Pola Distribusi 2 Identifikasi Potensi Dan Pemasaran Produk Dari Hutan Rakyat Bambu (Studi Kasus: Desa Pertumbukan Kec. Wampu Kab. Langkat)

Sigit Prasetyo : Identifikasi Potensi Dan Pemasaran Produk Dari Hutan Rakyat Bambu Studi Kasus: Desa Pertumbukan Kec. Wampu Kab. Langkat, 2010. Tabel 8. Analisis Margin Keuntungan Profit Margin Distribusi Tepas Pola 1 Pelaku Pasar Distribusi Harga Pada Pola Tataniaga Rplmbr Persen Jenis Harga Tepas Kupas Sisik Tepas Kodean Tepas Kupas Sisik Tepas Kodean Petani Harga produksi Harga jual Biaya tataniaga Magin keuntungan 8.000 22.000 -- 14.000 8.000 18.000 -- 10.000 Persen Margin Keuntungan 63,60 55,50 Pengepul II Harga beli Harga jual Biaya tataniaga Magin keuntungan 22.000 25.000 1200 1800 18.000 22.000 1200 2800 Persen Margin Keuntungan 7,20 12,73 Pengepul III Harga beli Harga jual Biaya tataniaga Magin keuntungan 25.000 35.000 -- 10.000 22.000 30.000 -- 8.000 Persen Margin Keuntungan 28,57 26,67 Konsumen akhir Harga beli Total Margin Keuntungan 35.000 25.600 30.000 20.600 Sumber: Analisis data primer, tahun 2008. Tabel 9. Analisis Margin Pemasaran marketing margin Distribusi Tepas Pola 1 Pelaku Pasar Jenis Harga Nilai Rplmbr Persentase Tepas Kupas Sisik Tepas Kodean Tepas Kupas Sisik Tepas Kodean Petani Harga Produksi 8.000 8.000 22,86 26,67 Pengepul II Harga beli 22.000 18.000 62,86 60,00 Pengepul III Harga beli 25.000 22.000 71,43 73,33 Konsumen Akhir Harga beli 35.000 30.000 100 100 Margin Pemasaran 27.000 22.000 Sumber: Analisis tabel 9.

2. Pola Distribusi 2

Pada pola ini margin keuntungan profit margin terbesar diterima oleh pedagang pengepul III pengusaha panglong, yaitu sebesar Rp. 10.000lembar untuk tepas kupas sisik dan Rp. 8.000lembar untuk tepas kodean. Pada pola ini tingkat keuntungan yang diperoleh petani produsen relatif lebih kecil dibanding dengan pola 1. Hal ini dikarenakan petani menjual tepas pada pengepul I petani sekaligus agen yang bertempat tinggal satu desa dengan petani. Oleh Sigit Prasetyo : Identifikasi Potensi Dan Pemasaran Produk Dari Hutan Rakyat Bambu Studi Kasus: Desa Pertumbukan Kec. Wampu Kab. Langkat, 2010. sebab itu, petani menjual dengan harga yang relatif lebih murah di banding dengan harga jual kepada pengepul yang datang dari luar desa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 10 dan untuk margin pemasaran pada Tabel 11. Tabel 10. Analisis Margin Keuntungan Profit Margin Distribusi Tepas Pola 2 Pelaku Pasar Distribusi Harga Pada Pola Tataniaga Rplmbr Persen Jenis Harga Tepas Kupas Sisik Tepas Kodean Tepas Kupas Sisik Tepas Kodean Petani Harga produksi Harga jual Biaya tataniaga Magin keuntungan 8.000 16.000 -- 8.000 8.000 13.000 -- 5.000 Persen Margin Keuntungan 50,00 38,46 Pengepul I Harga beli Harga jual Biaya tataniaga Magin keuntungan 16.000 22.000 -- 6000 13.000 18.000 -- 5000 Persen Margin Keuntungan 27,27 27,78 Pengepul II Harga beli Harga jual Biaya tataniaga Magin keuntungan 22.000 25.000 1200 1800 18.000 22.000 1200 2800 Persen Margin Keuntungan 7,20 12,73 Pengepul III Harga beli Harga jual Biaya tataniaga Magin keuntungan 25.000 35.000 -- 10.000 22.000 30.000 -- 8.000 Persen Margin Keuntungan 28,57 26,67 Konsumen akhir Harga beli Total Margin Keuntungan 35.000 25.800 30.000 20.800 Sumber: Analisis data primer, tahun 2008. Tabel 11. Analisis Margin Pemasaran marketing margin Distribusi Tepas Pola 2 Pelaku Pasar Jenis Harga Nilai Rplmbr Persentase Tepas Kupas Sisik Tepas Kodean Tepas Kupas Sisik Tepas Kodean Petani Harga Produksi 8.000 8.000 22,86 26,67 Pengepul I Harga beli 16.000 13.000 45,71 43,33 Pengepul II Harga beli 22.000 18.000 62,86 60,00 Pengepul III Harga beli 25.000 22.000 71,43 73,33 Konsumen Akhir Harga beli 35.000 30.000 100 100 Margin Pemasaran 27.000 22.000 Sumber: Analisis tabel 10 . Sigit Prasetyo : Identifikasi Potensi Dan Pemasaran Produk Dari Hutan Rakyat Bambu Studi Kasus: Desa Pertumbukan Kec. Wampu Kab. Langkat, 2010.

3. Pola Distribusi 3