Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Manahan : Perilaku Pelaku Usaha Untuk Menjadi Posisi Dominan Melalui Pemilikan Saham Yang Bertentangan Dengan UU No.51999, 2007. USU Repository © 2009

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa selama beberapa dekade belakangan ini negara kita telah banyak mencatat kemajuan yang cukup berarti dalam pemulihan ekonomi . Namun kondisi kesuksesan perekonomian Indonesia bersifat antithesis . Perekonomian yang terlihat maju pesat ternyata tidak lebih dari fatamorgana dan tidak memiliki fondasi yang kuat. 1 Hal ini disebabkan karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak diimbangi dengan pemerataan hasil-hasil pembangunan ekonomi yang telah ada sehingga terjadi ketimpangan dan kepincangan serta kecemburuan sosial di dalam masyarakat. Di samping itu kebijakan-kebijakan ekonomi pemerintah cenderung tidak mendukung timbulnya persaingan usaha yang sehat. Antara pelaku usaha dan penguasa, dalam hal ini pemerintah, dapat melahirkan hubungan yang merugikan masyarakat dan menimbulkan persaingan usaha yang tidak sehat karena pelaku usaha diberi berbagai fasilitas oleh penguasa. 2 Negara memang tidak dapat berjalan maju tanpa adanya dunia usaha yang berkembang secara cepat dan efisien. Dunia usaha merupakan suatu dunia yang boleh dikatakan tidak dapat berdiri sendiri. Banyak aspek dari berbagai macam dunia lainnya turut terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dengan 1 James Soemijantoro Wilson, Why Foreign Aid fails: Lesson From Indonesia’s Economic Collapse, Law and Policy in International Business, volume 33, Number 1,Fall 2001, hal 163- 165dalam Ningrum Natasya Sirait, Asosiasi dan Persaingan Usaha tidak Sehat, Medan, Pustaka Bangsa Press, 2003, hal 3 Manahan : Perilaku Pelaku Usaha Untuk Menjadi Posisi Dominan Melalui Pemilikan Saham Yang Bertentangan Dengan UU No.51999, 2007. USU Repository © 2009 dunia usaha ini. Keterlibatan pemerintah dalam hal ini adalah menyangkut peraturan-peraturan yang menjadi rambu-rambu yang mengatur dunia usaha. Namun terkadang rambu-rambu tersebut, baik yang terbentuk sebagai suatu aturan main perundang-undangan maupun hanya dalam bentuk-bentuk “kode etik” tertinggal dengan perkembangan dunia usaha. Keberadaan perusahaan didalam masyarakat diperlukan untuk melakukan proses alokasi sumber daya ekonomi melalui produksi dan distribusi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. Perusahaan akan memproduksi barang-barang dan jasa yang dibutuhkan dan diinginkan masyarakat dan menggunakan sumber daya produksi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sumber daya produksi seperti modal, tenaga kerja, bahan mentah dan lain-lainnya, oleh perusahaan diproses menjadi barang. Perusahaan-perusahaan dalam industri yang sama maupun dalam industri yang berlainan bersaing satu dengan yang lainnya dalam menjual barang tersebut. 3 Krisis ekonomi yang berkepanjangan yang dialami oleh Indonesia sejak tahun 1997 dan mencapai puncaknya pada tahun 1998 kemudian diperburuk dengan kondisi perekonomian dunia yang menurun menjadi alasan pemicu reformasi dan restrukrurisasi dalam berbagai hal yang pada akhirnya turut mempengaruhi kehidupan bernegara. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya krisis ekonomi adalah pada kenyataannya pemerintah Indonesia selama ini dikenal tidak memiliki kebijakan kompetisi yang jelas. Dalam kurun 30 tahun terakhir beberapa pelaku usaha telah melakukan perbuatan perbuatan yang jelas bertentangan 2 Ahmad Yani dan Gunawan Muhammad, Seri Hukum Bisnis, Anti Monopoli, Jakarta, PT. Rajawali Grafindo Perkasa,1999, hal 7 Manahan : Perilaku Pelaku Usaha Untuk Menjadi Posisi Dominan Melalui Pemilikan Saham Yang Bertentangan Dengan UU No.51999, 2007. USU Repository © 2009 dengan prinsip persaingan usaha yang sehat. Pada saat yang sama pelaku usaha juga tidak pernah diperkenalkan dengan budaya persaingan sehat padahal persaingan itu sendiri secara alamiah melekat pada dunia usaha. Disamping faktor krisis ekonomi maka Indonesia dalam waktu singkat dipaksa keadaan untuk melakukan berbagai deregulasi peraturan ekonomi untuk menyelesaikan masalah ekonominya. 