Daerah Jelajah Letak dan Luas Waktu dan Tempat Alat dan Bahan

dan pengobatan terhadap berbagai penyakit yang mungkin dideritanya. Selanjutnya secara bertahap diperkenalkan kembali dengan kehidupan di hutan, yaitu dengan memberi makanan biasa, seperti pisang : bubur pisang yang sudah dikunyah hingga lumat dipertahankan di dalam mulut untuk waktu yang lama, dan kemudian dimuntahkan di atas permukaan yang rata, dan kemudian dimakan kembali, sehingga permukaan itu tampak basah tetapi bersih sekali. Beberapa diantara orangutan itu, bila sudah selesai menelan bubur pisang, akan mengambil kembali kulit pisang yang sebelumnya dibuang, dan mengulangi proses sebelumnya. Tujuan sebenarnya dari proses-proses ini masih kabur, akan tetapi bermain-main dengan makanan hampir pasti akan menghasilkan cara-cara yang inovatif mengenai pengolahan makanan Van Schaik, 2006.

2.5 Daerah Jelajah

Pada hutan yang berada dalam keadaan produktif, dalam arti tersedianya berbagai jenis bahan pakan yang dibutuhkan orangutan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kelangsungan hidupnya, biasanya di daerah ini terdapat tingkat populasi yang lebih tinggi. Sehingga sebagian besar waktu dari orangutan ini akan hidup dalam daerah jelajah yang lebih kecil. Pada umumnya produktivitas hutan yang lebih tinggi itu terjadi dalam kurun waktu dan tempat yang cukup teratur, sehingga para satwa itu tidak perlu menjelajah terlalu jauh untuk mendapatkan makanan yang diperlukan sepanjang tahun. Namun demikian pada beberapa kawasan hutan yang juga memiliki tingkat produktifitas yang tinggi ada juga orangutan yang memiliki daerah jelajah yang luas, seperti di hutan Suaq Balimbing terdapat orangutan dengan kepadatan populasi yang tinggi, tetapi juga memiliki daerah jelajah yang jauh lebih luas dari pada semua estimasi yang sudah pernah diketahui Van Schaik, 2006.

2.6 Perilaku Harian Orangutan

Susilo dan Tangkesik 1986 menyatakan bahwa orangutan merupakan satwa diurnal dan arboreal. Orangutan dewasa pada umumnya bangun tidur sekitar pukul 06.00 WIB dan tidur kembali sekitar pukul 18.00 WIB. Beberapa saat setelah bangun kegiatan hariannya dimulai dengan mengeluarkan kotoran di luar sarang. Jika di Sri Roma Yuliarta : Perilaku Harian Ibu Dan Anak Orangutan Pongo abelii Di Ekowisata Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat, 2009 USU Repository © 2008 sekitar sarang tercium bau khas kotoran dan urine berarti orangutan telah memulai perilaku hariannya, dan bila terjadi sebaliknya berarti orangutan masih berada di sarangnya. Selanjutnya orangutan akan menuju sumber makanan yang terdekat. Jika pohon tempat bersarang tersebut juga merupakan pohon pakan, maka orangutan akan langsung makan di pohon tersebut. Setelah itu aktivitasnya berkisar antara makan, istirahat, bergerak dan sosial. Galdikas 1986 menyatakan bahwa anak orangutan jantan atau betina umur 0-4 tahun biasanya berpegang pada induknya saat bergelantungan di pohon dan masih menyusu pada induknya, sedangkan pada umur 4-7 tahun anak orangutan akan berpindah bersama induk dari satu pohon ke pohon lainnya tetapi sudah mulai terlepas dari induk saat berpindah dan juga masih tetap menyusu pada induk, dan benar-benar akan bebas dari induk pada umur 7-12 tahun walaupun kadang-kadang akan bergerak pindah juga bersama induk dalam satuan lain betina. Rodman 1979 menyatakan bahwa aktivitas utama orangutan didominasi oleh kegiatan makan kemudian aktivitas istirahat, bermain, berjalan-jalan di antara pepohonan dan membuat sarang. Kegiatan membuat sarang ini umumnya dilakukan dalam persentase waktu yang relatif kecil. Menurut Fakhrurradhi 1998 di Suaq Balimbing, Sumatera rata-rata dalam satu hari orangutan menggunakan waktu 65 untuk melakukan aktivitas makan, 16 untuk bergerak pindah, 17 untuk beristirahat, 1 untuk membuat sarang dan 0,5 untuk aktivitas sosial. Van Schaik 2006 menyatakan bahwa dalam mempelajari perilaku harian orangutan, akan kita peroleh beberapa macam perilaku, dan yang paling umum serta mudah diamati diantaranya adalah perilaku membuat sarang, perilaku makan dan perilaku sosial sebagai berikut :

