Dipo Satria Alam : Pengaruh Rasio Keuangan Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas, dan Pasar Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, 2007
USU Repository © 2009
C. Informasi Akuntansi dan Harga Saham
Investor membeli saham karena mereka mengharapkan tingkat pengembalian yang baik atas investasi yang mereka lakukan tanpa suatu risiko
yang cukup berarti. Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham yang diartikan melalui
pemaksimuman harga saham dari perusahaan tersebut. Dengan kata lain, pemaksimuman harga saham merupakan suatu tujuan yang paling penting dari
suatu perusahaan. Salah satu faktor yang menentukan harga saham adalah kemampuan dari
perusahaan dalam menghasilkan aliran kas pada saat ini dan di masa yang akan datang. Ada tiga faktor utama yang menentukan aliran kas yaitu 1 jumlah
penjualan, 2 laba operasi setelah pajak, dan 3 kebutuhan modal. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan aliran kas. Keseluruhan cara
tersebut memerlukan penyertaan aktif dari setiap manager dalam perusahaan. Manajer keuangan juga harus memutuskan bagaimana untuk membelanjai
perusahaan dan berapa persen dari keuntungan saat ini harus ditahan dan diinvestasikan kembali daripada dibagikan sebagai dividen.
Pada pasar yang efisien secara semi kuat, harga suatu saham akan merefleksikan secara penuh atas informasi yang tersedia di pasar saham. Oleh
karena itu, pasar seharusnya bereaksi secara berbeda terhadap informasi antara perusahaan yang membayar dividen yang tinggi, sedang atau tidak membayar
dividen sama sekali. Pasar juga akan bereaksi secara berbeda terhadap informasi antara perusahaan yang tumbuh dan yang tidak tumbuh. Perbedaan harga saham
Dipo Satria Alam : Pengaruh Rasio Keuangan Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas, dan Pasar Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, 2007
USU Repository © 2009
ini hanya terjadi bila pasar saham adalah efisien semi kuat, dimana investor dapat merespon secara tepat atas informasi yang tersedia secara penuh di pasar modal.
Dengan kata lain investor adalah canggih sophicticated investor, bukan investor yang naive Hartono, 1998.
Abnormal return dapat diperoleh disekitar tanggal pengumuman baik itu pengumuman laporan keuangan maupun pengumuman kebijaksanaan dividen dan
hanya bersifat sementara saja. Semakin efisien suatu pasar, maka semakin cepat atau semakin sedikit waktunya investor dapat memperoleh abnormal return,
hanya investor yang canggih saja yang mampu memperoleh abnormal return. Indikasi adanya perusahaan yang tumbuh adalah salah satu informasi yang dapat
dimanfaatkan oleh investor untuk memperolah abnormal return disekitar tanggal pengumunan laporan keuangan tahunan. Adanya abnormal return yang diperoleh
di sekitar tanggal pengumuman laporan keuangan ini menunjukkan adanya reaksi pasar dan menunjukkan adanya kemampuan investor untuk merespon informasi
tersebut. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts SFAC No 1 yang
dikeluarkan oleh Financial Accounting Standart Boards FASB di Amerika Tujuan Laporan Keuangan adalah: “Financial reporting should provide
information that is useful to present and potential investors and creditors and other users in making rational investment, credit and similar decisions. The
information should be comprehensible to those who have a reasonable understanding of business and economic activities and are willing to study the
information with reasonable diligence.”
Dipo Satria Alam : Pengaruh Rasio Keuangan Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas, dan Pasar Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, 2007
USU Repository © 2009
Informasi akuntansi keuangan merupakan informasi yang diharapkan mampu memberi bantuan kepada pengguna untuk membuat keputusan ekonomi
secara finansial. Informasi akuntansi yang dipublikasikan oleh perusahaan yang sudah go public meliputi informasi tentang kekayaan Company Wealth,
penghasilan Income, dan kejadian ekonomi Economic Events yang mempengaruhi kekayaan dan penghasilan perusahaan. Oleh Ikatan Akuntan
Indonesia IAI yang dikemukakan dalam Standar Akuntansi Keuangan SAK laporan keuangan memliki tujuan: “Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan
infomasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi”. Horne 1995 dan Brigham 1999 membagi rasio keuangan ke dalam
enam komponen. Keenam komponen rasio tersebut adalah : 1. Rasio Likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan
kewajiban jangka pendeknya. 2. Rasio Solvabilitasleverage, yaitu mengukur seberapa besar operasi
perusahaan dibiayai dengan hutang. 3. Ratio Aktivitas, yaitu mengukur efektivitas operasi perusahaan dalam
memanfaatkan aset-asetnya. 4. Rasio profitabilitas, yaitu mengukur efektivitas perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan. 5. Rasio pertumbuhan, yaitu mengukur kemampuan perusahaan dalam
persaingan dengan perusahaan-perusahaan lain pada industri yang sama.
