kesempatan untuk memperoleh pengalaman belajar juga memegang peran kritis, tidak seperti ketika berusia balita, dimana pengalaman belajar tersebut dilakukan hanya dengan bantuan orang tua dan orang di sekitar lingkungan terdekatnya.

Salah satu cara agar proses belajar anak memperoleh pengetahuan adalah melalui kegiatan bermain sambil belajar. Dengan bermain dan belajar, seorang anak akan memperoleh kesempatan untuk mempelajari berbagai hal baru. Belajar dan bermain bagi mereka juga merupakan sarana dalam mengembangkan berbagai keterampilan sosialnya. Dengan adanya kegiatan belajar dan bermain, seorang anak akan menemukan bahwa merancang suatu hal baru dan berbeda dapat menimbulkan kepuasan dan pada akhirnya seorang anak akan menjadi lebih kreatif dan inovatif. Hal ini sangat berguna bagi tumbuh kembang anak yang masih berada pada rentangan usia dini.

Khusus mengenai pemahaman tentang peranan guru sebagai orang terdekat anak disekolah harus pula dirubah. Guru tidak lagi sebagai orang dewasa dan pembimbing yang hanya mengatur dan menjalankan kurikulum disekolah. Guru adalah orang dewasa yang sangat harus disukai anak. Peran guru sebagai teman, model, motivator, dan fasilitator akan


(14)

menjadikan anak senang datang ke sekolah dan akan menjadikan setiap proses belajar menjadi bermaknadan menyenangkan bagi anak. Inilah yang akan selalu dituntut oleh masyarakat di era sekarang ini dimana guru menjadi seorang profesional. Ia juga akan dituntut kematangan yang mempersyaratkan willingness dan ability, baik secara intelektual maupun pada kondisi yang prima. Profesionalisasi seperti ini harus dipandang sebagai proses yang terus menerus.

Penelitian ini akan dilakukan pada guru kelas di Taman Kanak-kanak (TK) Sabila Amanda Medan. TK Sabila Amanda adalah merupakan salah satu TK Al-Qur’an di kota Medan yang memiliki metode pengajaran dengan mendekatkan para anak kepada pengajar atau guru kelasnya. Hal ini dapat dilihat dengan panggilan “Bunda” oleh setiap anak kepada para guru kelas. Panggilan ini dimaksudkan untuk mendekatkan anak secara emosional dengan para pengajar. Mereka akan merasa seperti memanggil ibu kandung mereka sendiri dirumah. Selain itu suasana belajar yang menyenangkan dengan menggunakan strategi, metode, materi/bahan dan media yang menarik serta mudah diikuti oleh anak juga menjadi pendukung terbentuknya interaksi yang intesif antara guru dengan anak maupun antara sesama anak. Tidak hanya dalam suasana belajar, dalam suasana bermain juga mereka dituntut untuk menjalin interaksi dengan sesamanya. Beberapa permainan sengaja dirancang untuk membangun keterampilan sosial mereka.

Metode pengajaran dengan persentase 70% belajar dan 30% bermain juga merupakan suatu keunggulan tersendiri dari TK Sabila Amanda. TK ini membuat metode pengajaran dimana lebih banyak persentase belajar dengan maksud agar anak didik lebih siap dari segi akademik untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya yaitu sekolah dasar (SD). Hal ini juga dikarenakan tuntutan zaman, dimana saat sekarang ini kebanyakan SD membuat persyaratan untuk anak yang akan masuk SD harus sudah lulus dari TK. Metode pengajaran yang digunakan adalah metode yang membuat para anak merasa nyaman dan santai dengan


(15)

menyisipkan metode bermain sambil belajar sehingga tanpa disadari anak telah memperoleh pelajaran saat mereka bermain. TK Sabila Amanda juga telah banyak mencetak prestasi, diantaranya memperoleh juara dalam berbagai perlombaan, diantaranya perlombaan mewarnai, peragaan busana daerah, menyanyi, menari dan hapalan surah-surah Al-Qur’an.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti bagaimana pola strategi komunikasi antarpribadi guru dan keterampilan sosial anak usia dini di TK Sabila Amanda Medan.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Bagaimanakah pola strategi komunikasi antarpribadi guru dan keterampilan sosial anak usia dini di TK Sabila Amanda Medan?”

I.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini bersifat deskriptif yang hanya memaparkan suatu situasi atau peristiwa secara sistematis, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.

2. Penelitian ini terbatas pada pola strategi komunikasi antarpribadi guru dan keterampilan sosial anak usia dini di TK Sabila Amanda Medan.

3. Subjek penelitian adalah guru kelas di TK Sabila Amanda Medan dan objek penelitiannya adalah keterampilan sosial anak usia dini di TK Sabila Amanda Medan.


(16)

4. Lokasi penelitian adalah TK Sabila Amanda Jln. Raya Menteng Gg. Benteng No. 1 Medan.

5. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2011, dengan lama penelitian yang akan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan.

I.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Untuk mengetahui pola strategi komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh guru dalam membentuk keterampilan sosial anak usia dini di TK Sabila Amanda Medan.

I.5 Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas atau menambah khasanah penelitian komunikasi khususnya penelitian mengenai komunikasi antarpribadi di lingkungan FISIP USU.

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai pola strategi komunikasi antarpribadi guru dan keterampilan sosial anak usia dini.

3. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan kontribusi kepada siapa saja yang tertarik terhadap pengetahuan yang berhubungan dengan komunikasi antarpribadi serta dapat menjadi masukan bagi TK tempat penelitian dilakukan yaitu TK Sabila Amanda Medan.


(17)

I.6 Kerangka Acuan Berpikir Kerangka Acuan Berpikir Peneliti

Sumber : Peneliti 2011

Taman Kanak-kanak

(TK)

Pola Strategi Komunikasi Antarpribadi Guru TK

Keterampilan Sosial Anak

Usia Dini

Anak Usia Dini


(18)

BAB II

URAIAN TEORITIS

Penjelasan mengenai pemikiran teoritis dan fakta empiris dari penelitian ini yang telah dilakukan berguna sebagai acuan untuk menjawab permasalahan penelitian yang diungkapkan diatas.

II.1 Komunikasi

Komunikasi merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Setiap orang yang hidup dalam masyarakat, sejak bangun tidur sampai tidur lagi, secara kodrati senantiasa terlibat dalam komunikasi. Terjadinya komunikasi adalah sebagai konsekuensi hubungan sosial (social relations). Masyarakat paling sedikit terdiri dari dua orang yang saling berhubungan satu sama lain yang karena berhubungan menimbulkan interaksi sosial. Terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi (Effendy, 2004: 3).

Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa Latin Communico yang artinya membagi (Cherry dalam Stuart, 1983).

Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antarsesama manusia melalui pertukaran infomasi untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu (Cangara, 2007: 19). Everett M. Rogers dan Lawrence Kincaid (dalam buku Wiryanto, 2004:6) menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam.


(19)

Kemudian menurut Shannon dan Weaver (dalam buku Hafied Cangara, 2006:18) komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak disengaja, tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.

Komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya, jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Dengan perkataan lain, hubungan antara mereka itu bersifat komunikatif. Schramm menyatakan bahwa field of experience atau bidang pengalaman merupakan faktor yang amat penting untuk terjadinya komunikasi. Apabila bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, maka komunikasi akan berlangsung lancar.

II.1.1 Prinsip Komunikasi

Prinsip-prinsip komunikasi seperti halnya fungsi dan definisi komunikasi mempunyai uraian yang beragam sesuai dengan konsep yang dikembangkan oleh masing-masing pakar. Terdapat 12 prinsip komunikasi yang dikatakan sebagai penjabaran lebih jauh dari definisi dan hakekat komunikasi (dalam buku Deddy Mulyana, 2007:91) yaitu :

1. Komunikasi adalah suatu proses simbolik.

Komunikasi adalah sesuatu yang bersifat dinamis, sirkular dan tidak berakhir pada suatu titik, tetapi terus berkelanjutan.

2. Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi.

Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu stimulus.


(20)

3. Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan.

Setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut kita bisa memprediksi dimensi hubungan yang ada diantara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi.

4. Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan.

Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat kesengajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci dan detail), sampai pada tindakan komunikasi yang betul-betul disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap tujuannya tercapai).

5. Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu.

Pesan komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara verbal maupun non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu berlangsung.

6. Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi.

Tidak dapat dibayangkan jika orang melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka kita dapat memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas dengan senyuman, jika kita menyapa seseorang maka orang tersebut akan membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat seseorang menjadi tenang dalam melakukan proses komunikasi.

7. Komunikasi itu bersifat sistemik.

Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal tersebut. Sisi internal seperti lingkungan


(21)

keluarga dan lingkungan dimana dia bersosialisasi mempengaruhi bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi.

8. Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi.

Jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan. Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling dipertukarkan.

9. Komunikasi bersifat nonsekuensial.

Proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti tidak berlangsung satu arah. Melibatkan respon atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang dikirimkan itu diterima dan dimengerti.

10. Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional.

Konsekuensi dari prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah komunikasi itu dinamis dan transaksional. Ada proses saling memberi dan menerima informasi diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi.

11. Komunikasi bersifat irreversible.

Setiap orang yang melakukan proses komunikasi tidak dapat mengontrol sedemikian rupa terhadap efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik kembali.

12. Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah.

Dalam arti bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah.


(22)

II.1.2 Unsur-unsur Komunikasi

Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, maka jelas bahwa komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima dan efek. Unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi.

II.1.3 Sifat Komunikasi

a. Komunikasi verbal 1. Komunikasi lisan 2. Komunikasi tulisan b. Komunikasi non verbal

1. Komunikasi kial (gesture) 2. Komunikasi gambar c. Komunikasi tatap muka d. Komunikasi bermedia

II.1.4 Tatanan Komunikasi

Yang dimaksud dengan tatanan komunikasi adalah proses komunikasi ditinjau dari jumlah komunikan, apakah satu orang, sekelompok orang, atau sejumlah orang yang bertempat tinggal secara tersebar. Berdasarkan situasi komunikan seperti itu, maka diklasifikasikan menjadi bentuk-bentuk sebagai berikut :

a. Komunikasi Pribadi (Personal Communication) 1. Komunikasi intrapribadi


(23)

3. Komunikasi transendental (komunikasi dengan Tuhan) b. Komunikasi Kelompok (Group Communication)

1. Komunikasi kelompok kecil 2. Komunikasi kelompok besar

c. Komunikasi Massa (Mass Communication) 1. Komunikasi media massa cetak/pers 2. Komunikasi media massa elektronik.

d. Komunikasi Bermedia (Medio Communication)

II.1.5 Tujuan Komunikasi

a. Mengubah sikap (to change the attitude)

b. Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion) c. Mengubah perilaku (to change the behavior)

d. Mengubah masyarakat (to change the society).

II.1.6 Komunikasi Di TK Sabila Amanda

Komunikasi yang terjalin dalam sistem pengajaran di TK Sabila Amanda adalah komunikasi yang bersifat verbal, baik itu komunikasi lisan maupun tulisan dan juga komunikasi non verbal, seperti komunikasi kial (gesture) dan komunikasi gambar. Guru memberikan materi pembelajaran lewat tulisan dan kemudian mereka akan menjelaskannya secara lisan agar anak atau santri lebih memahami materi pelajaran yang disampaikan. Pemanfaatan gambar-gambar yang mendukung dapat memudahkan anak dalam memahami materi pembelajaran yang diberikan. Ditambah dengan gerakan tubuh ataupun ekspresi wajah yang dapat digunakan sebagai contoh semakin membuat anak cepat tanggap dalam menerima materi. Proses komunikasi yang terjadi di antara anak didik dan guru di TK Sabila Amanda


(24)

berlangsung dengan komunikasi tatap muka. Komunikasi ini memudahkan para guru untuk melihat umpan balik yang diberikan oleh anak terhadap pesan yang disampaikan, apakah umpan balik yang positif ataupun negatif.

II.2 Komunikasi Antarpribadi

Sebagian besar kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh manusia berlangsung dalam situasi atau tingkatan komunikasi antarpribadi. Tingkatan komunikasi antarpribadi dapat ditemui dalam konteks kehidupan dua orang, keluarga, kelompok maupun organisasi (Cahyana, 1996: 195).

Komunikasi antarpribadi mempunyai banyak manfaat. Melalui komunikasi antarpribadi seorang individu dapat mengenal diri sendiri dan orang lain, menjalin hubungan yang lebih bermakna serta dapat mengubah nilai-nilai dan sikap hidup orang lain. dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi dinilai paling ampuh dalam hal mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan. Alasannya karena komunikasi antarpribadi umumnya berlangsung secara tatap muka (face to face), oleh karena itu maka terjadilah kontak pribadi.

Komunikasi antarpribadi bersifat dialogis. Artinya, arus balik terjadi langsung. Komunikator dapat mengetahui tanggapan komunikan saat itu juga. Komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif, negatif, berhasil atau tidak. Jika tidak berhasil maka komunikator dapat memberi kesempatan kepada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya (Wiryanto, 2004:36).

Pengertian komunikasi antarpribadi dari beberapa ahli, diantaranya pendapat dari Rogers (dalam buku Alo Liliweri, 1991: 12) menyatakan bahwa komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi. Supratiknya (dalam buku Supratiknya, 1995: 30) berpendapat bahwa komunikasi antarpribadi adalah setiap bentuk tingkah laku seseorang baik verbal maupun non


(25)

verbal yang ditanggapi oleh orang lain. De Vito (dalam buku Sugiyo, 2005: 3) mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang yang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang berlangsung.

Joseph A. Devito dalam bukunya Human Communication (1994) menjelaskan definisi komunikasi antarpribadi dari tiga perspektif :

1. Perspektif Konvensional

Perspektif ini mendefinisikan komunikasi antarpribadi berdasarkan pada unsur-unsur atau komponennya, yaitu merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan di antara dua orang ataupun sekelompok kecil orang, dengan berbagai efek dan umpan balik.

2. Perspektif Relasional

Menurut perspektif ini, komunikasi antarpribadi didefinisikan sebagai komunikasi yang terjadi diantara dua orang yang mempunyai hubungan jelas di antara mereka. Definisi relasional acapkali disebut definisi pasangan (diadik) karena melibatkan hubungan antara dua orang yang berinteraksi.

3. Perspektif Pengembangan

Pada perspektif pengembangan, komunikasi antarpribadi adalah suatu proses yang berkembang, yaitu dari komunikasi yang bersifat impersonal meningkat menjadi komunikasi yang sangat pribadi atau intim. Artinya ada peningkatan hubungan di antara para peserta komunikasi (Cahyana, 1996: 196).

Dari ketiga perspektif tersebut dapat diartikan bahwa komunikasi antarpribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan bebrapa umpan balik seketika (Devito, 1989: 4).


(26)

II.2.1 Jenis-jenis Komunikasi Antarpribadi

Secara teoritis, komunikasi antarpribadi diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut sifatnya (Effendy, 2003:62) :

a. Komunikasi diadik

Komunikasi diadik adalah komunikasi antarpribadi yang berlangsung antara dua orang yakni yang seorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan dan seorang lagi komunikan yang menerima pesan. Oleh karena pelaku komunikasinya dua orang, maka dialog yang terjadi berlangsung secara intens. b. Komunikasi triadik

Komunikasi triadik adalah komunikasi antarpribadi yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan.

II.2.2 Ciri Komunikasi Antarpribadi

Menurut Everett M. Rogers (dalam buku Wiryanto, 2004:35) ciri-ciri komunikasi antarpribadi adalah sebagai berikut :

a. Arus pesan cenderung dua arah. b. Konteks komunikasinya dua arah.

c. Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi.

d. Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas, terutama selektivitas keterpaan tinggi.

e. Kecepatan jangkauan terhadap khalayak yang besar relatif lambat. f. Efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap.


