Teori Belajar Sosial Hasil Observasi dan Wawancara

IV.2.5 Teori Belajar Sosial

Anak yang berada pada rentangan usia dini selalu belajar segala apa yang mereka lihat dan dengar dari orang-orang di sekitarnya. Hal ini sesuai dengan teori belajar sosial pada anak usia dini. Teori belajar sosial ini beranggapan bahwa perilaku, lingkungan dan kognisi merupakan kunci keberhasilan dalam perkembangan. Apabila organisme berada dalam lingkungan sosial maka ia akan belajar secara cepat melalui proses observasi pada perilaku orang lain. Ketika mengobservasi perilaku orang lain maka ia akan melibatkan fungsi kognitif, dan ketika mengulang-ulang perilaku terjadilah penguatan yang luar biasa. Nasehat dan bujukan yang setiap hari diberikan guru dalam upaya pembentukan keterampilan sosial pada anak dapat membentuk keterampilan sosial yang melekat dalam diri anak yang akan dibawa anak sampai dewasa. Pengulangan yang diberikan guru dapat menjadi penguatan sikap pada anak. Pelopor teori belajar sosial ini adalah Albert Bandura dan Walter Mischel. Inti dari teori ini adalah pembentuk perilaku sosial adalah adanya proses imitasi atau proses meniru. Objek imitasi tidak hanya model yang hidup namun juga model-model yang bersifat simbolik. Individu akan berperilaku tertentu sebagai hasil dari meniru orang lain yang kemudian diulang-ulang dan akhirnya terintegrasi menjadi bagian dari dirinya Pratisti, 2008: 38. Menurut Bandura proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial jenis ini http:edukasi.kompasiana.com20110312teori-belajar-sosial-albert-bandura. Universitas Sumatera Utara Teori pembelajaran sosial berdasarkan pada penjelasan yang diutarakan oleh Bandura bahwa sebagian besar daripada tingkah laku manusia adalah diperoleh dari dalam diri, dan prinsip pembelajaran sudah cukup untuk menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang. Guru sebagai objek yang ditiru oleh anak harus mampu memberikan contoh-contoh agar dapat ditiru oleh anak. Guru bertanggung jawab untuk memberikan contoh yang baik kepada anak. Hal ini dilakukan oleh para guru di TK Sabila Amanda, mereka selalu memberikan contoh perilaku yang mencerminkan keterampilan sosial yag baik. Hubungan antara guru yang satu dengan guru yang lain juga menampilkan keterampilan sosial yang dapat ditiru anak. Observasi yang dilakukan dalam proses belajar melewati empat subproses Pratisti, 2008: 39, yaitu : 1. Proses atensi. Imitasi tidak akan berlangsung apabila tidak ada atensi. Atensi dipengaruhi oleh karakteristik individu. 2. Proses retensi. Proses retensi adalah proses mengedepankan informasi didalam ingatan serta berusaha mengaplikasikannya kedalam bentuk simbolik. 3. Proses reproduksi motor. Setelah menyerap perilaku dari orang lain, seseorang akan berusaha menirukan dan melakukannya sendiri. Keberhasilan melakukan perilaku tersebut harus disertai keterampilan motorik yang memadai. 4. Proses penguatan dan motivasional. Suatu perilaku akan dimunculkan kembali bila memperoleh penguatan. Pendekatan teori belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial dan moral anak ditekankan pada perlunya conditioning pembiasaan respon dan imitation peniruan. Conditioning menurut prinsip-prinsip conditioning, prosedur-prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku sosial dan moral pada dasarnya sama dengan prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku-perilaku lainnya, yaitu dengan reward ganjaran memberi Universitas Sumatera Utara hadiah dan punishment hukuman memberi hukum. Dasar pemikirannya adalah sekali seorang siswa mempelajari antara perilaku-perilaku yang menghasilkan ganjaran dan perilaku yang menghasilkan hukuman, ia senantiasa berpikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu ia perbuat. Imitation proses imitasi peniruan dalam hal ini orang tua dan guru seyogyanya memainkan peran penting sebagai seorang model atau tokoh yang dijadikan contoh berperilaku sosial dan moral anak. Kualitas kemampuan anak dalam melakukan perilaku sosial hasil pengamatan model tersebut antara lain tergantung pada ketajaman presepsinya sesuai dengan ganjaran dan hukumannya yang berkaitan benar atau salahnya perilaku yang ia tiru dari model tadi. Selain itu tingkat kualitas imitasi tersebut juga tergantung pada persepsi siswa terhadap siapa yang menjadi model, semangkin piawai dan berwibawa seorang model semangkin tinggi pula kualitas imitasi perilaku sosial dan moral siswa tersebut Muhibbin Syah, 2006: 106. Ciri-ciri belajar sosial : a. Pendekatan belajar sosial ditekankan pada dua aspek