Ekowisata Tangkahan Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat

Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.

4.2 Ekowisata Tangkahan

Kawasan Ekowisata Tangkahan berada di Kecamatan Batang Serangan. Hamparan hutan rimba yang menyelimuti Taman Nasional Gunung Leuser TNGL yang menyimpan ribuan macam Flora serta berbagai jenis Fauna seperti Orang Utan, Harimau Sumatera, Kedih, gajah dan beberapa jenis burung langka yang dilindungi seperti Kuaw, Merak dan Enggang, menjadikan alam tangkahan begitu memukau dan mempesona. Terdapat juga fauna langka yang tetap dilestarikan seperti bunga bangkai raflesia yang mengundang wisatawan untuk mengunjungi tempat ini. Tangkahan merupakan kombinasi dari vegetasi hutan dan topografi yang berbukit, menjadikan tempat ini sangat ideal bagi tempat wisata. Sungai Batang Serangan dan Bulih yang membelah hutan ini merupakan tipe sungai yang mencirikan sungai di hutan tropis, dengan beraneka ragam jenis tumbuhan dan tebing yang beraneka warna di tepian sugai ini. Air sungai yang sangat jernih dan bernuansa hijau menciptakan panorama dan atmosfer yang alami dan mistik. Tangkahan memiliki 11 air terjun dan beberapa sumber air panas dan juga gua kalelawar. Untuk sampai di lokasi ini, dari terminal pinang baris di kota medan, bisa menggunakan bis PS langsung menuju Tangkahan, melewati Stabat. Perjalanan ke Tangkahan dapat ditempuh sekitar 3 - 4 jam dari kota Medan. Untuk menuju kawasan ekowisata, kita harus menyebrangi sungai. Sungai batang serangan cukup deras arusnya, sehingga harus menggunakan rakit, ini merupakan salah satu petualangan lain yang akan dirasakan pengunjung. Di Tangkahan sangat banyak aktivitas yang dapat dilakukan baik yang berupa petualangan atau hanya sekedar trekking di hutan tropis. Ada 3 jalur trekking di hutan ini mulai dari soft trekking untuk anak – anak maupun keluarga Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009. sampai yang bersifat petualangan. Para pengunjung akan ditemani oleh pemandu lokal yang telah dibekali dengan pengetahuan hutan dan interpretasi alam. Jalur trekking yang ada juga telah dilengkapi dengan papan informasi tentang beberapa fenomena alam di hutan Tangkahan. Bagi yang suka petualangan, dapat merasakan pengalaman baru, yaitu tubing. Tubing adalah semacam kegiatan rafting, namun tidak menggunakan perahu karet seperti biasa. Kita akan duduk di atas ban mobil dan mengalir mengikuti arus sungai sampai ke titik tertentu, sambil melewati goa, menikmati pemandangan di tepi sungai. Jangan khawatir, para pemandu di Tangkahan semuanya sudah sangat berpengalaman dalam kegiatan ini, dan mereka telah mengikuti pelatihan keselamatan dan memiliki SOP. Aktivitas lain yang dapat dilakukan selain pengamatan burung, berenang, dan kegiatan alam bebas lainnya, pengunjung juga dapat ikut dengan masyarakat yang melakukan monitoring hutan dengan gajah. Pengunjung akan diajak berkeliling hutan sambil menunggang gajah. Sampai saat ini ada 7 ekor gajah yang dipelihara dan dipergunakan untuk monitoring. Untuk menginap di Tangkahan, telah tersedia ecolodge bamboo river yang dikelola masyarakat, dilengkapi dengan restoran yang menyediakan menu lokal sederhana, namun cukup lezat dinikmati. Berkunjung ke Tangkahan merupakan pengalaman baru yang akan membekas dihati, karena sambil menikmati hutan hujan tropis, pengunjung juga telah ikut melestarikan hutan Indonesia dengan membantu memberikan kontribusi ekonomi ke masyarakat di sekitar hutan tangkahan. Kawasan ini selalu menjadi tempat dilakukannya berbagai kegiatan-kegiatan seminar oleh beberapa LSM yang sangat peduli terhadap pelestarian lingkungan. Itulah Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009. sebabnya upaya yang dilakukan masyarakat melalui Lembaga pariwisata Tangkahan, Taman Nasional Gunung Leuser TNGL serta LSM Peduli Lingkungan telah menghasilkan penghargaan konservasi alam tingkat Nasional pada tahun 2006. • Kebudayaan Desa Namo Sialang dan desa Sei Serdang selain memiliki potensi wisata alam yang menarik juga memiliki potensi budaya yang tak kalah menariknya sebagai daya tarik wisata. Hal ini di karenakan kedua desa ini mayoritas masyarakatnya bersuku etnik karo, sehingga kebudayaan karo dapat dikembangkan dan di jadikan sebagai atraksi wisata sebagai penunjang kepariwisataan di kawasan tersebut. Karena sebuah etnik suku tidak bisa terlepas dari unsur keseniannya. Kesatuan alam, budaya dan seni merupakan perwujudan menyeluruh dari sebuah etnik. Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang kaya akan ragam etnik juga mempunyai keragaman kesenian yang dimiliki masing-masing etnik tersebut. Suku Karo sebagai salah satu etnik dari beratus etnik yang dimiliki Nusantara tentu memiliki keunikan kesenian tersendiri. Keunikan Kesenian Karo inilah yang menjadi kebanggaan suku Karo dalam menjalankan tutur budayanya. Tapi potensi dan pengembangan kesenian Karo di kawasan ini tidak bisa terlepaskan dari bagaimana masyarakatnya dalam mengapresiasikan kesenian Karo itu sendiri. Beberapa hal yang dapat di kembangkan menjadi daya tarik wisata adalah keseniaannya seperti seni suara, seni musik, seni tari, seni pahat atau pembuatan souvenir sebagai kenang-kenangan atau oleh-oleh bagi wisatawan . Fiqi Raras Maja : Potensi Kepariwisataan Di Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Di Kabupaten Langkat, 2009.

4.3 Kunjungan Wisatawan