(27)

II.2.3 Efektivitas Komunikasi Antarpribadi

Menurut Kumar (dalam buku Wiryanto, 2004:36) efektivitas komunikasi antarpribadi mempunyai lima ciri, yaitu :

a. Keterbukaan (openess)

Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi.

b. Empati (empathy)

Merasakan apa yang dirasakan orang lain. c. Dukungan (supportiveness)

Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif. d. Rasa positif (positiveness)

Seseorang harus memiliki rasa positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.

e. Kesetaraan (equality)

Pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

II.2.4 Komunikasi Antarpribadi Di TK Sabila Amanda

Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi utama yang dipakai oleh para pengajar di TK Sabila Amanda. Jenis komunikasi ini digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran kepada anak dan juga dalam menciptakan hubungan yang dekat dengan anak. Selain itu komunikasi antarpribadi juga sering diterapkan dalam kegiatan bermain pada saat jam istirahat. Komunikasi antarpribadi diterapkan oleh setiap guru untuk membuat anak didiknya merasa nyaman dalam berkomunikasi dengan guru maupun dengan


(28)

teman-temannya. Bila ada yang aneh dengan sikap atau wajah dari anak didiknya maka guru akan bertanya kepada anak tersebut secara pribadi. Dari komunikasi antarpribadi ini guru-guru di TK Sabila Amanda dapat mengetahui apa yang sedang dirasakan oleh anak dan guru juga dapat mengetahui apa yang menjadi kebutuhan anak tersebut, karena biasanya seorang anak yang masih dalam rentangan masa usia dini akan lebih terbuka bila diajak berbicara secara pribadi.

II.3 Pola Strategi Komunikasi

Keberhasilan kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh penentuan pola strategi komunikasi yang digunakan dalam proses komunikasi yang berlangsung.

Menurut Onong Uchjana Effendi dalam buku berjudul “Dimensi-dimensi Komunikasi” (1981: 84) menyatakan bahwa : “Strategi komunikasi merupakan panduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen (communications management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung dari situasi dan kondisi”.

Menurut Anwar Arifin dalam buku ‘Strategi Komunikasi’ (1984 :10) menyatakan bahwa : Sesungguhnya suatu strategi adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan, guna mencapai tujuan. Jadi merumuskan strategi komunikasi, berarti memperhitungkan kondisi dan situasi (ruang dan waktu) yang dihadapi dan yang akan mungkin dihadapi di masa depan, guna mencapai efektivitas. Dengan strategi komunikasi ini, berarti dapat ditempuh beberapa cara memakai komunikasi secara sadar untuk menciptakan perubahan pada diri khalayak dengan mudah dan cepat.

Guru sebagai tenaga profesional di bidang pendidikan, disamping memahami hal-hal yang bersifat filosofis dan konseptual, juga harus mengetahui dan melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis. Hal-hal yang bersifat teknis ini, terutama kegiatan mengelola dan melaksanakan interaksi belajar mengajar. Dalam proses pendidikan sering kita jumpai kegagalan-kegagalan, hal ini biasanya dikarenakan lemahnya sistem komunikasi yang dipakai. Untuk itu, pendidik perlu mengembangkan pola komunikasi efektif dalam proses belajar mengajar. Komunikasi pendidikan yang dimaksudkan adalah hubungan atau interaksi


(29)

antara pendidik dengan peserta didik pada saat proses belajar mengajar berlangsung atau dengan istilah lain yaitu hubungan aktif antara pendidik dengan peserta didik. Ada tiga pola komunikasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa yaitu:

a. Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah

Dalam komunikasi ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi. Guru aktif dan siswa pasif. Ceramah pada dasarnya adalah komunikasi satu arah atau komunikasi sebagai aksi. Komunikasi jenis ini kurang banyak menghidupkan kegiatan siswa belajar.

b. Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah

Pada komunikasi ini guru dan siswa dapat berperan sama yaitu pemberi aksi dan penerima aksi. Disini sudah terlihat hubungan dua arah, tetapi terbatas antara guru dan pelajar secara individual. Antara pelajar dan pelajar tidak ada hubungan. Pelajar tidak dapat berdiskusi dangan teman atau bertanya sesama temannya. Keduanya dapat saling memberi dan menerima.

c. Komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi

Komunikasi ini tidak hanya melibatkan interaksi yang dinamis antara guru dengan siswa tetapi juga melibatkan interaksi yang dinamis antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Proses belajar mengajar dengan pola komunikasi ini mengarah kepada proses pengajaran yang mengembangkan kegiatan siswa yang optimal, sehingga menumbuhkan siswa belajar aktif. Diskusi dan simulasi merupakan strategi yang dapat mengembangkan komunikasi ini. Dalam kegiatan mengajar, siswa memerlukan sesuatu yang memungkinkan dia berkomunikasi secara baik dengan guru, teman, maupun dengan lingkungannya. Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar terdapat dua hal yang ikut menentukan keberhasilannya yaitu pengaturan proses belajar mengajar dan


(30)

pengajaran itu sendiri yang keduanya mempunyai ketergantungan untuk menciptakan situasi komunikasi yang baik yang memungkinkan siswa untuk belajar

II.3.1 Pola Strategi Komunikasi Di TK Sabila Amanda

Pola strategi komunikasi yang dipakai di TK Sabila Amanda adalah komunikasi interaksi atau komunikasi dua arah. Jenis komunikasi ini diharapkan dapat menumbuhkan keaktifan anak, baik dalam kegiatan belajar mengajar ataupun dalam kegiatan bermain. Pola strategi komunikasi ini diterapkan di TK Sabila Amanda dengan memberi pertanyaan kepada anak setelah guru selesai memberikan materi, jika anak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan berarti anak sudah terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, guru juga memberi kesempatan kepada anak untuk bertanya. Hal ini selain dapat mendorong anak untuk aktif di kelas juga dapat mendorong anak agar berani berbicara, mengemukakan pendapat didepan teman-temannya.

Komunikasi banyak arah juga digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di TK Sabila Amanda. Jenis strategi komunikasi ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi antara anak dengan teman-temannya, misalnya melalui tugas kelompok yang diberikan guru. Anak akan saling membantu dalam menyelesaikan tugas tersebut. Anak yang lebih pintar akan membantu anak yang kurang cepat tanggap, sehingga terjadi proses transaksi diantara mereka.

II.4 Taman Kanak-kanak (TK)

TK adalah jenjang dalam bentuk pendidikan formal. Kurikulum TK ditekankan pada pemberian rangsangan


(31)

pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Lama masa belajar seorang murid di TK biasanya tergantung pada tingkat kecerdasannya yang dinilai dari

Umur rata-rata minimal anak-anak mulai dapat belajar di sebuah taman kanak-kanak berkisar antara 4-5 tahun sedangkan umur rata-rata untuk lulus dari TK berkisar 6-7 tahun. Setelah lulus dari TK ata sederajat, murid kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi di atasnya, yaitu

Di TK, siswa diberi kesempatan unt yang sesuai dengan usia pada tiap-tiap tingkatannya, seperti :

• Agama,

• Budi bahasa,

• Berhitung,

• Membaca (mengenal aksara dan ejaan),

• Bernyanyi,

• Bersosialisasi dalam lingkungan keluarga dan teman-teman sepermainannya

• dan berbagai macam keterampilan lainnya.

Tujuan TK adalah meningkatkan daya cipta anak-anak dan memacunya untuk belajar mengenal berbagai macam sosial, emosional, fisik, motorik, kognitif, bahasa, seni, dan kemandirian. Semua dirancang sebagai upaya mengembangkan daya pikir dan peranan anak dalam hidupnya. Kegiatan belajar ini dikemas dalam model belajar sambil bermain


(32)

II.4.1 TK Sabila Amanda

TK Sabila Amanda merupakan TK yang berlandaskan pada pendidikan Al-Qur’an. Tujuan utama dari TK ini adalah untuk mendidik agar para anak didik atau santri dapat membaca Al-Qur’an. Sistem pembelajaran yang digunakan di TK Sabila Amanda lebih banyak memprioritaskan pada kegiatan belajar daripada bermain. Hal ini dimaksudkan agar nantinya para anak atau santri lebih siap dalam memasuki jenjang pendidikan yang lebih lanjut yaitu SD. Agar kegiatan belajar mengajar tidak berlangsung dengan kaku dan membosankan, guru-guru di TK Sabila Amanda terkadang menyelipkan sedikit permainan ke dalam proses penyampaian materi pelajaran karena hal ini dinilai mampu membuat anak cepat dan mudah dalam memahami pelajaran.

