1.2
Permasalahan
Kawasan ekowisata Bukit Lawang merupakan tempat wisata alam yang banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun asing untuk menikmati suasana alam
dan melihat kehidupan orangutan secara langsung di habitatnya. Penurunan jumlah wisatawan setelah musibah banjir bandang tahun 2003 membuat para pemandu wisata
menggunakan berbagai cara untuk menarik perhatian wisatawan, diantaranya dengan cara memanfaatkan kehadiran orangutan di daerah ini, agar para wisatawan merasa
terhibur dan senang. Namun demikian sampai saat ini belum diketahui bagaimanakah perilaku harian i
bu dan anak orangutan akibat adanya aktivitas manusia di daerah
ekowisata Bukit Lawang yang dapat menyebabkan terjadinya kematian pada beberapa bayi orangutan sebelum mencapai usia 5 tahun.
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui pola perilaku harian ibu dan anak orangutan Pongo abelii akibat adanya aktivitas manusia di daerah ekowisata Bukit Lawang, kabupaten Langkat.
1.4 Hipotesis
Terjadi penyimpangan pola perilaku harian orangutan akibat adanya aktivitas manusia di daerah ekowisata Bohorok, Bukit Lawang.
1.5 Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui pola perilaku harian orangutan Bukit Lawang secara pasti sehingga informasi yang diperoleh dapat digunakan
sebagai bahan acuan pengelolaan konservasi Orangutan Sumatera Pongo abelii di ekowisata Bohorok, Bukit Lawang.
Sri Roma Yuliarta : Perilaku Harian Ibu Dan Anak Orangutan Pongo abelii Di Ekowisata Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat, 2009
USU Repository © 2008
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi
Menurut Groves 2001 ,
orangutan termasuk kera besar dari ordo Primata dan famili Homonidae, dengan klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum :
Chordata Subphylum
: Vertebrae Kelas
: Mamalia Ordo
: Primata Family
: Homonidae Subfamily
: Pongoninae Genus
: Pongo Species
: Pongo abelii
2.2 Morfologi dan Biologi Orangutan
Orangutan merupakan satu-satunya kera besar yang hidup di pohon dan orangutan dewasa mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : Tubuh besar dengan berat berkisar
antara 50-90 kg, tubuh ditutupi oleh rambut berwarna coklat kemerahan, tidak berekor, orangutan jantan pada kedua pipinya berpijek, dan ukuran tubuh yang jantan
dua kali lebih besar dari pada yang betina Gambar 2.1. Secara genetik orangutan
memiliki kemiripan dengan manusia http:www.cpoi.or.id, 2007. Selanjutnya Galdikas 1986 menjelaskan bahwa orangutan Sumatera Pongo abelii, biasanya
berwarna lebih pucat, khasnya “ginger” jahe, dan rambutnya lebih lembut dan lemas. Kadang-kadang mempunyai bulu putih pada mukanya Galdikas, 1986.
Sri Roma Yuliarta : Perilaku Harian Ibu Dan Anak Orangutan Pongo abelii Di Ekowisata Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat, 2009
USU Repository © 2008
A B
Gambar 2.1 : Orangutan Sumatera Pongo abelii A = Betina dan Anaknya; B = Jantan
Menurut Mac Kinnon 1974, Rikjsen 1978, dan Galdikas 1986, tahapan perkembangan kehidupan orangutan di alam dapat dibedakan dalam beberapa
kategori, morfologi dan tingkah laku, dengan tahapan perkembangannya yang dapat
dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini : Tabel 2.1 Tahapan Perkembangan Kehidupan Orangutan
No. Kategori
Kisaran Umur Ciri-ciri
1. Bayi infant
0-2,5 tahun a.
Berat badan 2-6 kg b.
Warna tubuh lebih pucat dari orangutan dewasa dengan bercak-
bercak putih di seluruh tubuh c.
Mempunyai rambut pajang-panjang dan berdiri di sekitar muka
d. Kulit di sekitar muka berwarna pucat
e. Seluruh tingkah lakunya masih
tergantung induk dantidur bersama- sama induk di dalam sarang
2. Kanak-kanak Juvenil
2,5-7 tahun a.
Berat badan 6-15 kg b.
Warna tubuh lebih gelap dari pada bayi dan bercak-bercak putih hampir
pudar, tetapi wajah masih menyerupai bayi
c. Sudah dapat melakukan aktivitas
sendiri tetapi masih bersama induk d.
Tidur masih berada dalam satu sarang bersama induk tetapi
kemudian membuat sarang sendiri didekat sarang induk
3. Remaja Adolescent
7-10 tahun a.
Berat badan 15-30 kg b.
Warna tubuh lebih pucat dari
Sri Roma Yuliarta : Perilaku Harian Ibu Dan Anak Orangutan Pongo abelii Di Ekowisata Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat, 2009
USU Repository © 2008
orangutan dewasa c.
Ukuran tubuh lebih kecil dari orangutan dewasa
d. Rambut disekitar muka masih
panjang dan berdiri 4. Betina
pra-dewasa 10-12
tahun a.
Berat badan 30-40 kg b.
Warna tubuh agak gelap 5. Betina
dewasa 12-35
tahun a.
Berat badan 30-50 kg b.
Warna tubuh sangat gelap, kadang- kadang berjenggot
Jolly 1972 menyatakan bahwa pada umumnya, primata orangutan lebih banyak mengandalkan proses belajar learning dalam kehidupanya dibandingkan
hewan mamalia lainnya. Masa kanak-kanak primata baik non manusia dan manusia merupakan masa yang relatif penting dari seluruh kehidupannya, sehingga banyak
yang harus dipelajari oleh primata muda untuk tumbuh normal.
Dalam beraktivitas, anak yang masih tergantung induk akan melakukan hal yang sama dengan induknya Maple, 1980. Demikian juga dengan pemanfaatan
waktu makanan antara induk dan anaknya. Waktu anak masih bergantung pada induknya, maka anak akan mengikuti aktivitas induknya, misalkan anak akan
mengambil makanan dari mulut induknya, seperti buah, daun dan serangga Rijksen, 1978.
2.3 Penyebaran Orangutan