2.6.1 Perilaku Membuat Sarang

Sarang yang dimaksud adalah tempat peristirahatan orangutan setelah melakukan aktivitas hariannya. Van Schaik, 2006. Sri Roma Yuliarta : Perilaku Harian Ibu Dan Anak Orangutan Pongo abelii Di Ekowisata Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat, 2009 USU Repository © 2008 Asfi 1999 menjelaskan bahwa ada beberapa posisi sarang orangutan, antara lain berada di puncak pohon, dahan pohon yang tinggi pada satu pohon atau pada dua pohon, seperti terlihat pada Gambar 2.2 berikut ini. 1 2 3 4 Gambar 2.2 Beberapa Posisi Sarang Orangutan di Atas Pohon Menurut Sugardjito 1983 posisi sarang di atas puncak pohon dan dahan pohon, baik pada satu batang maupun pada dua batang pohon mempunyai keuntungan bagi orangutan, yaitu tidak terhalangnya pandangan dan jangkauan yang dapat mencakup sebagian besar dari penjuru hutan. Selain itu posisi ini juga memudahkan orangutan dalam melakukan pergerakan sewaktu keluar dari sarang dan dari segi keamanan, posisi ini menghindarkan orangutan dari ancaman predator.

2.6.2 Perilaku Makan

Perilaku makan merupakan salah satu aktivitas utama perilaku harian yang mencakup waktu yang dipakai seekor orangutan untuk menggapai, mendapatkan, mengunyah dan menelan makanan pada suatu sumber pakan Galdikas, 1986. Data aktivitas makan populasi liar betina dewasa orangutan bersama anak di Ketambe Sumatera telah menunjukkan bahwa 56 dari total aktivitas harian digunakan sebagai aktivitas makan Utami, 1991. Di Tanjung Puting Kalimantan penggunaan aktivitas makan dilakukan hingga 50–60 dari total aktivitas hariannya Galdikas, 1986. Besarnya aktivitas makan dibandingkan aktivitas harian lainnya dikarenakan aktivitas makan merupakan aktivitas penting dalam menggantikan energi yang hilang Rikjsen, 1978. Sri Roma Yuliarta : Perilaku Harian Ibu Dan Anak Orangutan Pongo abelii Di Ekowisata Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat, 2009 USU Repository © 2008

2.6.3 Perilaku Sosial

Secara umum, orangutan jantan lebih sering hidup menyendiri, namun demikian pada waktu-waktu tertentu juga sering terlihat orangutan jantan dan betina, serta anak-anaknya terdapat hidup berkelompok. Selanjutnya Mitani et al. 1991 menyatakan bahwa orangutan di Kalimantan pada umumnya lebih suka menyendiri, dan hanya menggunakan 5 dari waktunya untuk bergaul dengan sesamanya. Sugardjito et al. 1987 menyatakan bahwa orangutan yang terdapat di Ketambe, Sumatera lebih sering terlihat berkelompok . Hal ini mungkin karena di daerah ini banyak terdapat bahan pakan yang sangat disukainya, seperti pohon ara pencekik Ficus sp, sehingga orangutan itu bisa menghabiskan waktu berhari-hari untuk makan bersama. Sementara di hutan rawa Suaq Balimbing, yang terletak di daerah rawa-rawa pantai, di bagian Barat Laut pulau Sumatera, orangutan sangat suka bergaul. pengelompokkan itu tidak terjadi secara kebetulan. Waktu makan di setiap pohon berlangsung singkat, sehingga pergaulan tidak akan timbul secara pasif melalui pertemuan di pohon buah yang sama. Malah sebaliknya, orangutan ini melakukan perjalanan bersama diantara tempat-tempat yang ada makanannya. Di daerah ini orangutan kelihatan lebih ramah dan juga bersahabat: mereka melewatkan lebih banyak waktu bersama dalam jarak 10 meter, dan sering kali kelihatan saling berbagi makanan, hal ini sesuatu yang sangat jarang bisa disaksikan di tempat lain Van Schaik, 1999. Kaplan dan Rogers 2002 menjelaskan bahwa pada suatu areal hutan dengan makanan yang cukup tersedia, seperti halnya di Sumatera, para induk akan berkumpul. Anak-anak mereka akan bermain bersama. Kenyataannya, pada waktu para induk bertemu, anak-anak merekalah yang akan menunjukkan minat paling tinggi untuk saling berkenalan, dan akan lari kedepan, mendahului induknya. Para induk tidak sesungguhnya bersahabat dan paling sedikit salah satu diantaranya agak resah mengenai pertemuan itu, anak-anak merekalah yang memaksakan perkenalan. Para betina itu akan duduk dalam jarak kira-kira beberapa puluh meter jauhnya, sambil saling melirik dan mencuri pandangan kesamping, sedangkan anak-anak mereka asyik bergumul ditengah-tengah. Sri Roma Yuliarta : Perilaku Harian Ibu Dan Anak Orangutan Pongo abelii Di Ekowisata Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat, 2009 USU Repository © 2008 BAB 3 BAHAN DAN METODE