4 Terjadinya persaingan usaha tidak sehat dan perbuatan monopoli merupakan gambaran telah terjadi konsentrasi kekuatan ekonomi yang dikontrol oleh berbagai pihak saja. Nurimansjah Hasibuan mengindentifikasi sumber-sumber yang menyebabkan konsentrasi pemusatan ekonomi yang melahirkan ppraktek monopoli, yaitu: 5 1. Kemajuan teknologi Kemajuan teknologi ini pasa satu sisi berguna untuk mengatasi rintangan- rintangan local dan peningkatan efisiensi. Namun disisi lain dapat meningkatkan konsentrasi tinggi. Sebab tidak semua pengusaha dapat menguasai kinerja efisiensi ini. Dengan demikian muncul akumulasi modal dan kekayaan ditangan beberapa orang atau kelompok. Dalam hal ini konsentrasi industri menyebabkan dicapainya kedudukan monopoli melalui persaingan dan efisiensi. 2. Perlindungan yang berlebihan. 3 Legowo, Persaingan Usaha dan Pengambilan Keputusan Manajerial, Jakarta UI Press, 1966, hal 3 4 Ningrum Natasya Sirait, Hukum Persaingan di Indonesia UU no. 51999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Medan;Pustaka Bangsa Press,2004, hal.5. 5 Nurimansjah Hasibuan, Ekonomi Industri : persaingan Monopoli dan Regulasi, Jakarta, PT.Pustaka LP3ES, 1993, hal 46-48 Manahan : Perilaku Pelaku Usaha Untuk Menjadi Posisi Dominan Melalui Pemilikan Saham Yang Bertentangan Dengan UU No.51999, 2007. USU Repository © 2009 Konsentrasi pasar yang melahirkan monopoli juga muncul karena perlindungan yang berlebihan. Perlindungan ini diberikan oleh pemerintah dalam bentuk sebagai berikut: a pasar barang jadi yang diproduksi dalam negeri dilindungi dengan tariff nominal atau efektif yang tinggi, sedangkan untuk bahan baku yang belum diproduksi atau masih kurang di dalam negeri tarifnya relative rendah. Kadang-kadang kedua jenis perlindungan ini didapat pula oleh suatu perusahaan; b perlindungan pasar juga bisa dilakukan dengan penetapan harga jual oleh pemerintah. Tingkat harga yang ditetapkan oleh pemerintah tidak semata-mata untuk melindungi konsumen, tetapi juga melindungi perusahaan-perusahaan yang tidak efisienagar terus dapat hidup; c menetapkan captive market yang berarti memberikan kedudukan monopoli bagi suatu perusahaan, baik secara nasional, regional, maupun local. Pola captive market ini acapkali diklaim untuk melindungi yang lemah. 3. Menciptakan entry barrier rintangan masuk Pemerintah memberikan ijin kepada perusahaan-perusahaan tertentu untuk memproduksi barang tertentu. Kemudian bila ada pihak lain yang ingin masuk ke jenis industri tersebut pemerintah akan menolak untuk memberikan ijin dengan alasan kapasitas sudah penuh. 4. Keringanan pajak dan subsidi. Konsentrasi industri terjadi juga karena adanya perlindungan pemerintah berupa keringanan pajak dan subsidi, keringan pajak dan subsidi yang Manahan : Perilaku Pelaku Usaha Untuk Menjadi Posisi Dominan Melalui Pemilikan Saham Yang Bertentangan Dengan UU No.51999, 2007. USU Repository © 2009 diberikan kepada perusahaan memungkinkan perusahaan itu memperoleh kesempatan untuk melakukan akumulasi modal dari perolehan laba yang tinggi. 5. Konsentrasi terjadi melalui merger diantara perusahaan yang sejenis Merger yang berarti perusahaan yang lemah dipaksa atau terpaksa untuk bergabung dengan perusahaan sejenis yang lebih kuat dan dengan sendirinya mengurangi persaingan. Konsentrasi pemusatan ekonomi oleh beberapa pelaku usaha memberikan pengaruh pada kepentingan umum dan masyarakat. Hal ini disebabkan karena konsentrasi pemusatan ekonomi secara langsung akan berakibat pada pasar dan keinginan untuk bersaing. Akibat pengontrolan pasar dan harga oleh beberapa pelaku usaha maka dalam jangka panjang dapat membatasi keinginan pelaku usaha lain untuk masuk ke pasar karena mereka tidak mendapat kesempatan berusaha yang sama. Demikian juga akibatnya terhadap masyarakat karena dapat kehilangan kesempatan untuk membeli suatu produk dengan harga yang bersaing dan terbatasnya akses pilihan untuk mendapatkan barang dengan kualitas terbaik, pasokan yang terbatas serta pilihan yang kurang beraneka ragam. Secara alamiah tentu setiap pelaku usaha akan berupaya menguasai pasar dalam proses ”survival of the fittest”. 