Sigit Prasetyo : Identifikasi Potensi Dan Pemasaran Produk Dari Hutan Rakyat Bambu Studi Kasus: Desa Pertumbukan Kec. Wampu Kab. Langkat, 2010.
Tabel 4. Kontribusi Tanaman Bambu dalam Menambah Pendapatan Masyarakat Tahun 2008 Rptahun
Sumber Pendapatan I
Bambu Olahan Tepas
Selain bambu petani palawija, pedagang
dan petani tanaman perkebunan
Jumlah Nilai Pendapatan Rp
546.715.000 120.900.000
667.615.000 I
81,89 18,11
100
Sumber: Analisis data primer, tahun 2008.
Angka-angka pada persentase pendapatan yang diperoleh dari produk bambu yang berupa tepas sebesar 81,89 lebih besar di bandingkan dengan
pendapatan selain bambu yang hanya 18,11 Tabel 4. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar pendapatan petani diperoleh dari hasil hutan rakyat bambu dan
hampir sepenuhnya petani bergantung pada keberadaan hutan rakyat bambu tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari, petani bambu di
Desa Pertumbukan pada umumnya membuat tepas. Tepas dapat dibuat sebanyak 4 lembar dalam sehari oleh seorang petanipengrajin bambu.
Lembaga Tataniaga Pada Pola Distribusi Produk Hutan Rakyat Bambu
Lembaga tataniaga pada pola distribusi produk hutan rakyat bambu di Desa Pertumbukan terdiri dari produsen petani bambu, pedagang pengepul 1,2
dan 3 dan konsumen pemakai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam deskripsi pelaku ekonomi sebagai berikut:
1. Produsen petani
Sebagian besar petani pemilik lahan merupakan produsen bambu dalam bentuk olahan seperti tepas. Tepas dipilih sebagai komoditi yang dominan
diusahakan petani karena jenis bambu untuk membuat tepas tersebut merupakan jenis yang pengusahaannya budidaya, proses, dan pemasarannya
telah lama dikuasai dan dikembangkan oleh petani secara turun-temurun.
Sigit Prasetyo : Identifikasi Potensi Dan Pemasaran Produk Dari Hutan Rakyat Bambu Studi Kasus: Desa Pertumbukan Kec. Wampu Kab. Langkat, 2010.
Petani dapat memproduksi tepas apabila tanaman bambu telah berumur 3
sampai 5 bulan. 2.
Pedagang Pengepul I, II dan III
Pedagang pengepul I adalah petani bambu yang sekaligus sebagai agen lokal di Desa Pertumbukan. Pengepul I ini menerima tepas jika ada petani bambu
lainnya yang menjual bambu olahannya berupa tepas kepada pengepul I. Pedagang pengepul II merupakan agen yang datang dari luar desa secara
langsung membeli tepas kepada petani dan kepada pengepul I yang kemudian pengepul II menjual tepas tersebut kepada pengepul III. Pengepul III adalah
pengusaha panglong agen yang datang dari luar desa yang membeli tepas dari petani, pengepul I dan pengepul II. Selanjutnya oleh pengepul III tepas
dijual kepada konsumen, baik dalam jumlah yang banyak ataupun eceran tergantung permintaan konsumen.
3. Konsumen end user
Konsumen akhir dalam penelitian ini adalah pemakaipengguna tepas. Konsumen membeli tepas dari pengepul III, baik eceran ataupun dalam
jumlah yang banyak. Untuk mengetahui bagan posisi jalur pemasaran produk bambu di Desa Pertumbukan dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Bagan Posisi Pemasaran Tepas di Desa Pertumbukan
7
1
2
6 4
5 3
Sigit Prasetyo : Identifikasi Potensi Dan Pemasaran Produk Dari Hutan Rakyat Bambu Studi Kasus: Desa Pertumbukan Kec. Wampu Kab. Langkat, 2010.
Keterangan : Nomor 1
: Desa Pertumbukan Nomor 5 : Pengepul III
Nomor 2 : Petani bambu
Nomor 6 : Konsumen
Nomor 3 : Pengepul I
Nomor 7 : Di luar kawasan desa
Nomor 4 : Pengepul II
Pola Distribusi Produk Hutan Rakyat Bambu
Masyarakat Desa Pertumbukan tidak menjual bambu dalam bentuk bambu bulat, akan tetapi dalam bentuk olahan seperti tepas. Masyarakat desa tidak
menawarkan atau mempromosikan produk mereka ke para pedagang. Akan tetapi mereka hanya menunggu para pembeli yang datang ke tempat mereka, sehingga
mereka tidak dikenakan biaya pemasaran Gambar 5. Oleh karena itu, penjualan tepas mereka tergantung pada pembeli yang datang. Menurut Rasyaf 1995, biaya
pemasaran adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pergerakan barang dari tangan produsen sampai konsumen akhir atau setiap biaya yang dikeluarkan untuk
keperluan pemasaran. Besar kecilnya biaya pemasaran berbeda untuk masing- masing lembaga pemasaran yang bersangkutan.
Gambar 6. Pengangkutan Tepas ke Atas pick-up oleh Para Pembeli Tepas
Sigit Prasetyo : Identifikasi Potensi Dan Pemasaran Produk Dari Hutan Rakyat Bambu Studi Kasus: Desa Pertumbukan Kec. Wampu Kab. Langkat, 2010.
Pemasaran tepas di Desa Pertumbukan terdiri dari 5 pola distribusi pasar dimana lembaga pemasarannya terdiri dari produsen petani bambu, pedagang pengepul
1,2 dan 3 dan konsumen pemakai.
1. Pola Distribusi 1