Dipo Satria Alam : Pengaruh Rasio Keuangan Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas, dan Pasar Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, 2007
USU Repository © 2009
adalah likuiditas, solvabilitas, aktifitas, profitabilitas dan rasio pasar. Indikator masing-masing rasio dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.2 Pengukuran variabel dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Variabel Indikator
Alat Ukur Skala
1 Likuiditas Current Ratio
100 x
s Liabilitie
Current Assets
Current Rasio
2 Solvabilitas Total Debt to
Total Assets 100
x Aktiva
Total Hutang
Total Rasio
3 Aktivitas Total assets turnover
100 x
Assets Total
Penjualan Rasio
Inventory Turnover
100 x
Persediaan Penjualan
Rasio 4 Profitabilitas
Net Profit Margin 100
x Sales
Net Income
Net Rasio
Return on Equity 100
x Biasa
Saham Ekuitas
Bersih Laba
Rasio 5 Pasar
Price Earning Ratio 100
x Share
Per Earning
Pasar Harga
Rasio
F. Defenisi Operasional Variabel
Variabel penelitian ini dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu: 1 variabel independen, dan 2 variabel dependen. Variabel independen pada
penelitian ini adalah Rasio-rasio keuangan sebagai berikut:
1. Current Ratio adalah rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang
dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek. Current Ratio
Dipo Satria Alam : Pengaruh Rasio Keuangan Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas, dan Pasar Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, 2007
USU Repository © 2009
menunjukkan kemampuan perusahaan menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya.
2. Total Debt to Total Assets adalah rasio total hutang dengan total aktiva. Rasio
hutang ini mengukur seberapa besar presentase dana yang disediakan oleh para kreditur. Pada umumnya para kreditur lebih menyukai rasio hutang yang
rendah karena mempunyai tingkat keamanan yang lebih besar. 3.
Total Assets Turnover adalah mengukur perputaran dari seluruh aktiva perusahaan atau mengukur efektivitas penggunaan dari aktiva total. Rasio ini
dihitung dengan cara membagi penjualan dengan total assets. 4.
Inventory Turnover adalah rasio yang memperbandingkan penjualan dibagi dengan persediaan. Apabila turnover persediaan terlalu kecil dibanding
dengan tolak ukurnya, maka berarti dana yang terserap pada persediaan terlalu tinggi, sehingga bisa dinilai manajemen tidak efektif.
5. Return on Equity adalah rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa. Rasio
ini mengukur tingkat pengembalian atas investasi saham biasa. 6.
Net Profit Margin adalah rasio ysng memperbandingkan net income dibagi dengan net sales.
7. Price Earning Ratio, rasio perhitungan harga pasar saham rata-rata dengan
laba per lembar saham. Rasio ini menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
Variabel dependennya adalah perubahan harga saham. Pengukuran untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
Dipo Satria Alam : Pengaruh Rasio Keuangan Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas, dan Pasar Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, 2007
USU Repository © 2009
Perubahan Harga Saham
Proksi perubahan harga saham perusahaan dalam penelitian ini adalah cumulative abnormal return CAR. CAR merupakan akumulasi abnormal return
dalam periode peristiwa untuk masing-masing saham. Abnormal return adalah selisih antara return realisasi masing-masing saham dengan return ekspektasian
masing-masing saham, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut : AR
it
= R
it
- E[R
it
] 1
AR
it
= Abnormal return saham ke-i pada periode peristiwa ke-t.
R
it
= Return realisasi yang terjadi untuk saham ke-i pada
periode peristiwa ke-t. E[R
it
] =
Return ekspektasian saham ke-i untuk peristiwa ke-t Return realisasi masing-masing saham dihitung dengan rumus sebagai
berikut : R
it
= {P
it
– P
it
-
1
} 2
R
it
= Return saham i pada hari t P
it
= Harga penutupan saham pada hari t
P
it - 1
= Harga penutupan saham i pada hari t - 1
Return ekspektasian dihitung dengan model pasar market model. Model ekspektasian ini dibuat dengan menggunakan teknik regresi ordinary least square
OLS, yaitu : R
ij
= α
i
+ β
i
. R
Mj
+ ε
ij
3 R
ij
= Return realisasi saham ke-i pada periode estimasi ke-j
α
i
= Intercept untuk saham ke-i
Dipo Satria Alam : Pengaruh Rasio Keuangan Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas, dan Pasar Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, 2007
USU Repository © 2009
β
i
= Koefisien slope yang merupakan Beta saham ke-i
R
Mj
= Return indeks pasar pada periode estimasi ke-j
ε
ij
= Kesalahan residu saham ke-i pada periode estimasi ke-j
Untuk menghitung return ekspektasian pada periode jendela digunakan rumus sebagai berikut :
E[R
1,t
] = α
i
+ β
i
. E[R
Mt
] 4
E[R
1,t
] = Return ekspektasian saham ke-i pada periode t
α
i
= Intercept untuk saham ke-i
β
i
= Koefisien slope yang merupakan Beta saham ke-i
E[R
Mt
] = Return ekspektasian pasar pada priode ke-t yang nilainya
= R
Mt
Return indeks pasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks Pasar Harga Saham Gabungan IHSG, yang dihitung dengan rumus sebagai
berikut : IHSG
t
- IHSG
t-1
R
Mt
= ---------------------
5 IHSG
t-1
R
Mt
= Return indeks pasar sahama pada hari ke t
IHSG
t
= IHSG harian pada hari ke t
IHSG
t-1
= IHSG harian pada hari ket-1
Berikutnya adalah perhitungan CAR dengan rumus sebagai berikut : CAR
i,t
=
a t
t = −
+
∑
3 3
AR 6
Dipo Satria Alam : Pengaruh Rasio Keuangan Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas, dan Pasar Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, 2007
USU Repository © 2009
CAR
i,t
= Akumulasi abnormal return saham ke-i pada hari ke-t,
yang dihitung mulai awal periode jendela sampai dengan akhir periode jendela.