Dipo Satria Alam : Pengaruh Rasio Keuangan Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas, dan Pasar Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, 2007
USU Repository © 2009
6. Rasio pasar, yaitu mengukur kemampuan manajemen untuk menciptakan nilai pasar agar melebihi biaya modalnya.
Menurut Suprodjo 1990;17 Untuk dapat melakukan penilaian saham diperlukan data-data sebagai berikut:
a. Audited Financial Statement laporan keuangan yang telah diaudit oleh
akuntan publik perusahaan beberapa tahun terakhir, dengan menggunakan laporqan keuangan ini dapat diketahui pasti karakteristik perusahaan dengan
baik. b.
Proyeksi keuangan perusahaan dimasa yang akan datnag, seluruh angka-angka data proyeksi itu dapat digunakan sebagai patokan dalam menganalisa laporan
keuangan berikutnya. c.
Asumsi-asumsi mengenai prospek perekonomian faktor industri dimana perusahaan tersebut berada serta prospek perusahaan itu sendiri agar diperoleh
suatu pegangan dalam menganalisa.
Menurut Suprodjo 1990:14 faktor-faktor yang dapat menjadi sumber naik atau turunnya harga saham sewaktu dinilai adalah:
a. Faktor yang dapat diukur dengan angka-angka, terdiri dari:
1 Laba yang diperoleh selama beberapa tahun terakhir.
2 Bagian laba yang ditahan.
3 Peningkatan atau penurunan niali harta tetap perusahaan.
Dipo Satria Alam : Pengaruh Rasio Keuangan Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas, dan Pasar Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, 2007
USU Repository © 2009
b. Faktor-faktor yang tidak dapat diukur dengan angka-angka, terdiri dari:
1 Prospek usaha perusahaan dimasa yang akan datang
2 Trade mark, goodwill
3 Kualitas manajemen
Secara garis besar ada dua analisa yang digunakan dalam menetapkan harga saham suatu perusahaan yaitu analisa fundamental dan teknikal Ang 1997:
18.0
1. Fundamental Analysis FA Analisa Fundamental adalah studi tentang ekonomi, industri, dan kondisi
perusahaan untuk memperhitungkan nilai dari saham perusahaan. Analisa fundamental menitikberatkan pada data-data kunci dalam laporan keuangan
perusahaan untuk memperhitungkan apakah harga saham sudah di apresiasi secara akurat. Menurut Ang 1997: 18.2 analisis fundamental merupakan ”suatu studi
yang mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan keuangan suatu bisnis dengan maksud untuk lebih memahami sifat dasar dan karekteristik operasional
dari perusahaan yang menerbitkan saham biasa tersebut”. Analisa fundamental berdasarkan atas kepercayaan bahwa harga saham
sangat dipengaruhi oleh kinerja perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Jika prospek suatu perusahaan sangat baik, maka harga sahamnya diperkirakan
akan merefleksikan kekuatan perusahaan tersebut, oleh karena itu diperkirakan harga saham tersebut akan meningkat, begitu juga sebaliknya. Dalam analisis
Dipo Satria Alam : Pengaruh Rasio Keuangan Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas, dan Pasar Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, 2007
USU Repository © 2009
fundamental menyatakan setiap saham yang diperdagangkan memiliki nilai yang sebenarnya nilai teoritis atau nilai interinsik. Bertitik tolak dari nilai interinsik
para investor akan dapat menentukan pilihan investasinya terhadap saham-saham yang diniagakan di pasar modal.
