sekitar sarang tercium bau khas kotoran dan urine berarti orangutan telah memulai perilaku hariannya, dan bila terjadi sebaliknya berarti orangutan masih berada di
sarangnya. Selanjutnya orangutan akan menuju sumber makanan yang terdekat. Jika pohon tempat bersarang tersebut juga merupakan pohon pakan, maka orangutan akan
langsung makan di pohon tersebut. Setelah itu aktivitasnya berkisar antara makan, istirahat, bergerak dan sosial.
Galdikas 1986 menyatakan bahwa anak orangutan jantan atau betina umur 0-4 tahun biasanya berpegang pada induknya saat bergelantungan di pohon dan masih
menyusu pada induknya, sedangkan pada umur 4-7 tahun anak orangutan akan berpindah bersama induk dari satu pohon ke pohon lainnya tetapi sudah mulai terlepas
dari induk saat berpindah dan juga masih tetap menyusu pada induk, dan benar-benar akan bebas dari induk pada umur 7-12 tahun walaupun kadang-kadang akan bergerak
pindah juga bersama induk dalam satuan lain betina.
Rodman 1979 menyatakan bahwa aktivitas utama orangutan didominasi oleh kegiatan makan kemudian aktivitas istirahat, bermain, berjalan-jalan di antara
pepohonan dan membuat sarang. Kegiatan membuat sarang ini umumnya dilakukan dalam persentase waktu yang relatif kecil. Menurut Fakhrurradhi 1998 di Suaq
Balimbing, Sumatera rata-rata dalam satu hari orangutan menggunakan waktu 65 untuk melakukan aktivitas makan, 16 untuk bergerak pindah, 17 untuk
beristirahat, 1 untuk membuat sarang dan 0,5 untuk aktivitas sosial.
Van Schaik 2006 menyatakan bahwa dalam mempelajari perilaku harian
orangutan, akan kita peroleh beberapa macam perilaku, dan yang paling umum serta mudah diamati diantaranya adalah perilaku membuat sarang, perilaku makan dan
perilaku sosial sebagai berikut :
2.6.1 Perilaku Membuat Sarang
Sarang yang dimaksud adalah tempat peristirahatan orangutan setelah melakukan aktivitas hariannya. Van Schaik, 2006.
Sri Roma Yuliarta : Perilaku Harian Ibu Dan Anak Orangutan Pongo abelii Di Ekowisata Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat, 2009
USU Repository © 2008
Asfi 1999 menjelaskan bahwa ada beberapa posisi sarang orangutan, antara lain berada di puncak pohon, dahan pohon yang tinggi pada satu pohon atau pada dua
pohon, seperti terlihat pada Gambar 2.2 berikut ini.
1 2
3 4
Gambar 2.2 Beberapa Posisi Sarang Orangutan di Atas Pohon
Menurut Sugardjito 1983 posisi sarang di atas puncak pohon dan dahan pohon, baik pada satu batang maupun pada dua batang pohon mempunyai keuntungan
bagi orangutan, yaitu tidak terhalangnya pandangan dan jangkauan yang dapat mencakup sebagian besar dari penjuru hutan. Selain itu posisi ini juga memudahkan
orangutan dalam melakukan pergerakan sewaktu keluar dari sarang dan dari segi keamanan, posisi ini menghindarkan orangutan dari ancaman predator.
2.6.2 Perilaku Makan
Perilaku makan merupakan salah satu aktivitas utama perilaku harian yang mencakup waktu yang dipakai seekor orangutan untuk menggapai, mendapatkan, mengunyah
dan menelan makanan pada suatu sumber pakan Galdikas, 1986. Data aktivitas makan populasi liar betina dewasa orangutan bersama anak di Ketambe Sumatera
telah menunjukkan bahwa 56 dari total aktivitas harian digunakan sebagai aktivitas makan Utami, 1991. Di Tanjung Puting Kalimantan penggunaan aktivitas makan
dilakukan hingga 50–60 dari total aktivitas hariannya Galdikas, 1986. Besarnya aktivitas makan dibandingkan aktivitas harian lainnya dikarenakan aktivitas makan
merupakan aktivitas penting dalam menggantikan energi yang hilang Rikjsen, 1978.
Sri Roma Yuliarta : Perilaku Harian Ibu Dan Anak Orangutan Pongo abelii Di Ekowisata Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat, 2009
USU Repository © 2008
2.6.3 Perilaku Sosial
Secara umum, orangutan jantan lebih sering hidup menyendiri, namun demikian pada waktu-waktu tertentu juga sering terlihat orangutan jantan dan betina,
serta anak-anaknya terdapat hidup berkelompok. Selanjutnya Mitani et al. 1991 menyatakan bahwa orangutan di Kalimantan pada umumnya lebih suka menyendiri,
dan hanya menggunakan 5 dari waktunya untuk bergaul dengan sesamanya. Sugardjito et al. 1987 menyatakan bahwa orangutan yang terdapat di
Ketambe, Sumatera lebih sering terlihat berkelompok . Hal ini mungkin karena di daerah ini banyak terdapat bahan pakan yang sangat disukainya, seperti pohon ara
pencekik Ficus sp, sehingga orangutan itu bisa menghabiskan waktu berhari-hari untuk makan bersama.
Sementara di hutan rawa Suaq Balimbing, yang terletak di daerah rawa-rawa pantai, di bagian Barat Laut pulau Sumatera, orangutan sangat suka bergaul.
pengelompokkan itu tidak terjadi secara kebetulan. Waktu makan di setiap pohon berlangsung singkat, sehingga pergaulan tidak akan timbul secara pasif melalui
pertemuan di pohon buah yang sama. Malah sebaliknya, orangutan ini melakukan perjalanan bersama diantara tempat-tempat yang ada makanannya. Di daerah ini
orangutan kelihatan lebih ramah dan juga bersahabat: mereka melewatkan lebih banyak waktu bersama dalam jarak 10 meter, dan sering kali kelihatan saling
berbagi makanan, hal ini sesuatu yang sangat jarang bisa disaksikan di tempat lain Van Schaik, 1999.
Kaplan dan Rogers 2002 menjelaskan bahwa pada suatu areal hutan dengan makanan yang cukup tersedia, seperti halnya di Sumatera, para induk akan
berkumpul. Anak-anak mereka akan bermain bersama. Kenyataannya, pada waktu para induk bertemu, anak-anak merekalah yang akan menunjukkan minat paling tinggi
untuk saling berkenalan, dan akan lari kedepan, mendahului induknya. Para induk tidak sesungguhnya bersahabat dan paling sedikit salah satu diantaranya agak resah
mengenai pertemuan itu, anak-anak merekalah yang memaksakan perkenalan. Para betina itu akan duduk dalam jarak kira-kira beberapa puluh meter jauhnya, sambil
saling melirik dan mencuri pandangan kesamping, sedangkan anak-anak mereka asyik bergumul ditengah-tengah.
Sri Roma Yuliarta : Perilaku Harian Ibu Dan Anak Orangutan Pongo abelii Di Ekowisata Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat, 2009
USU Repository © 2008
BAB 3
BAHAN DAN METODE
3.1 Letak dan Luas