6 Pada umumnya masyarakat dan pembuat kebijakan di Indonesia berasumsi bahwa masalah pasar yang terdistorsi selama ini adalah adalah karena sekelompok pengusaha memiliki keeratan hubungan dengan elit kekuasaan. Dari hubungan ini kemudian mereka mendapat fasilitas dan prioritas khusus dalam menjalankan 6 Ahmad Yani dan Gunawan Muhammad, Op.Cit, hal 6. Manahan : Perilaku Pelaku Usaha Untuk Menjadi Posisi Dominan Melalui Pemilikan Saham Yang Bertentangan Dengan UU No.51999, 2007. USU Repository © 2009 usaha mereka. Maka muncullah konglomerasi yang mengeksploitasi kekuatan ekonomi mereka dengan biaya yang harus ditanggung oleh rakyat maupun kelompok usaha kecil. Para konglomerat ekonomi ini menguasai pangsa pasar yang sangat besar dan mampu mengontrol serta menguasai pasar. Akibatnya masyarakat memiliki persepsi yang tidak benar mengenai makna yang sebenarnya dari tindakan yang anti persaingan. Masyarakat berpikir bahwa perbuatan yang anti persaingan usaha sangat erat hubungannya dengan konglomerasi atau terjadinya konsentrasi pasar yang sangat tinggi. Hal ini dapat dipahami karena adanya ketidakjelasan kebijakan persaingan dari pihak pemerintah yang terbiasa memberikan kesempatan kepada konglomerasi tanpa mendukungnya dengan prinsip persaingan. Di dalam masyarakat yang menjalankan ekonomi pasar, sistem ekonomi dalam memproduksi dan mengalokasikan barang dan jasa yang dihasilkan dilakukan melalui mekanisme pasar. 7 Dalam sistem ekonomi pasar market economy produsen dalam berproduksi ditentukan oleh mekanisme ekonomi yang ada. Hal ini lazim dikenal dengan teori keseimbangan pasar dimana jumlah permintaan akan berbanding terbalik dengan dengan jumlah penawaran, maka harga akan terbentuk dari keseimbangan proses ini. 8 Prinsip dasar utama untuk keunggulan ekonomi pasar yang dikemukakan oleh Adam Smith adalah kemauan untuk mengejar keuntungan dan kebahagian terbesar bagi setiap individu yang dapat direalisasikan melalui proses persaingan. 9 7 Legowo, Op Cit,hal 4. 8 Tedy Herlambang, Ekonomi Manejerial dan Strategi Bersaing,Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2002, hal.45. Persaingan usaha yang sehat akan berakibat pasitif bagi para pelaku usaha yang Manahan : Perilaku Pelaku Usaha Untuk Menjadi Posisi Dominan Melalui Pemilikan Saham Yang Bertentangan Dengan UU No.51999, 2007. USU Repository © 2009 saling bersaing atau berkompetisi karena dapat menimbulkan upaya-upaya peningkatan efisiensi, produktivitas, dan kualitas produk yang dihasilkan. 10 Disamping itu Smith juga menekankan bahwa bila efisiensi pasar berjalan maksimum, maka intervensi pemerintah terhadap pasar sebenarnya tidak diperlukan. 11 Namun akibat dari proses ekonomi pasar bisa menimbulkan beban kesulitan bagi masyarakat jika terjadi ekonomi pasar yang dilakukan demikian bebas yang menimbulkan persaingan yang tidak sehat. Ekonomi pasar yang bebas menimbulkan kecenderungan perusahaankelompok perusahaan berusaha memperoleh kekuatan ekonomi yang berlebihan, memperbesar skala usaha untuk mencari keuntungan yang yang besar, melakukan konspirasi menentukan harga, membatasi produksi dan mengeksploitasi tenaga kerja. Semuanya itu akan merugikan masyarakat. Oleh karena itu Negara mempunyai peranan untuk menghindarkan hal tersebut. Hakikat yang diharapakan dari adanya persaingan yang dilakukan oleh perusahaan dalam usahanya ialah berusaha untuk berproduksi dengan lebih efisien low cost production, sehingga sering dikatakan bahwa persaingan identik dengan efisensi. Di dalam negara yang menjalankan ekonomi pasar akan berusaha agar kondisi persaingan antara perusahaan di dalam negara itu bisa terpelihara dan berjalan dengan baik. Untuk itu umumnya dikendalikan melalui kebijakan persaingan yang bisa memberikan suasana yang kondusif untuk persaingan. 12 9 Adam Smith, An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations, London, George Routlege,1900, hal 345. 10 Abdul R.Saliman, Ahmad Jalis, Hermansyah, Essensi Bisnis Indonesia: Teori dan Contoh Kasus, Jakarta, Kencana, 2004, hal 170. 