Manahan : Perilaku Pelaku Usaha Untuk Menjadi Posisi Dominan Melalui Pemilikan Saham Yang Bertentangan Dengan UU No.51999, 2007.
USU Repository © 2009
persyaratan dan tata cara untuk melakukan penggabungan, peleburan dan pengambilalihan perseroan”.
f. UU No.1 tahun 1995, pasal 104, paragraph 91 Perbuatan hukum
penggabungan, peleburan, dan pengambil alihan perseroan harus memperhatikan kepentingan perseroan, pemegang saham
minoritas dan karyawan perseroan, kepentingan masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha.
Seluruh peraturan yang ada diatas masih berlaku dan tidak dengan otomatis digantikan oleh UU No.51999 karena pada dasarnya UU No.51999 mengatur
tentang persaingan pasar dalam konteks yang lebih terperinci bahkan kompleks karena melibatkan teori ekonomi dan perhitungan yang rumit dan bukan hanya
dibatasi pada persaingan curang saja. Tetapi bahkan sampai masuk pada konteks pasar yang menjadi terdistorsi akibat tidak berjalannya suatu proses persaingan
dengan baik.
B. Pengertian Persaingan Usaha
Persaingan atau comperition dalam bahasa inggris oleh Webster didefinisikan sebagai “…a struggle or contest between two or more persons for the same
objects”. Dengan memperhatikan terminology ‘persaingan’ di atas, dapat disimpulkan
bahwa dalam setiap persaingan akan terdapat unsur-unsur sebagai berikut. a
Ada dua pihak atau lebih yang terlibat dalam upaya saling mengungguli. b
Ada kehendak di antara mereka untuk mencapai tujuan yang sama.
Manahan : Perilaku Pelaku Usaha Untuk Menjadi Posisi Dominan Melalui Pemilikan Saham Yang Bertentangan Dengan UU No.51999, 2007.
USU Repository © 2009
Persaingan sering dikonotasikan negatif karena dianggap mementingkan kepentingan sendiri. Walaupun pada kenyataannya seorang manusia, apakah
dalam kapasitasnya sebagai individual maupun anggota suatu organisasi, secara ekonomi tetap akan berusaha mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya,
Alfred Marshal, seorang ekonom terkemuka sampai mengusulkan agar istilah persaingan digantikan dengan “economic freedom” kebebasan ekonomi dalm
menggambarkan atau mendukung tujuan positif dari proses persaingan. Oleh sebab itu pengertian kompetisi atau persaingan usaha dalam pengertian yang
positif dan independent sebagai jawaban terhadap upaya mencapai equilibrium.
30
1. Persaingan menunjukkan banyaknya pelaku usaha yang menawarkan
memasok barang atau jasa tertentu ke pasar ysng bersangkutan. Banyak sedikitnya pelaku usaha yang menawarkan barang atau jasa ini
menunjukkan struktur pasar market structure dari barang atau jasa tersebut.
Dalam konsepsi persaingan usaha, dengan asumsi bahwa faktor yang mempengaruhi mempengaruhi harga adalah permintaan dan penawaran, dengan
kondisi lain berada dalam ceteris paribus, persaingan usaha akan dengan sendirinya menghasilkan barang atau jasa yang memilik daya saing yang baik,
melalui mekanisme produksi yang efisien dan efektif, dngan mempergunakan seminimum mungkin factor-faktor produksi yang ada. Dalam sistem ekonomi
pasar yang demikian, persaingan memiliki beberapa pengertian:
30
Ningrum Natasya Sirait, Hukum Persaingan di Indonesia, Op.Cit, hal23
Manahan : Perilaku Pelaku Usaha Untuk Menjadi Posisi Dominan Melalui Pemilikan Saham Yang Bertentangan Dengan UU No.51999, 2007.
