Uji Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi

Dipo Satria Alam : Pengaruh Rasio Keuangan Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas, dan Pasar Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, 2007 USU Repository © 2009 adanya korelasi antar variabel independent. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinieritas. Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai VIF dan korelasi diantara variabel independen. Jika nilai VIF lebih besar dari 10, maka terjadi multikolinearitas diantara variabel independent. Disamping itu, suatu model dikatakan terdapat gejala multikolinearitas, jika korelasi diantara variabel independen lebih besar dari 0,90 Ghozali, 2001. Ada dua cara yang dapat dilakukan jika terjadi multikolinieritas, yaitu : a. Mengeluarkan salah satu variabel, misalnya variabel independen A dan B saling berkolerasi dengan kuat, maka bisa dipilih A atau B yang dikeluarkan dari model regresi. b. Menggunakan metode lanjut seperti Regresi Bayesian atau Regresi Ridge.

3. Uji Heteroskedastisitas

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut homoskedastisitas. Sebaliknya jika varians berbeda, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Pada penelitian ini, uji heterokedastisitas dilakukan dengan Uji Park. Park mengemukakan metode bahwa variance s 2 merupakan fungsi dari variabel-variabel bebas. Persamaan dari Uji Park adalah sebagai berikut. Ln 2 i = + Ln Xi + vi Dipo Satria Alam : Pengaruh Rasio Keuangan Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas, dan Pasar Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, 2007 USU Repository © 2009 Suatu model dikatakan terdapat gejala heterokedastisitas jika koefisien parameter beta dari persamaan regresi tersebut signifikan secara statistik. Sebaliknya, jika parameter beta tidak signifikan secara statistik, hal ini menunjukkan bahwa data model empiris yang diestimasi tidak terdapat heterokedastisitas Pada penelitian ini Uji heterokedastisitas dengan melihat apakah model ini masih bisa digunakan untuk uji hipotesis dilakukan dengan melihat grafik Scatterplot

4. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual atau kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu atau time series karena “gangguan” pada seorang individukelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada individukelompok yang sama pada periode berikutnya. Pada data crosssection atau silang waktu, masalah atokorelasi relatif jarang terjadi karena “gangguan” pada observasi yang berbeda berasal dari individukelompok yang berbeda. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Dipo Satria Alam : Pengaruh Rasio Keuangan Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas, dan Pasar Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, 2007 USU Repository © 2009 Pada penelitian ini, uji autokorelasi dilakukan dengan Uji Durbin Watson, karena uji ini yang umum digunakan. Uji ini hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat pertama first order autokorelasi dan mensyaratkan adanya intercept konstanta dalam model regresi. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut: 1. Bila nilai Durbin-Watson DW terletak antara batas atas atau Upper Bound DU dan 4 – DU, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi. 2. Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah atau Lower Bound DL, maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti ada autokorelasi positip. 3. Bila nilai DW lebih besar dari pada 4-DL, maka koefisien autokorelasi lebih kecil daripada nol, berarti ada autokorelasi negatip. 4. Bila nilai DW terletak diantara batas atas DU dan batas bawah DL atau Dw terletak antara 4-Du dan 4-DL, maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.Ghozali, 2001.\ Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Model hipotesis dalam penelitian ini adalah: e X X X a Y n n + + + + + = β β β ...... 2 2 1 1 Dipo Satria Alam : Pengaruh Rasio Keuangan Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas, dan Pasar Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, 2007 USU Repository © 2009 Dimana : Y = Perubahan harga saham a = Intercept Y 1 X = Current Ratio 2 X = Total Debt to Total Assets Ratio 3 X = Total Assets Turnover 4 X = Inventory Turnover 5 X = Net Profit Margin 6 X = Return on Equity. 7 X = Price Earning Ratio 2 1 , β β = Koefisien regresi e = Variabel pengganggu Pengujian hipotesis menggunakan analisa regresi berganda karena ada dua independen variabelnya. Pengujian hipotesis ditujukan untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari varibel bebas secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis dengan menggunakan Uji F atau yang biasa disebut dengan Analysis of Varian ANOVA. Pengujian ANOVA atau Uji F bisa dilakukan dengan dua cara yaitu dengan melihat tingkat signifikansi atau dengan membandingkan F hitung dengan F tabel. Pengujian dengan tingkat signifikansi dilakukan dengan ketentuan yaitu apabila hasil signifikansi pada tabel ANOVA 0,05, maka H ditolak Dipo Satria Alam : Pengaruh Rasio Keuangan Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas, dan Pasar Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, 2007 USU Repository © 2009 berpengaruh, sementara sebalikanya sebaliknya apabila tingkat signifikansi pada tabel ANOVA 0,05, maka H diterima tidak berpengaruh. Pengujian dengan membandingkan F hitung dengan F tabel dilakukan dengan ketentuan yaitu apabila F hitung F tabel 0,05 maka H ditolak berpengaruh, sementara sebalikanya apabila F hitung F tabel 0,05 maka H diterima tidak berpengaruh. Adapun F tabel dicari dengan memperhatikan tingkat kepercayaan dan derajat bebas degree of freedom. Dipo Satria Alam : Pengaruh Rasio Keuangan Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas, dan Pasar Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, 2007 USU Repository © 2009 De scri ptive Statistics 163 .16 6.11 1.9724 1.18495 163 .07 1.43 .5323 .26178 163 .09 2.60 1.0337 .50933 163 -.06 27.94 5.0171 3.59971 163 -3. 48 1.95 .0400 .45793 163 -65 83 11.01 23.620 163 -78 116 11.70 22.153 163 -.32 .43 .0243 .08250 163 CR1 DTA1 TA TO1 ITO1 NP M1 ROE1 PE R1 HS Valid N lis twis e N Mi nimum Maxim um Mean St d. Deviat ion

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen yang terkait

Pengaruh Profitabilitas, Solvabilitas, dan Likuiditas Terhadap Harga Saham Perbankan di Bursa Efek Indonesia

3 36 99

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta

0 23 2

Pengaruh Rasio Likuiditas, Profitabilitas dan Solvabilitas terhadap Harga Saham (Studi Empiris pada Industri Perbankan yang Terdaftar Di Bursa Efek

1 6 102

Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Solvabilitas terhadap Harga Saham Industri Dasar dan Kimia di Bursa Efek Indonesia

0 11 49

ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, AKTIVITAS, PROFITABILITAS DAN PASAR Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas Dan Pasar Terhadap Return Saham (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang ter

0 2 16

ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN LIKUDITAS, SOLVABILITAS, AKTIVITAS, PROFITABILITAS, DAN PASAR Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas Dan Pasar Terhadap Return Saham (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang te

0 1 16

Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas dan Penilaian Pasar Terhadap Harga Saham Perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia.

0 0 11

PENGARUH RASIO PROFITABILITAS, RASIO SOLVABILITAS, DAN RESIKO SISTEMATIS TERHADAP HARGA SAHAM INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 15

PENGARUH RASIO LIKUIDITAS, PROFITABILITAS, AKTIVITAS, DAN SOLVABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA SEKTOR INDUSTRI KELAPA SAWIT DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

0 0 10

PENGARUH LIKUIDITAS, SOLVABILITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 17