II.5 Guru TK

Guru TK adalah pendidik dan pengajar pada atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru

Menjadi guru TK untuk anak usia dini tidak seperti menjadi guru untuk anak remaja atau bahkan orang dewasa, perlu kesabaran, ketulusan dan kelembutan hati yang ekstra. Segala tutur kata dan perbuatan yang dilakukan oleh sang guru akan ditiru oleh mereka, oleh karena itu sebagai guru, harus memberikan contoh yang baik terhadap anak. Hal-hal yang harus dimiliki oleh seorang guru TK, yaitu :


(33)

• Dapat Mengerti apa yang anak ucapkan dan anak lakukan sehingga dapat memberikan respon atau komentar yang positif pada anak.

• Dapat memperkaya belajar anak.

Dapat memberikan feedback yang positif, bukan komentar umum.

• Dapat menjadi model bagi anak, semua nilai luhur yang akan dibangun pada anak dapat dimodelkan oleh guru utama.

• Guru dapat mendemonstrasikan cara yang benar dalam melakukan sesuatu.

• Guru dapat memberikan pertanyaan yang dapat mempengaruhi anak untuk maju.

• Guru yang dapat memberikan pijakan kepada anak agar mereka dapat belajar. Ada 4 Macam pijakan yaitu Pijakan penataan lingkungan, pijakan awal main, pijakan saat main, dan pijakan setelah main.

• Guru yang dapat membuat rencana kurikulum yang membuat anak berhasil mencapai tujuan pembelajaran.

• Dapat membangun kerjasama yang erat antara guru dan orang tua.

II.5.1 Guru Di TK Sabila Amanda

Guru di TK Sabila Amanda berjumlah 7 orang perempuan yang terdiri dari berbagai tingkatan pendidikan seperti, SMA, Aliyah dan Sarjana. Guru-guru ini dipanggil dengan sebutan Bunda oleh para santri. Panggilan ini bertujuan untuk mengakrabkan para santri dengan guru secara emosional. Bunda di TK Sabila Amanda dituntut untuk dapat menjadi orang tua pengganti selama anak berada di sekolah. Mereka harus dapat memahami sifat dan karakter setiap anak agar para bunda dapat mengetahui cara menghadapi anak tersebut. Untuk itu para bunda di TK Sabila Amanda selalu menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua santri, segala hal yang berhubungan dengan perkembangan anak akan dirundingkan dengan


(34)

orang tuanya sehingga orang tua dan bunda dapat bekerja sama dalam mendidik anak tersebut.

II.6 Anak Usia Dini

Batasan pengertian anak usia dini adalah 0-6 tahun. Usia dini pada anak kadang-kadang disebut sebagai usia emas atau golden age. Masa-masa tersebut merupakan masa kritis dimana seorang anak membutuhkan rangsangan-rangsangan yang tepat untuk mencapai kematangan yang sempurna (Pratisti 2008: 56).

Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak (Sujiono, 2009:7). Perkembangan anak usia dini merupakan fase yang sangat mendasar bagi perkembangan individu. Mengingat karakteristik yang khas, maka pembelajaran anak usia dini harus dirancang sedemikian rupa sehingga menyenangkan dan menarik bagi anak. Makanan yang bergizi yang seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut.

Ada berbagai kajian tentang hakikat anak usia dini, khususnya anak TK diantaranya oleh Bredecam dan Copple, Brener, serta Kellough (dalam Masitoh dkk., 2005: 1.12 – 1.13) sebagai berikut :

a. Anak bersifat unik.

b. Anak mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan. c. Anak bersifat aktif dan enerjik.

d. Anak itu egosentris.

e. Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal. f. Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang.


(35)

h. Anak masih mudah frustrasi.

i. Anak masih kurang pertimbangan dalam bertindak. j. Anak memiliki daya perhatian yang pendek.

k. Masa anak merupakan masa belajar yang paling potensial. l. Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman.

II.6.1 Anak Usia Dini Di TK Sabila Amanda

Anak usia dini yang ada di TK Sabila Amanda terdiri dari anak usia 4-6 tahun. Mereka berjumlah 61 orang dan kesemuanya berada di kelas 0 (nol) besar yang terbagi atas kelas regular dan kelas plus. Siswa-siswi di TK Sabila Amanda disebut sebagai santri.

II.7 Keterampilan Sosial

Keterampilan sosial anak merupakan cara anak dalam melakukan interaksi, baik dalam hal bertingkah laku maupun dalam hal berkomunikasi dengan orang lain

Keterampilan sosial merupakan bekal untuk menjalin hubungan yang seimbang dengan sebayanya. Hubungan pertemanan yang seimbang dapat diperoleh jika anak memiliki rasa percaya diri dan bisa menghadapi berbagai masalah serta mencari solusinya. Keterampilan sosial juga membuatnya mudah diterima oleh anak lain karena mampu berperilaku sesuai harapan lingkungannya secara tepat. Begitu pula, anak-anak yang diberi banyak kesempatan untuk bermain dan bergaul cenderung akan memiliki keterampilan sosial yang tinggi ketimbang anak yang sehari-harinya di rumah saja. Uniknya, semakin sering anak bergaul dan mempunyai pengalaman langsung dengan banyak situasi sosial, maka di usia


(36)

sekolah IQ-nya akan bertambah 10-15 poin. Artinya, keterampilan sosial juga membantu perkembangan kognitif anak.

Peranan guru sangat penting dalam membangun keterampilan sosial seorang anak. Perlunya Pemahaman mendalam bagi guru Taman Kanak-kanak dalam membangun pengetahuan pada anak. Guru terlebih dahulu harus memahami inti dari setiap pengetahuan yang akan dibangun pada anak. Karena pengetahuan di dapat dari interaksi terhadap lingkungan sekitar. Dalam membangun pengetahuan pada anak, guru juga harus memperhatikan tahap perkembangan kognitif anak yang sangat mempengaruhi kemampuan anak dalam berpikir. Guru harus memiliki keterampilan dalam membangun pengetahuan sesuai dengan kemampuan berpikir anak.

Keterampilan sosial anak usia dini berkembang dengan pesat setelah adanya rangsangan dari lingkungan dimana anak berada yaitu dirumah, di sekolah dan di lingkungan sekitar. Maka dari itu, harus ada kerjasama antara guru dan orang tua sehingga perkembangan sosialisasi anak dapat berkembang seoptimal mungkin.

Keterampilan sosial yang harus dimiliki seorang anak antara lain : 1. Kenal Diri

Ini merupakan bagian dari kecerdasan diri/intrapersonal yang diperlukan anak untuk bisa menjalin hubungan sosial yang baik dengan orang lain. Keterampilan kenal diri akan membantu anak untuk bisa memilih sendiri kegiatan yang ingin dilakukan, dengan teman/orang seperti apa dia akan bermain, serta bagaimana ia bisa bersikap menghadapi situasi sosial yang ditemuinya dan bisa mencari alternatif lain.

2. Kenal Emosi

Anak yang mengenal emosinya dengan baik akan belajar mengatur dan mengendalikan emosinya sehingga bisa bersikap dan berperilaku sesuai tuntutan lingkungan. Anak yang tak bisa mengendalikan emosinya dapat mengalami hambatan


(37)

dalam menjalin hubungan sosial dengan orang lain. Ia bisa dijauhi teman-temannya lantaran sikapnya yang tidak disukai, selain juga bisa timbul konflik dalam berinteraksi.

3. Empati

Anak harus memiliki keterampilan untuk mengerti dan merasakan emosi orang lain serta mampu untuk merasakan dan membayangkan dirinya berada di posisi orang tersebut. Keterampilan sosial ini diperlukan dalam melakukan hubungan sosial untuk menumbuhkan rasa saling menghargai, menghindari dari kesalahpahaman, juga melatih kepedulian dan kepekaan sosial anak.