USU Repository © 2009
2. persaingan merupakan suatu proses di mana masing-masing perusahaan
berupaya memperoleh pembelipelanggan bagi produk yang dijualnya, yang antara lain dapat dilakukan dengan :
a. menekan harga price competition
b. persaingan bukan harga non-price competition, misalnya yang
dilakukan melalui diferensiasi produk, pengembangan hak atas kekayaan intelektual,promosi, pelayanan purna jual, dan lain-lain;
c. berusaha secara lebih efisien low-cost production
31
Secara garis besar, persaingan bisa membawa aspek positif apabila dilihat dari dua perspektif yaitu non ekonomi dan ekonomi.
32
a. Perspektif non ekonomi Selama ini memang orang lebih banyak mengajukan argumentasi
ekonomi efisiensi untuk menyetujui keberadaan persaingan. Namun, dilihat dari perspektif non ekonomi akan didapati pula bahwa kondisi persaingan ternyata
juga membawa aspek positif. Dari sisi politik, Arie Siswanto mengutip pendapat Scherer yang mencatat bahwa setidaknya ada tiga argumen untuk mendukung
persaingan dalam bidang usaha. Pertama, dalam kondisi penjual maupun pembeli terstruktur secara atomistik masing-masing berdiri sebagai unit-unit terkecil dan
independen yang ada dalam persaingan, kekuasaan ekonomi atau yang didukung oleh faktor ekonomi economic or economic-supported power menjadi tersebar
dan terdesentralisasi.
31
Gunawan Widjaja, Merger dalam Perspektif Monopoli, Jakarta, PT.Raja Grafindo Perkasa, 1999, hal 10
32
Arie Siswanto, Hukum Persaingan Usaha, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002, hal. 14-17.
Manahan : Perilaku Pelaku Usaha Untuk Menjadi Posisi Dominan Melalui Pemilikan Saham Yang Bertentangan Dengan UU No.51999, 2007.
USU Repository © 2009
Dengan demikian pembagian sumber daya alam dan pemerataan pendapatan akan terjadi secara mekanik, terlepas sama sekali dari campur tangan
kekuasaan pemerintah maupun pihak swasta yang memegang kekuasaan. Kedua, berkaitan erat dengan hal di atas, sistem ekonomi pasar yang kompetitif akan bisa
menyelesaikan persoalan-persoalan ekonomi secara impersonal, bukan melalui personal pengusaha maupun birokrat. Dalam keadaan seperti ini, kekecewaan
politis masyarakat yang usahanya terganjal keputusan penguasa tidak akan terjadi. Dalam kalimat yang lebih sederhana dalam kondisi persaingan, jika seseorang
warga masyarakat terpuruk dalam bidang usahanya, ia tidak akan terlalu merasa sakit karena ia jatuh bukan karena kekuasaan orang tertentu tetapi karena suatu
proses yang mekanistik permintaan-penawaran. Ketiga, kondisi persaingan juga berkaitan erat dengan kebebasan manusia untuk mendapatkan kesempatan yang
sama di dalam berusaha. Dalam kondisi persaingan, pada dasarnya setiap orang akan punya kesempatan yang sama untuk berusaha dan demikian hak setiap
manusia untuk mengembangkan diri the right to self development menjadi terjamin.
b. Perspektif ekonomi Dari sudut pandang ekonomi, argumentasi sentral untuk mendukung
persaingan berkisar di seputar masalah efisiensi. Argumentasi efisiensi ini sebenarnya merupakan idealisasi teoritis dari mazhab ekonomi klasik tentang
struktur yang terbaik. Mengikuti sumber daya ekonomi akan bisa dialokasikan dan didistribusikan secara paling baik, apabila para pelaku ekonomi dibebaskan
untuk melakukan aktivitas mereka dalam kondisi bersaing dan bebas menentukan pilihan mereka sendiri.
Manahan : Perilaku Pelaku Usaha Untuk Menjadi Posisi Dominan Melalui Pemilikan Saham Yang Bertentangan Dengan UU No.51999, 2007.