11 Giles H.Burges, Jr. The Economic of Regulation and Antitrust, Harper Collins College Publishers, 1995, hal 18. Iklim persaingan yang sehat merupakan suatu condition sine qua non bagi terselenggaranya ekonomi pasar. Karena itu Undang-UndangUU Manahan : Perilaku Pelaku Usaha Untuk Menjadi Posisi Dominan Melalui Pemilikan Saham Yang Bertentangan Dengan UU No.51999, 2007. USU Repository © 2009 larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat merupakan suatu kebutuhan dan menduduki posisi kunci dalam ekonomi pasar. UU ini akan memberikan aturan main yang jelas kepada pelaku dunia usaha dalam melaksanakan aktivitas bisnis mereka. 13 1. Kemampuan untuk bertindak secara merdeka dan bebas dari pengendalian persaingan, dan Dari penjabaran sebelumnya dapat kita lihat bahwa dalam ekonomi pasar yang bebas para pelaku usaha akan berusaha untuk dapat menguasai pasar.hal ini dilakukan dengan berbagai cara seperti: meningkatkan efisiensi perusahaan, produktivitas, dan kualitas produk yang dihasilkan. Dalam struktur pasar yang kompetitif, penguasaan pasar yang dilakukan oleh pelaku usaha akan menempatkan mereka pada posisi dominan atau memiliki market power yang berarti bahwa pelaku usaha tersebut menguasai lebih dari 50 pangsa pasar untuk suatu jenis produksi tertentu di suatu wilayah tertentu. Batasan posisi dominan oleh sidang pengadilan masyarakat Eropa CJEC dan oleh CEC , terdiri atas: 2. Ketergantungan pelanggan, pemasok atau perusahaan lain dalam pasar, yang bagi mereka perusahaan yang dominan merupakan rekan perdagangan yang wajib adanya. Kebebasan perilaku dapat mengandung arti bahwa pelanggan atau pemasok tidak mempunyai alternatif untuk berdagang dengan perusahaan yang dipertanyakan, sehingga tambahan pada point b sebagai kriteria yang terpisah 12 Legowo, Op.Cit, hal 6 13 Abdul Hakim G. Nusantara, SH, LLM Benny K. Harman, SH, MH., Analisa dan Perbandingan Undang-undang Anti Monopoli, Jakarta, PT Elex Media Komputindo, 1999, hal.2. Manahan : Perilaku Pelaku Usaha Untuk Menjadi Posisi Dominan Melalui Pemilikan Saham Yang Bertentangan Dengan UU No.51999, 2007. USU Repository © 2009 mungkin tidak diperlukan bila point a dapat dibuktikan. Sebaliknya, mungkin bagi perusahaan dengan rekan dagang yang tergantung pada mereka dapat dihambat dengan persaingan. Misalnya pengecer besar dapat menjadi ‘dominan’ terhadap penyalur kecil yang baginya merupakan pelanggan besar. 14 Dalam skripsi ini penulis menitikberatkan pada pasal 27 Undang Undang No.5 Tahun 1999 yaitu mengenai posisi dominant melalui pemilikan saham. Oleh karena itu skripsi ini diberi judul : Ketentuan-ketentuan mengenai posisi dominan dalam hukum persaingan dimaksudkan untuk mencegah penguasaan kekuatan pasar secara berlebihan. Hal ini disebabkan karena pada umumnya lebih sederhana dan efektif mencegah penguasaan kekuatan pasar daripada mengawasi penyalahgunaannya setelah kekuatan pasar tersebut diambil. Oleh karena itu, pengaturan masalah posisi dominant dalam hukum persaingan di Indonesia bersifat rule of reason, dalam artian secara umum bahwa posisi dominan memang diperbolehkan asal jangan sampai menimbulkan monopoli. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 sebagai produk dari hukum persaingan yang telah berlaku hampir lebih dari tujuh tahun di Indonesia dapat dikatakan sebagai suatu hal yang baru terutama dalam mengatur persoalan- persoalan yang berkaitan dengan masalah praktek-praktek perdagangan dengan harapan berbagai masalah praktek monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat di Indonesia dapat diselesaikan. Dalam Undang Undang No.5 Tahun 1999 mengenai posisi dominan terdapat dalam BAB V yang terdiri dari pasal 25 sampai dengan pasal 29. 14 Frank Fishwick, Seri Strategi Manajemen Strategi Persaingan, Jakarta, PT.Elex Media Manahan : Perilaku Pelaku Usaha Untuk Menjadi Posisi Dominan Melalui Pemilikan Saham Yang Bertentangan Dengan UU No.51999, 2007. USU Repository © 2009 “PERILAKU PELAKU USAHA UNTUK MENJADI POSISI DOMINAN MELALUI PEMILIKAN SAHAM YANG BERTENTANGAN DENGAN UU NO. 5 1999”

B. Perumusan Masalah