4. Simpati

Yaitu keterampilan untuk mengerti perasaan dan emosi orang lain, biasanya dipengaruhi oleh emosi iba atau belas kasihan dan ada suatu tindakan yang ingin dilakukan. Dengan memiliki simpati, anak dapat menghayati perasaan orang lain, memiliki kepekaan sosial yang tinggi, tak bersikap semena-mena pada orang lain, memunculkan sikap pemurah. Semua nilai ini amat dibutuhkan dalam menjalin hubungan sosial dengan orang lain.

5. Berbagi

Keterampilan sosial ini diperlukan anak untuk memperoleh persetujuan sosial dengan membagi apa yang jadi miliknya. Anak dituntut untuk merasakan kebersamaan dengan berbagi kepunyaannya. Keterampilan sosial ini mengajarkan pada anak untuk tidak mementingkan dirinya sendiri, bisa menghargai milik dirinya maupun orang lain, juga menimbulkan sifat pemurah.

6. Negosiasi

Bernegosiasi membantu anak mengungkapkan pendapat dan keinginannya dengan cara yang diterima, serta membantu anak menyelesaikan masalah yang


(38)

dihadapi, dan bagaimana anak bersikap dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang ada dan mungkin tak menyenangkan. Selain juga dapat menghindari timbulnya konflik.

7. Menolong

Menolong menumbuhkan kesadaran diri pada anak untuk membantu orang lain, dapat mengembangkan sikap kepedulian sosial anak sehingga anak pun bisa diterima dalam lingkungan kelompok pertemanan maupun lingkungan sosial lain yang lebih luas.

8. Kerja Sama

Keterampilan bekerja sama dibutuhkan untuk anak belajar saling menghargai dan menghormati, tidak mementingkan diri sendiri, merasakan kebersamaan dengan lingkungan sosialnya.

9. Bersaing

Keterampilan untuk mengungguli dan mengalahkan anak lain ini, akan membantu anak untuk mengetahui kelemahan maupun kelebihan dirinya, bersikap fleksibel dalam menghadapi tantangan, kemenangan maupun kekalahan yang akan ditemui nantinya dalam kehidupa

II.7.1 Keterampilan Sosial Di TK Sabila Amanda

Pembentukan keterampilan sosial yang diterapkan di TK Sabila Amanda kepada anak didik tidak hanya berlangsung pada saat suasana belajar mengajar namun juga dalam suasana bermain. Guru di TK Sabila Amanda selalu menerapkan agar setiap anak memiliki keterampilan sosial yang baik. Keterampilan sosial yang dibentuk diantaranya dengan melatih anak untuk berbagi dengan temannya misalnya, jika ada salah satu teman yang tidak


(39)

membawa alat tulis maka anak yang lain diajarkan untuk meminjamkan alat tulisnya kepada temannya tersebut. Guru melatih agar diantara mereka timbul rasa peka terhadap sesamanya. Saat ada teman yang tidak mau bermain maka anak yang lain ramai-ramai datang untuk membujuknya agar mau ikut bermain bersama.


(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Keseluruhan pemaparan deskripsi lokasi penelitian diperoleh dari hasil wawancara peneliti dengan Kepala Sekolah TK Sabila Amanda pada bulan Nopember 2011. Berikut adalah pemaparannya.

TK Sabila Amanda yang beralamat di Jalan. Raya Menteng Gg. Benteng No. 1 Medan adalah merupakan TK Al-Qur’an. Metode pengajaran yang digunakan dalam lembaga pendidikan prasekolah ini adalah dengan mendekatkan para anak dengan pengajar atau yang disebut sebagai guru kelasnya. Hal ini dapat dilihat dengan panggilan “Bunda” oleh setiap anak kepada para guru kelas. Keseluruhan jumlah murid di TK Sabila Amanda berjumlah 61 orang yang berumur antara 4-6 tahun dengan rincian 50 anak di kelas regular dan 11 anak di kelas plus. Keseluruhan guru kelas berjumlah 7 orang, dimana setiap kelas yang terdiri dari 10 anak dibimbing oleh 1 orang guru kelas, kecuali untuk kelas plus terdapat 2 orang guru kelas. Kegiatan belajar mengajar di TK ini berlangsung dari hari Senin sampai dengan Sabtu, dimulai dari pukul 8 pagi sampai dengan 11 pagi kecuali untuk kelas plus sampai pukul setengah 12 siang.

III.1.1 Alasan dan Latar Belakang Berdiri A. Dasar Pemikiran

1. Pendidikan merupakan suatu proses untuk mengangkat harkat dan martabat manusia, karena itu pendidikan harus berlangsung seumur hidup.


(41)

2. Atas dasar pemikiran diatas kami terpanggil untuk mendidik anak usia 4-5 tahun dengan menyelenggarakan pendidikan prasekolah di Taman Kanak-kanak Sabila Amanda untuk membantu Pemerintah dan orang tua mendidik anak-anaknya menjadi generasi muda yang Qur’ani yang mencintai ajaran Islam.

3. Perlunya pendidikan yang didasari

nilai-nilai agama bagi para siswa yang diawali sejak kecil sehingga kelak mampu untuk dijadikan benteng bagi dirinya kelak ia dewasa atau dimasa yang akan datang.

4. Pendidikan agama adalah modal

dasar bagi generasi muda sehingga kelak mampu menjadi pemimpin yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dapat menjadi contoh dan tauladan bagi yang lainnya.

5. Tujuan pendidikan nasional yaitu

membentuk manusia Indonesia yang berbudi pekerti, jujur bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa.

B. Tujuan

1. Ikut serta membantu Pemerintah dalam rangka untuk menyelenggarakan pendidikan kepada anak usia dini.

2. Membantu program Pemerintah dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dengan menyelenggarakan pendidikan prasekolah Taman Kanak-kanak Sabila Amanda.


(42)

3. Untuk meningkatkan kualitas diri manusia dalam bidang keagamaan sehingga dapat menjadi manusia yang berguna dan terampil ditengah masyarakatnya.

C. Target dan Sasaran

1. Mewujudkan insan cinta Al-Qur’an yang selalu berusaha untuk memahami dan melaksanakan isi kandungan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. 2. Terbentuk dan terwujudnya manusia berkepribadian, yang cerdas dan

berakhlak mulia, patuh pada orang tua dan selalu taat beribadah.

3. Membentuk insan cendekia yang Islami dan takwa, yang mampu membangun dirinya dengan dasar nilai-nilai Islam, mengerti dan paham akan agamanya dan dapat menerapkannya dalam kehidupan ditengah masyarakat.

4. Terbentuknya generasi berkemampuan intelektual yang Qur’ani yang mampu menjadi dasar pembentukan mental pribadi yang muslim untuk kebaikan dunia akhirat.

III.1.2 Visi dan Misi Visi

Terbentuknya insan bermoral, taqwa pada Allah, berilmu pengetahuan dan terampil.

Misi

Terwujudnya Taman Kanak-kanak yang berkualitas, berstandard nasional untuk pembinaan generasi muda dengan cara : Memberdayakan masyarakat, terbinanya


(43)

insan cendikia dan mampu bersaing ditengah masyarakat, sebagai kawah candra dimuka untuk generasi islam.

III.1.3 Target

Murid-murid TK Sabila Amanda dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar serta berbudi pekerti yang luhur, cerdas dan berwawasan keilmuan yang luas dan mendalam.

III.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif hanya memaparkan situasi atau peristiwa penelitian, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Peneliti bertindak hanya sebagai pengamat, hanya membuat kategori perilaku, mengamati gejala dan mencatat dalam buku observasinya (Rakhmat, 2004: 4).

Dalam pelaksanaannya penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kualitatif. Metodologi penelitian kualitatif sebagai prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 1999: 3).