3.1 Letak dan Luas

Secara geografis lokasi penelitian terletak pada 3 30’ - 3 45’ Lintang Utara dan 98 ’ – 98 15’ Bujur Timur. Sedangkan secara administratif, lokasi penelitian termasuk dalam kawasan desa Bikut Lawang, kecamatan Bohorok, kabupaten Langkat Selatan, propinsi Sumatera Utara. Kawasan tersebut berjarak 90 km dari Medan, Sumatera Utara. Kawasan penelitian ini memiliki luas sekitar 75.175 ha. Kawasan hutan di sekitar lokasi penelitian berada pada ketinggian 100-700 m dpl, mempunyai topografi berbukit-bukit hingga curam, sedangkan topografi datar dapat dikatakan tidak ada. 3.2 Potensi Kawasan 3.2.1 Flora Hutan di sekitar daerah ekowisata Bukit Lawang, Sumatera Utara termasuk kawasan hutan tropis basah. Berdasarkan analisis vegetasi yang dilakukan dengan metode jelajah, yaitu dengan menyusuri kawasan hutan penelitian, flora yang terdapat di kawasan hutan penelitian diketahui bahwa tingkatan seedling didominasi oleh jenis asam kandis Garcinia sp, semantok Shorea sp, baja berinau Rhodamnia sp, kayu merah Eugenia sp. Untuk tingkatan pole didominasi oleh jenis: kayu merah Eugenia sp, kayu minyak Dipterocarpus sp, kayu kuning Eugenia sp, kandis Garcinia sp. Untuk tingkatan pohon didominasi oleh jenis: damar laut Shorea materalis, meranti bakau Shorea macroptera dan durian hutan Durio sp. Sri Roma Yuliarta : Perilaku Harian Ibu Dan Anak Orangutan Pongo abelii Di Ekowisata Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat, 2009 USU Repository © 2008

3.2.2 Fauna

Kawasan hutan di sekitar daerah ekowisata Bohorok juga merupakan habitat beberapa jenis hewan seperti: orangutan Pongo abelii, siamang Hylobates sindactylus, kedih Presbytis thomasi, owa Hylobates lar, monyet ekor panjang Macaca fascicularis, beruang madu Helarctos malayanus, dan burung rangkong Buceros sp.

3.2.3 Wisata

Desa Bukit Lawang merupakan kawasan wisata alam terbesar ketiga di Provinsi Sumatera Utara dengan wisata alamnya adalah pemandangan alam hutan dan sungai, arung jeram, dan orangutan. Banyak sarana dan prasarana yang telah dibangun di sekitar kawasan wisata seperti hotel, restoran, toko dan lainnya. Seiring dengan berkembangnya kawasan wisata adalah semakin padatnya permukiman di sekitarnya.

3.3 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan yang dimulai dari bulan Maret sampai dengan Juni 2008 di daerah ekowisata Bukit Lawang, Taman Nasional Gunung Leuser, Kecamatan Bohorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Lokasi tersebut merupakan bekas Stasiun Rehabilitasi Orangutan yang sudah ditutup sejak tahun 1997 SK Mentri Kehutanan 280 kpts II 1995.

3.4 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah: peta areal penelitian, alat tulis, tabulasi data, teropong binokuler, GPS Global Positioning System, kompas, counter, pita berwarna, jam tangan digital, kamera digital, Headlamp, meteran dan parang. Sri Roma Yuliarta : Perilaku Harian Ibu Dan Anak Orangutan Pongo abelii Di Ekowisata Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat, 2009 USU Repository © 2008 Tabel 3.1 Nama dan Umur IbuAnak Orangutan Eks-peliharaan yang diteliti di Kawasan Ekowisata Bukit Lawang No. Nama Orangutan Umur Jumlah Hari Pengamatanbulan 1. Sandra Cahaya 20 tahun 2 bulan 2. Minah Chaterine 30 tahun 10 hari 5 haribulan Ket. : = Betina Dewasa, = Anak

3.5 Metode Penelitian

Dokumen yang terkait

Perilaku Sosial Induk-Anak Orangutan (Pongo abelii) di Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera, Bukit Lawang, Taman Nasional Gunung Leuser

0 33 87

Perilaku Harian Anak Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Akibat Adanya Aktivitas Manusia Di Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera, Bukit Lawang, Taman Nasional Gunung Leuser

4 48 80

Pola Makan Induk Orangutan (Pongo abelii) Di Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera, Desa Bukit Lawang, Taman Nasional Gunung Leuser, Sumatera Utara

0 19 60

Estimasi Kepadatan Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Berdasarkan Jumlah Sarang Di Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara

0 37 81

Aktivitas Makan dan Preferensi Pakan Orangutan Sumatera (Pongo abelii Lesson, 1827) di Resort Bukit Lawang, Taman Nasional Gunung Leuser

1 12 69

Studi Perilaku Menyimpang Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Betina Dewasa Semi Liar di Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara

2 11 68

Studi Perilaku Menyimpang Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Betina Dewasa Semi Liar di Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara

0 0 13

Studi Perilaku Menyimpang Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Betina Dewasa Semi Liar di Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara

0 0 2

Studi Perilaku Menyimpang Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Betina Dewasa Semi Liar di Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara

0 0 4

Studi Perilaku Menyimpang Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Betina Dewasa Semi Liar di Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara

0 0 7