AR
t,a
= Abnormal return saham ke-i pada hari ke-a, yaitu mulai t-3
sampai hari ke-t+3.
Beta β merupakan pengukur risiko sistematis dari suatu saham atau
portofolio relatif terhadap risiko pasar. Beta juga berfungsi sebagai pengukur volatilitas return saham atau portofolio terhadap return pasar. Volatilitas
merupakan fluktuasi return suatu saham atau portofolio dalam suatu periode tertentu, jika secara statistik fluktuasi tersebut mengikuti fluktuasi return pasar
maka Beta saham atau portofolio tersebut dikatakan bernilai satu Hartono 1998. Fluktuasi ini menunjukkan risiko sistematis dari saham atau portofolio tersebut,
semakin besar return suatu saham berfluktuasi terhadap return pasar, maka risiko sistematisnya akan semakin besar Hartono dan Surianto 1999.
Pasar modal yang sedang berkembang umumnya transaksi perdagangannya masih tipis atau jarang terjadi thin market. Kondisi ini akan
menimbulkan adanya Beta yang bias yang disebabkan oleh adanya perdagangan yang tidak sinkron non-synchronous trading. Menurut Hartono dan Surianto
1999 perdagangan pada pasar modal BEJ masih tipis. Bukti empiris atas temuan ini menunjukkan bahwa Beta saham pada BEJ adalah bias, rata-rata Beta dari 74
perusahaan sebesar 0,0676 signifikan pada level 1. Berdasarkan kondisi BEJ tersebut maka dalam menghitung return
ekspektasian harus dilakukan koreksi untuk memperoleh nilai Beta yang
Dipo Satria Alam : Pengaruh Rasio Keuangan Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas, dan Pasar Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, 2007
USU Repository © 2009
mendekati nilai Beta yang sebenarnya. Metode yang digunakan untuk koreksi Beta yang bias adalah metode Fowler dan Rorke 1983. Menurut Hartono dan
Surianto 1999, metode Fowler dan Rorke 1983 merupakan metode pengkoreksian Beta yang terbaik diantara metode pengkoreksian Beta yang ada
yaitu Scholes dan Williams 1977, Dimson 1979, dan Fowler dan Rorke 1983. Ini disebabkan metode Fowler dan Rorke 1983 telah menggunakan bobot
tertentu untuk memperoleh koefisien regresinya. Penelitian ini menggunakan metode koreksi Beta Fowler dan Rorke 1983
dengan memakai satu periode mundur lag dan satu periode maju lead. Hasil strudinya Hartono dan Surianto 1999 menunjukkan bahwa koreksi Beta dengan
metode Fowler dan Rorke 1983 cukup menggunakan satu periode mundur dan satu periode maju jika datanya normal. Tetapi, jika datanya tidak normal yang
terbaik adalah menggunakan empat periode mundur dan empat periode maju. Dalam penelitian ini, normalitas data return saham masing-masing perusahaan
diuji dengan metode Kolmogorov Smirnov. Rumus metode koreksi Beta tersebut adalah sebagai berikut :
R
i,t
= α
i
+ β
i -1
. R
Mt-1
+ β
i
. R
mt
+ β
i +1
. R
mt+1
+ ε
it
7 R
i,t
= Return saham i pada periode ke-t
R
Mt-1
= Return indeks pasar periode lag t-1
R
mt+1
= Return indeks pasar periode lead t+1
Untuk mendapatkan korelasi serial r regresi return indeks pasar dengan return indeks pasar periode sebelumnya, maka harus dioperasikan persamaan
berikut ini :
Dipo Satria Alam : Pengaruh Rasio Keuangan Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas, dan Pasar Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, 2007
USU Repository © 2009
R
Mt
= α
i
+ ρ
1
. R
mt-1
+ ε
t
8 Korelasi serial tersebut akan difungsikan sebagai faktor penentuan bobot
dalam pengkoreksian beta dalam koefisien regresi. Penentuan bobot ini dihitung dengan rumus sebagai berikut :
1 + ρ
1
W =
-------------- 9
1 + 2. ρ
1
Besarnya Beta koreksian diperoleh dengan penjumlahan beta yang dikalikan dengan bobot untuk masing-masing periode yang sesuai, yaitu :
β
i
= W.
β
i -1
+ β
i o
+ W. β
i +1
10
G. Teknik Analisis Data