III.3 Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah guru kelas di TK Sabila Amanda Medan yang berjumlah 7 orang. Keseluruhan dari guru kelas ini akan dijadikan sebagai informan dalam penelitian. Keterampilan sosial anak usia dini di TK Sabila Amanda Medan akan dijadikan


(44)

sebagai objek penelitian. Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitian. Dalam wawancara mendalam peran informan tetap menjadi sentral, walaupun kadang informan berganti-ganti (Bungin, 2007: 108). Penentuan informan dilakukan secara purposive yaitu menggunakan subjek penelitian yang sedikit dan dipilih menurut tujuan penelitian.

III.4 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Penelitian Lapangan (Field Research)

1. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan (Bungin, 2007: 108).

Dalam metode wawancara mendalam (in-depth interview) peran pewawancara, tujuan wawancara, peran informan dan cara melakukan wawancara berbeda dengan wawancara pada umumnya. Wawancara mendalam dilakukan berkali-kali dan membutuhkan waktu yang lama bersama informan di lokasi penelitian.


(45)

Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan. Observasi yang digunakan adalah observasi nonpartisipan. Observasi nonpartisipan merupakan metode observasi tanpa ikut peran serta dalam melakukan akivitas seperti yang dilakukan subjek penelitian, baik kehadirannya diketahui atau tidak (Kriyantono, 2008:108-110).

b. Penelitian Kepustakaan

Penelitian ini dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur dan sumber bacaan yang relevan untuk mendukung penelitian. Dalam hal ini, penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca atau mencari buku, majalah, surat kabar, jurnal, internet dan sebagainya yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian.

III.5 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan mengelompokkan, memberi kode atau tanda dan mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab.

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya. Setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah maka langkah berikutnya ialah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada didalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunnya dalam satuan-satuan. Satuan-satuan ini kemudian


(46)

dikategorisasikan pada langkah berikutnya. Kategori-kategori itu dilakukan sambil membuat koding. Tahap akhir dari analisis data ini ialah mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Setelah selesai tahap ini, mulailah kini tahap penafsiran data dalam mengolah hasil sementara menjadi teori substantif dengan menggunakan beberapa metode tertentu (Moleong, 1994: 190).


(47)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini, peneliti akan menjelaskan tentang proses pengumpulan data di lapangan dan membahas hasil observasi dan wawancara yang telah didapatkan dari setiap informan.

IV.1 Hasil Observasi dan Wawancara

Guru di TK Sabila Amanda berjumlah tujuh orang dan semuanya berjenis kelamin wanita. Keseluruhan dari guru tersebut dijadikan sebagai informan dalam penelitian. Penentuan informan dilakukan secara purposive yaitu menggunakan subjek penelitian yang sedikit dan dipilih menurut tujuan penelitian. Proses wawancara dimulai pada tanggal 21 Desember 2011 mengingat pada tanggal 8 Desember sampai dengan 15 Desember 2011 TK Sabila Amanda sedang melaksanakan ujian semester dan pada tanggal 16 Desember sampai dengan tanggal 19 Desember 2011 diadakan remedial bagi siswa yang tidak lulus ujian semester. Sehingga peneliti harus menunggu sampai ujian semester dan remedial selesai. Namun sejak awal bulan Desember peneliti telah melakukan proses pra observasi untuk melihat proses belajar mengajar di TK Sabila Amanda, ditambah juga dengan proses pra observasi yang dilakukan peneliti setelah judul penelitian ini disetujui oleh Departemen. Hal ini membuat peneliti tidak menemukan kesulitan yang berarti untuk melakukan wawancara dan observasi di TK Sabila Amanda dalam upaya pengumpulan data penelitian.

Setiap ruang kelas di TK Sabila Amanda dirancang dengan sangat menarik. Dinding ruangan dicat dengan warna-warna yang terang begitu juga dengan kursi dan meja yang dicat dengan berbagai macam warna. Terdapat banyak tulisan dan hiasan juga gambar-gambar disetiap dindingnya. Lantai kelas menggunakan keramik berwarna putih. Saat berada didalam


(48)

kelas anak harus membuka sepatunya dan hanya menggunakan kaos kaki begitu juga dengan gurunya. Penggunaan keramik pada lantai membuat anak merasa nyaman untuk berjalan ataupun berlari. Setiap kelas terdiri dari sepuluh orang anak yang dibimbing oleh satu orang guru kelas atau yang biasa dipanggil dengan sebutan “Bunda”. Untuk kelas regular berada pada satu ruangan kelas yang besar tanpa ada pembatas antara kelas Bunda yang satu dengan Bunda yang lain, hanya susunan kursi dan meja saja yang dibuat agak sedikit berjarak. Hal ini dimaksudkan agar anak merasa leluasa dalam proses belajar dan juga bermain, anak dapat berbaur antara satu dengan yang lainnya. Sedangkan untuk ruangan kelas plus berjumlah sebelas orang anak yang dibimbing oleh dua orang Bunda, berada agak terpisah. Ruangan kelas plus dilengkapi dengan AC dan juga terdapat perpustakaan kecil didalamnya yang berisi buku-buku cerita.

Setiap pagi sebelum masuk kedalam kelas, anak-anak berbaris dihalaman sekolah untuk melakukan kegiatan klasikal. Dalam kegiatan klasikal ini anak dibimbing oleh seorang Bunda untuk bernyanyi, membaca doa dan membaca surah Al-Qur’an secara bersama-sama. Kegiatan klasikal berlangsung selama setengah jam dan setelah itu anak masuk kedalam kelas. Didalam kelas juga dilakukan kegiatan klasikal sebelum memulai pelajaran. Klasikal didalam kelas dibimbing oleh setiap Bunda yang berlangsung sekitar sepuluh menit.

Jadwal pelajaran berbeda setiap harinya. Pada hari Senin pelajaran matematika, Selasa pelajaran bahasa Indonesia, Rabu pelajaran mewarnai, Kamis pelajaran arab melayu, Jumat pelajaran bahasa Inggris, dan Sabtu pelajaran menggambar. Setiap hari juga ada pelajaran membaca iqra’. Setiap anak akan diajari membaca iqra’ dengan dibimbing satu-persatu oleh guru kelasnya. Sehingga ketika anak lulus dari TK, anak sudah khatam iqra’.

Pelajaran berlangsung sampai pukul 10.15 dan setelah itu anak istirahat selama setengah jam. Sebelum keluar untuk bermain dihalaman sekolah, anak harus makan terlebih dahulu. Mereka memakan bekal yang mereka bawa dari rumah. Terkadang anak minta


(49)

disuapin oleh Bundanya atau orang tua mereka datang untuk menyuapi anaknya. Untuk anak yang tidak membawa bekal, mereka diperbolehkan membeli makanan di kantin sekolah. Di halaman sekolah tersedia beberapa jenis sarana permainan yang dapat digunakan anak untuk bermain.

Saat bermain anak terlihat kompak, baik itu anak perempuan maupun anak laki-laki. Mereka membeli jajan bersama, main perosotan bersama, main ayunan bersama, berlari-larian, atau hanya sekedar duduk dan mengobrol sambil tertawa-tawa. Setelah jam istirahat selesai, anak-anak kembali masuk kedalam kelas. Waktu 15 menit yang tersisa dimanfaatkan untuk kegiatan klasikal, seperti bernyanyi dan membaca doa lalu dilanjutkan dengan tanya jawab. Anak yang dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh Bunda diperbolehkan pulang lebih dulu. Biasanya pertanyaan yang diberikan terkait dengan pelajaran yang hari ini dipelajari untuk mengingatkan anak agar mereka tidak cepat lupa.

Proses wawancara dilakukan di ruang kelas TK Sabila Amanda setelah jam pulang sekolah. Hal ini dimaksudkan agar keadaan lebih kondusif dan proses wawancara juga dapat berjalan dengan efektif. Peneliti tidak merasa terlalu sulit dalam mewawancarai para guru di TK Sabila Amanda karena sebelumnya peneliti sudah sering berbincang-bincang dengan mereka saat melakukan proses pra observasi dan proses observasi yang membuat peneliti sering datang ke TK Sabila Amanda untuk melihat proses belajar-mengajar yang berlangsung disana. Sebelum melakukan wawancara, peneliti membuat janji terlebih dahulu dengan guru yang akan diwawancarai. Proses wawancara berjalan dengan santai namun tetap dapat memperoleh informasi yang mendalam. Berikut hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap tujuh orang guru TK Sabila Amanda yang dijadikan sebagai informan.