pokok yaitu imitation dan conditioning. Anak akan meniru apa yang diajarkan oleh gurunya di sekolah dan kemudian menjadikan hal tersebut kebiasaan dalam dirinya. Untuk itu guru harus mampu menciptakan perilaku dan ucapan baik yang dapat dicontoh anak terutama perilaku yang mencerminkan keterampilan sosial. Seperti kebiasaan untuk selalu menyapa teman, saling berbagi dan menolong dengan teman, menumbuhkan rasa simpati dan juga empati, membiasakan diri untuk bekerja sama. b. Guru dan orang tua serta lingkungan sekitar sangat berperan penting dalam membentuk karekteristik seorang siswa. Anak akan cenderung belajar dari orang- orang yang ada disekitarnya. Guru merupakan orang terdekat anak ketika berada disekolah yang dapat dijadikan objek untuk ditiru. Universitas Sumatera Utara c. Perubahan yang disadari. Artinya, individu yang belajar menyadari terjadinya perubahan itu atau tidaknya individu merasakan terjadinya suatu perubahan dalam dirinya. Secara sadar ataupun tanpa disadari, anak telah memiliki kemampuan untuk menjadikan dirinya sebagai pribadi yang memiliki kemampuan untuk bersosialisasi. Kemampuan ini terlihat ketika anak telah mampu menjalin interaksi dengan teman-temannya di sekolah. Perubaan yang terjadi pada anak mungkin saja tidak dirasakan oleh anak tetapi oleh orang-orang terdekat si anak, misalnya orang tua, guru ataupun teman-temannya. d. Perubahan itu bersifat terus-menerus dan fungsional. Artinya, perubahan itu merupakan perubahan yang berlangsung terus-menerus atau dinamis. Suatu perubahan yang akan menyebabkan perubahan yang berikutnya dan bersifat fungsional, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi itu berguna bagi kehidupan individu dan bagi proses belajar berikutnya. Anak yang telah mampu memiliki keterampilan sosial dalam dirinya akan menjadi manusia yang siap dalam mengadapi dunia luar. Mereka akan siap mengadapi orang lain dari berbagai karakteristik. Tentu saja hal ini membuktikan bahwa keterampilan sosial sangat penting peranannya bagi anak usia dini. Keterampilan sosial ini membantu perkembangan anak dalam menjalani tugas perkembangannya. e. Perubahan yang bersifat positif dan aktif. Artinya, perubahan yang bersifat positif ialah perubahan itu senantiasa bertambah dari perubahan hasil belajar yang telah diperoleh sebelumnya. Juga perubahan itu tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Proses belajar sosial tentang keterampilan sosial ini akan membawa dampak yang bersifat positif pada Universitas Sumatera Utara anak. Terutama bagi anak usia dini. Manfaat dari keterampilan sosial akan mereka rasakan saat kini dan nanti. f. Perubahan yang bukan karena pengaruh obat-obatan atau penyakit tertentu. g. Perubahan yang bertujuan atau terarah. Artinya, terjadi perubahan tersebut karena adanya tujuan yang ingin dicapai. Tujuan komunikasi antarpribadi yang diterapkan guru adalah untuk menjadikan anak mampu menjalin interaksi dengan orang lain. Menjadikan anak sebagai pribadi yang memiliki kepribadian sosial yang tinggi. h. Semakin tinggi atau semakin piawai dan beribawa seorang model yang resepsi seorang siswa semakin tinggi pula kualitas imitasi dan conditioning siswa terhadap moral dan perilaku siswa. Dalam hal ini, guru harus mampu menjadi objek berkualitas yang dapat ditiru oleh anak. Karakteristik perubahan hasil belajar : a. Perubahan intensional Perubahan intensional adalah perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman atau praktek yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, dengan kata lain bukan kebetulan. Karakteristik ini mengandung konotasi bahwa siswa menyadari akan adanya perubahan yang dialami atau sekurang-kurangnya ia merasakan perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan, sikap dan pandangan tertentu. b. Perubahan positif-aktif Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif. Positif artinya baik, bermanfaat, serta sesuai dengan harapan, hal ini juga bermakna bahwa Universitas Sumatera Utara perubahan tersebut senantiasa merupakan penambahan perubahan yaitu memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Adapun perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya seperti proses kematangan tetapi karena usaha siswa itu sendiri. c. Perubahan Efektif-Fungsional Perubahan yang timbul karena proses belajar bersifat efektif, yakni hasil guna, artinya perubahan tersebut membawa pengaruh makna dan manfaat tertentu bagi siswa, perubahan fungsional dapat diharapkan member manfaat yang luas.

IV.3 Hasil penelitian terdahulu yang sesuai dengan tema penelitian