Ukuran nilai interinsik didasarkan pada faktor-faktor fundamental emiten yang berhubungan dengan kinerja organisasi seperti tingkat laba, kemampuan
perusahaan menghasilkan output, daya saing di pasar, pertumbuhan perusahaan, likuiditas dan faktor fundamental perusahaan lainnya termasuk akuisisi dan
merger serta perkembangan dan kebijakan perusahaan yang akan datang. Selain itu nilai interinsik juga mempertimbangkan faktor-faktor ekonomi seperti tingkat
pendapatan masyarakat, tingkat bunga, kurs atau nilai tukar, tingkat inflasi, keseimbangan neraca perdagangan dan dasar fundamental ekonomi lainnya
termasuk kebijakan fiskal dan moneter. Analisis fundamental ini berkeyakinan bahwa apabila nilai interinsik lebih
besar dari harga pasar saham maka investor atau analis pasar modal akan membeli saham-saham yang bersangkutan karena harga saham salah dihargai oleh pasar
mispriced atau harga saham under value. Karena dimasa yang akan datang harga saham akan bergerak naik menuju nilai interinsik, sehingga investor berpeluang
memperoleh laba abnormal. Apabila nilai interinsik lebih kecil dari harga pasar saham maka investor
akan mengambil tindakan untuk menjual saham-saham yang dimiliki karena harga pasar di pasar over value dan dimasa depan harga saham akan turun menuju nilai
interinsik dengan keadaan yang sama investor mampu memperoleh laba
Dipo Satria Alam : Pengaruh Rasio Keuangan Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas, dan Pasar Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, 2007
USU Repository © 2009
abnormal. Selanjutnya apabila nilai interinsik sama dengan harga pasar saham, maka investor tidak melakukan tindakan apapun di pasar modal karena harga
saham dinilai wajar karena sesuai dengan nilai interinsik. Analisi fundamental Brealy, 1970:63-68 Ross,et.al 2004:279-280 disebut fundamentalis.
Secara umum untuk menganalisa perusahaan dengan menggunakan analisa fundamental terdiri dari 3 langkah yaitu:
•
Menghitung kondisi ekonomi secara keseluruhan
Kondisi ekonomi dipelajari untuk memperhitungkan jika kondisi ekonomi secara keseluruhan baik untuk pasar saham. Apakah tingkat inflasi tinggi atau
rendah? Apakah suku bunga naik atau turun? Apakah konsumen yakin atau ragu-ragu dalam mengeluarkan uang? Apakah neraca perdagangan untung atau
rugi? Apakah supply uang naik atau turun? •
Menghitung kondisi industri secara keseluruhan
Industri di mana perusahaan berada secara langsung mempengaruhi masa depan perusahaan tersebut. Bahkan saham yang paling baik pun dapat
menghasilkan pengembalian yang kecil jika mereka berada dalam industri yang sedang tidak bagus. Biasanya saham yang lemah dalam industri yang kuat lebih
disukai daripada saham yang kuat dalam industri yang lemah. •
Menghitung kondisi perusahaan
Setelah melihat dari sisi ekonomi dan industri perlu
juga memperhitungkan kesehatan keuangan sebuah perusahaan. Jika sebuah
perusahaan yang telah dianalisa secara ekonomi dan industri itu baik tetapi tidak menghitung kondisi perusahaan tersebut maka akan tidak akan berguna semua
Dipo Satria Alam : Pengaruh Rasio Keuangan Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas, dan Pasar Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, 2007
USU Repository © 2009
analisa fundamental dilakukan. Karena pasar saham adalah pasar ekspektasi dimana semua pemegang saham mengharapkan perusahaannya selalu
menghasilkan laba yang pada akhirnya laba ini akan di bagikan kepada pemegang saham dikenal dengan istilah deviden. Walaupun tidak semua pemegang saham
mengharapkan pembagian deviden, karena pada dasarnya keuntungan yang diperoleh dari berinvestasi di sekuritas saham ini bukan hanya deviden, tetapi juga
dengan capital gain yaitu keuntungan yang diperoleh dari fluktuasi harga saham yang biasanya diharapkan oleh investor yang memiliki time horizon yang pendek.
2. Teknikal Analisis Menurut Ang 1997: 20.17 analisis teknikal merupakan “suatu studi yang
dilakukan untuk mempelajari berbagai kekuatan yang berpengaruh di pasar modal
dan dampak yang ditimbulkannya pada harga saham”.
Analisis teknikal juga didasarkan pada anggapan bahwa harga saham ditentukan oleh permintaan demand dan penawaran supply. Pendekatan ini
menekankan pentingnya perilaku investor dimasa yang akan datang dan berdasarkan masa lalu, sehingga para analis teknikal mempelajari perubahan
harga saham dengan menggunakan data historis perdagangan, salah satu cara yang paling sering digunakan oleh para analis teknikal adalah dengan charting gambar
atau grafik. Dari grafik chart dapat diketahui bagaimana kecenderungan pasar, sekuritas, atau future komoditas yang akan dipilih dalam investasi. Teknik ini
mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan.