(50)

Informan 1

Nama : Bunda Siti

Umur : 39 tahun

Pendidikan terakhir : SMA Lama mengajar : 4 tahun

Bunda Siti adalah informan pertama yang peneliti wawancarai. Proses wawancara berlangsung setelah selesai jam pelajaran sekolah bertempat didalam kelas Bunda Siti. Kondisi ruangan kelas yang telah sepi membuat peneliti dapat dengan leluasa dan fokus untuk mewawancarai informan.

Bunda Siti sudah cukup lama mengajar di TK Sabila Amanda. Pengalaman Bunda Siti sudah cukup banyak dalam hal mendidik anak-anak usia dini. Berdasarkan pengalamannya ini Bunda Siti tidak mengalami banyak kesulitan lagi dalam mendidik anak-anak tersebut. Jika menemui kesulitan maka Bunda Siti dapat segera mengatasinya. Perawakan Bunda Siti yang keibuan dikarenakan Bunda Siti sudah menikah dan mempunyai anak, membuat anak didiknya yang berjumlah sepuluh orang sangat dekat dengannya. Bahkan mereka terkadang suka bermanja-manja dengan Bunda Siti, mereka sudah menganggap Bunda Siti seperti ibu mereka sendiri.

Bagi Bunda Siti keterampilan sosial untuk anak usia dini sangat penting maka dari itu Bunda Siti selalu membiasakan anak didiknya untuk saling menyayangi satu sama lain. Kalau ada anak yang berkelahi maka Bunda Siti tidak segan-segan untuk memarahi anak tersebut dan kemudian menasehatinya agar tidak mengulangi perbuatan itu lagi.

“Saya bimbing la anak-anak itu agar dapat berteman dengan teman-temannya, saling sayang menyayangi.”


(51)

Dalam materi pelajaran yang diberikan kepada anak didiknya, Bunda Siti sengaja merancang materi pelajaran disertai dengan memberikan contoh-contoh seperti dalam kehidupan sehari-hari yang menyelipkan nilai-nilai saling menyayangi diantara sesama. Hal ini dilakukan agar anak selalu memiliki rasa cinta kasih terhadap sesamanya.

“Saya contohkan dengan contoh-contoh sosialisasi binatang, seperti contohmya semut yang bergotong-royong membawa makanan ke sarangnya.”

Metode pengajaran yang Bunda Siti terapkan bermacam-macam, metode ini akan berganti setiap harinya. Terkadang Bunda Siti juga mengkombinasikan beberapa metode yang ada dengan tujuan agar anak tidak bosan. Hal ini juga bertujuan untuk membuat anak lebih bersemangat dalam menerima pelajaran dan lebih cepat menangkap pelajaran yang diberikan.

“Pake metode tanya jawab, bernyanyi sama-sama kedepan, membuat tugas kelompok seperti melipat kertas origami. Metode dongeng juga sering sih digunakan, dari cerita yang dibacakan nanti dari situ ditarik pelajaran.”

Tidak hanya menanamkan rasa sayang-menyayangi, Bunda Siti juga mengajarkan kepada anak didiknya agar mereka memiliki rasa simpati terhadap sesamanya. Rasa simpati ini yang nantinya akan menimbulkan rasa empati dan mendorong anak untuk mau berbagi dan juga menolong temannya yang sedang kesusahan. Bunda Siti mencoba menghilangkan sifat egois yang biasanya dimiliki oleh anak usia dini, agar mereka tidak kesulitan dalam pergaulannya nanti dimasyarakat.

“Biasanya dijelaskan pake contoh-contoh, seperti binatang aja mau berbagi masak kita enggak.”

Rasa kerjasama diantara anak juga tidak kalah pentingnya menurut Bunda Siti. Oleh karena itu, Bunda Siti selalu berusaha menanamkan rasa kerjasama pada anak didiknya agar


(52)

mereka memiliki rasa kebersamaan antara satu dengan yang lainnya. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Bunda Siti untuk menumbuhkan rasa kebersamaan dalam diri anak adalah dengan membuat permainan berkelompok. Permainan ini selain dapat memberikan kesenangan pada anak, juga dapat memberikan pelajaran berharga pada anak tentang pentingnya kerjasama. Sifat anak yang masih selalu ingin bermain sangat tepat bila menggunakan metode bermain dalam memberikan pembelajaran. Hal inilah yang membuat Bunda Siti menggunakan permainan sebagai cara yang efektif dalam menyampaikan pelajaran.

“Dibuat dalam permainan, misalnya itu kan main kucing dan tikus, anak-anak buat lingkaran, satu orang jadi tikus dan satu orang lagi jadi kucing.”

Bunda Siti menyadari bahwa anak usia pra sekolah atau yang biasa disebut anak usia dini ini masih bersifat labil. Mereka cepat sekali merasa bosan ataupun jenuh terhadap sesuatu, apalagi jika itu berhubungan dengan pelajaran. Bunda Siti mengatakan bahwa emosi anak selalu berubah-ubah setiap harinya. Maka itu, Bunda Siti selalu memberikan motivasi kepada mereka. Jika terlihat mereka mulai bosan dan malas, maka Bunda Siti akan langsung memberikannya motivasi. Biasanya motivasi yang diberikan berupa pujian ataupun kata-kata yang bersifat menyemangati untuk membangkitkan kembali semangat anak.

“Anak yang siap nulis duluan dipuji-puji sama bunda terus bilang ke anak yang lain ayo cepat nulisnya.”

Menurut Bunda Siti mendidik keterampilan sosial pada anak yang masih berada dalam rentangan masa usia dini ini kadang mudah dan kadang pula susah. Bunda Siti harus pandai-pandai dan bersabar dalam menghadapi mereka. Untuk itu Bunda Siti terlebih dahulu memahami karakter dari anak tersebut. Untuk memahami karakter anak, biasanya Bunda Siti melihat secara langsung sifat anak tersebut saat berada disekolah atau dengan bertanya


(1)

Jawab : Tetap dipertahankan, diajari lagi anak itu.

9. Dimanakah tempat dan media apakah yang bunda gunakan dalam pemberian materi pelajaran?

Jawab : Didalam kelas sama diluar juga. Paling pake alat-alat yang ada di kelas aja la kek boneka-boneka gitu.

10. Bagaimana cara bunda dalam melatih kerjasama pada anak?

Jawab : Paling kalau ada anak yang udah tau disuruh la ngajari kawannya yang belum tau. 11. Apakah bunda menemukan kesulitan dalam membentuk keterampilan sosial pada anak? Jawab : Ada.

12. Kesulitan seperti apa yang bunda temukan?

Jawab : Kadang anak-anak ini suka lasak lari-lari, gak bisa dibilangi maunya main-main aja, namanya anak-anak kan masih masa bermain.

13. Upaya apa yang bunda lakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut? Jawab : Dibilangi la gitu ke anaknya.

14. Apa yang bunda lakukan jika upaya tersebut tidak berhasil?

Jawab : Kita bujuk-bujuk la supaya mau tapi kalau gak mau juga ya udah dibiarin aja

daripada dia nanti ngamuk kan. Trus juga tanya la sama orang tuanya kek mana sifat anak itu trus juga diliat sendiri jadi kan kita bisa tau kek mana ngadepinnya.

15. Bagaimana bunda menentukan keberhasilan keterampilan sosial pada anak?

Jawab : Kalau anak misalnya udah ngerti kalau kita kasi tau kan, mau dia bekawan, gak berantem sama kawan-kawannya.

16. Bagaimana cara bunda memberikan pengembangan kepada anak sebagai tindak lanjut pembentukan keterampilan sosial?

Jawab : Bolak-balik la diingetin dibilangin sama anak ini, biar gak lupa. 17. Bagaimana tindakan bunda bila pembelajaran kurang berhasil?

Jawab : Diajari la sampe bisa, diajari pelan-pelan.

18. Bagaimana bunda memberikan motivasi belajar agar anak terpacu untuk memiliki kemampuan bersaing?

Jawab : Sering-sering la dinasehati biar rajin belajar, mau ngerjain PR. Kalau anak yang cepat nulisnya dibilang anak oke anak pinter, biar temannya yang lain mau ikut cepat


(2)

19. Bagaimana upaya yang bunda lakukan untuk melatih rasa simpati anak agar anak mau berbagi?

Jawab : Kalau ada anak yang gak bawa pensil cet disuruh la kawannya minjemi, kadang anak ini mau kadang gak mau, kita lah yang ngasi pengertian ke mereka.

20. Bagaimana upaya yang bunda lakukan agar anak memilki kepekaan untuk menolong temannya?

Jawab : Kita ceritakan la sama mereka supaya mau membantu. Misalnya kalau pas pelajaran matematika kawannya yang udah tau dikasi tau la supaya bantu ngajari kawannya yang belum tau.

21. Pola komunikasi yang bagaimana yang bunda bentuk kepada anak?

Jawab : Saya buat supaya mereka dekat sama saya. Anak ini kan kalau kita dekat sama dia, dia mau cerita sama kita.

22. Bagaimana upaya bunda dalam membentuk KAP dengan anak?

Jawab : Sering-sering diajak cerita, ditanyai la gitu. Bunda dekati ke mejanya, satu-satu diajari.

23. Seberapa sering bunda menjalin KAP dengan anak? Jawab : Setiap hari.

24. KAP yang bunda jalin terkait dalam hal pelajaran saja atau dalam hal lain? Jawab : Dalam hal lain juga.

25. Bagaimana upaya bunda agar KAP dapat terjalin dengan efektif dalam upaya pembentukan keterampilan sosial anak?

Jawab : Kasih perhatian ekstra la ke anak itu karna anak usia dini ini kan butuh banyak perhatian, kita dekati aja dia.

Informan 7

Nama : Bunda Rohani

Umur : 22 tahun


(3)

Lama mengajar : 3 bulan

1. Menurut bunda apa yang dimaksud dengan keterampilan sosial pada anak usia dini? Jawab : Keterampilan sosial itu anak bisa berbaur dengan masyarakat, bukan hanya dikelas

saja tapi diluar juga bisa bermasyarakat.

2. Menurut bunda pentingkah pembentukan keterampilan sosial pada anak usia dini?Alasannya?

Jawab : Ya penting, karena kan dari keterampilan sosial ini anak bisa bersosialisasi karena setiap manusia tidak bisa hidup sendiri, manusia itu kan makhluk sosial.

3. Apakah bunda memberikan pengajaran mengenai keterampilan sosial pada anak? Jawab : Iya ada.

4. Keterampilan sosial anak yang bagaimana yang bunda bentuk?

Jawab : Misalnya kalau pas baris, saya ajak anak-anak itu buat baris sama-sama trus waktu istirahat mereka main sama-sama. Kalau ada teman yang gak punya saya ajak

mereka berbagi.

5. Upaya apa yang bunda lakukan untuk membentuk keterampilan sosial pada anak?

Jawab : Saya ajak ngomong baik-baik, saya bilang ke mereka kalau islam itu cinta damai, saya ajak berbaur la mereka semua, tidak ada dibeda-bedakan.

6. Materi-materi apa saja yang bunda berikan dalam pembelajaran untuk membentuk keterampilan sosial anak?

Jawab : Saya kasih contoh-contoh cerita gitu la, kek misalnya cerita dongeng si kancil kan ada itu tentang bersosialisasi.

7. Metode seperti apa yang bunda gunakan dalam pemberian materi tersebut? Jawab : Metode ceramah kadang juga pake metode cerita, misalnya kek cerita-cerita

dongeng.

8. Apabila metode yang digunakan tidak sesuai, apa yang bunda lakukan? Jawab : Biasanya saya ganti kalau gak bisa juga.

9. Dimanakah tempat dan media apakah yang bunda gunakan dalam pemberian materi pelajaran?


(4)

Jawab : Misalnya kek buat permainan menyusun huruf gitu, anak-anak saya suruh menyusun kata dari huruf-huruf yang ada.

11. Apakah bunda menemukan kesulitan dalam membentuk keterampilan sosial pada anak? Jawab : Ada la.

12. Kesulitan seperti apa yang bunda temukan?

Jawab : Kadang kan anak-anak ini suka mood-mood-an, ada juga anak yang agak nakal jadi sulit diatur.

13. Upaya apa yang bunda lakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut? Jawab : Ya saya bujuk aja, kalau anak TK ini kan harus banyak dibujuk. 14. Apa yang bunda lakukan jika upaya tersebut tidak berhasil?

Jawab : Ya dibiarkan aja lah sampe mood nya kembali, contohnya kek si intan kadang suka gak mau nulis.

15. Bagaimana bunda menentukan keberhasilan keterampilan sosial pada anak?

Jawab : Contohnya kek si wawa ni tadi, mau dia berbagi makanan sama kawan-kawannya trus misalnya kek si rendy kalau ada kawannya yang gak ngerti mau dia ngajari. 16. Bagaimana cara bunda memberikan pengembangan kepada anak sebagai tindak lanjut

pembentukan keterampilan sosial?

Jawab : Saya sering buat klasikal gitu sebelum mulai pelajaran, kasih kata-kata yang bagus ceramah-ceramah la gitu nasehat-nasehat biar mereka gak lupa.

17. Bagaimana tindakan bunda bila pembelajaran kurang berhasil? Jawab : Saya nasehati la mereka, saya ajak ngomong baek-baek.

18. Bagaimana bunda memberikan motivasi belajar agar anak terpacu untuk memiliki kemampuan bersaing?

Jawab : Pake tulisan-tulisan contohnya “rajin pangkal pandai” trus saya bilangi juga ke mereka.

19. Bagaimana upaya yang bunda lakukan untuk melatih rasa simpati anak agar anak mau berbagi?

Jawab : Misalnya kalau pas ada kawannya yang gak bawa pensil, saya bilangi ke anak yang punya pensil lebih “pinjami la kawannya tengok tu kawannya gak nulis, kan kasian kawannya gak nulis” dan biasanya mereka ngerti dan mau minjami.


(5)

20. Bagaimana upaya yang bunda lakukan agar anak memilki kepekaan untuk menolong temannya?

Jawab : Saya kasih contoh-contoh gitu, “kita harus menolong biar jadi anak baik jadi anak surga”.

21. Pola komunikasi yang bagaimana yang bunda bentuk kepada anak?

Jawab : Pola komunikasi timbal balik, kalau saya menerangkan saya kasi mereka kesempatanbertanya, anak-anak ini kadang tanpa disuruh juga suka nanyak. 22. Bagaimana upaya bunda dalam membentuk KAP dengan anak?

Jawab : Sering saya ajak cerita, misalnya saya tanya “tadi malam dirumah belajar gak?sama siapa belajarnya?”.

23. Seberapa sering bunda menjalin KAP dengan anak? Jawab : Setiap hari selalu.

24. KAP yang bunda jalin terkait dalam hal pelajaran saja atau dalam hal lain?

Jawab : Gak hanya pelajaran aja, diluar pelajaran juga kek misalnya kemaren tu si Nayla cerita kalau dirumah nya ada acara, dia bilang “Bunda datang la kerumah Nayla.” 25. Bagaimana upaya bunda agar KAP dapat terjalin dengan efektif dalam upaya

pembentukan keterampilan sosial anak?


(6)

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Jl. Dr. A. Sofyan No. 1 Telp. (061) 8217168

NAMA : IRNA SYAFITRI

LEMBAR CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI

NIM : 080904052

PEMBIMBING : Dr. Iskandar Zulkarnain, M.Si

NO. TGL.PERTEMUAN PEMBAHASAN PARAF

PEMBIMBING

1. 2. 3. 4. 5. 6.

8 Desember 2011 12 Desember 2011 20 Desember 2011 7 Februari 2012 14 Februari 2012 17 Februari 2012

Bimbingan Bab 1-3 Revisi Bab 1-3 ACC Bab 1-3 Bimbingan Bab 4-5 Revisi Bab 4-5 ACC Bab 4-5