Dipo Satria Alam : Pengaruh Rasio Keuangan Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas, dan Pasar Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, 2007
USU Repository © 2009
Beberapa analisis teknikal antar lain grafik sederhana dan moving average. Grafik sederhana contohnya adalah trend kecendrungan.
Menurut Suprodjo 1990: 24 asumsi-asumsi dasar dari analisis teknikal adalah:
1 Nilai pasar ditentukan oleh penawaran dan permintaan.
2 Permintaan dan penawaran dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang
rasional maupun yang tidak rasional. 3
Dengan mengabaikan fluktuasi yang kecil di pasar, harga saham cenderung untuk bergerak pada suatu tren yang tetap untuk jangka waktu yang lama.
4 Perubahan dari suatu tren disebabkan karena pergesaran permintaan dan
penawaran. 5
Pergeseran permintaan dan penawaran, tidak menjadi masalah mengapa terjadi, dapat dideteksi lambat atau cepat melalui chart transaksi.
6 Beberapa pola chart berulang dengan sendirinya.
Faktor-faktor ini juga memperhatikan psikologis investor. Analisis fundamental dapat digunakan untuk menetapkan harga pasar saham perdana
ataupun harga pasar saham sekunder, namun dalam pendekatan analisis teknis ini hanya dapat digunakan untuk menetapkan harga saham pada pasar sekunder
Muchsyarsyah, 1999: 36. Beberapa perbedaan antara analisis secara fundamental dapat dilihat dari tabel 2.1 berikut:
Dipo Satria Alam : Pengaruh Rasio Keuangan Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas, dan Pasar Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, 2007
USU Repository © 2009
Tabel 2.1 Perbedaan Analisis Teknikal dan Fundamental
No Variabel
Fundamental Teknikal
1 Fokus perhatian harga
overvalueundervalue Timing
upwarddownward 2
Horison investasi Jangka menengah dan panjang
Jangka pendek 3
Informasi utama Perusahaanemiten
Psikologis Investor 4
Motif utama Devidenpertumbuhan
Capital gain 5
Strategi utama Beli dan simpan
Berpindah
6 Karakter investor
Penabung dan investasi Pedagang dan
Instutional
D. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dilakukan oleh Nur Fajrih Asyik 1999 menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara laba bersih dengan harga saham.
Wiwik Utami dan Suharmadi 1998 meneliti tentang pengaruh informasi penghasilan perusahaan terhadap harga saham di BEJ, menunjukkan bukti bahwa
informasi penghasilan perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham di BEJ. Lebih jauh, Wiwik Utami dan Suharmadi 1998
menunjukkan bahwa semakin besar tingkat penghasilan semakin optimis investor terhadap return saham.
Dipo Satria Alam : Pengaruh Rasio Keuangan Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas, dan Pasar Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, 2007
USU Repository © 2009
Hasil penelitian Mas’ud Machfoedz 1994 menemukan bahwa dari rasio profitabilitas ternyata hanya tiga rasio keuangan yang signifikan berhubungan
dengan prediksi laba untuk periode 1 tahun ke depan. Ketiga rasio tersebut adalah gross profit margin GPM net profit margin NPM, return on equity ROE.
Hasil penelitian Harries Hidayat dan Hekinus Manao 2000 menemukan
bahwa DER tidak mempengaruhi harga saham. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Sugeng Sulistiono 1994; Sulaiman
1995; Leki Rofinus 1997 dalam Syahib Natarsyah, 2000 menunjukkan bahwa ROA mempunyai pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap harga saham.
Sementara itu, penelitian tentang pengaruh rasio leverage terhadap return saham yang diteliti oleh Meily Surianti dan Nur Indriantoro 1999 yang
menemukan bahwa rasio leverage mempunyai hubungan negatif dengan return saham. Hasil ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi rasio
leverage menunjukkan tingkat kembalian yang semakin kecil, dan berakibat menurunkan return saham.
Dipo Satria Alam : Pengaruh Rasio Keuangan Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas, dan Pasar Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, 2007
USU Repository © 2009
BAB III METODE PENELITIAN