USU Repository © 2009
Pada umumnya persepsi tentang persaingan juga selalu dikaitkan dengan kultur barat dengan sistem ekonomi kapitalisnya yang memiliki karakteristik
sebagai berikut: a
Diakuinya sistem kepemilikan individual, dimana seseorang diperbolehkan untuk membeli atau memiliki alat produksi dan berhak
mendapatkan keuntungan darinya. Hal ini berbeda dengan sistem ekonomi komunis atau sosialis dimana pemerintahlah yang berhak
memiliki modal dan menentukan apa yang diproduksi, menerima dan membagi penghasilan.
b Kebebasan pilihan bagi konsumen untuk membeli dan menolak apa
yang ditawarkan, pekerja bebas menentukan bekerja dimanapun dan investor bebas melakukan investasi dimanapun. Dengan kata lain maka
setiap usaha bebas menentukan untuk masuk dan keluar dari pasar, bebas menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan
masing-masing. c
Persaingan dimana dalam konteks persaingan yang sempurna terdapat banyak produser yang memproduksi barang yang hampir sama
sehingga mereka harus bersaing baik ditingkat produser maupun dalam tingkat pemilik modal sekalipun.
d Ketergantungan terhadap pasar, dimana pasar yang dikenal dengan free
market atau pasar bebas adalah fungsi utamanya.
33
33
Edwin Mansfield, Principles of Microeconomics, WW Norton Company, New York, 3rd edition, 1980,hal 51-55 dalam Ningrum Natasya Sirait, Asosiasi Persaingan Usaha Tidak
Sehat, Op. Cit., hal. 56.
Manahan : Perilaku Pelaku Usaha Untuk Menjadi Posisi Dominan Melalui Pemilikan Saham Yang Bertentangan Dengan UU No.51999, 2007.
USU Repository © 2009
Di samping itu, dalam konteks pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan, persaingan juga membawa implikasi positif berikut:
34
a Persaingan merupakan sarana melindungi para pelaku ekonomi
terhadap eksploitasi dan penyalahgunaan. Kondisi persaingan menyebabkan kekuatan ekonomi para pelaku ekonomi tidak terpusat
pada tangan tertentu. Dalam kondisi tanpa persaingan, kekuatan ekonomi akan terealisasikan pada beberapa pihak saja. Kekuatan ini
pada tahap berikutnya akan menyebabkan kesenjangan besar dalam posisi tawar-menawar bargaining position , serta pada akhirnya
membuka peluang bagi penyalahgunaan dan eksploitasi kelompok ekonomi tertentu. Sebagai contoh sederhana, persaingan antarpenjual
dalam industri tertentu akan membawa dampak protektif terhadap para konsumenpembeli, karena mereka diperebutkan oleh para penjual
serta dianggap sebagai sesuatu yang berharga. b
Persaingan mendorong alokasi dan realokasi sumber-sumber daya ekonomi sesuai dengan keinginan konsumen. Karena ditentukan oleh
permintaan demand, perilaku para penjual dalam kondisi persaingan akan cenderung mengikuti pergerakan permintaan para pembeli.
Dengan demikian, suatu perusahaan akan meninggalkan bidang usaha yang tidak memiliki tingkat permintaan yang tinggi. Singkatnya,
pembeli akan menentukan produk apa yang dan produk yang bagaimana yang mereka sukai dan penjual akan bisa mengefisienkan
34
Ibid.
Manahan : Perilaku Pelaku Usaha Untuk Menjadi Posisi Dominan Melalui Pemilikan Saham Yang Bertentangan Dengan UU No.51999, 2007.
USU Repository © 2009
alokasi sumber daya dan proses produksi seraya berharap bahwa produk mereka akan mudah terserap oleh permintaan pembeli.
c Persaingan bisa menjadi kekuatan untuk mendorong penggunaan
sumber daya ekonomi dan metode pemanfaatannya secara efisien. Dalam perusahaan yang bersaing secara bebas, maka mereka akan
cenderung menggunakan sumber daya secara efisien. Jika tidak demikian, resiko yang akan dihadapi oleh perusahaan adalah
munculnya biaya berlebih excessive cost yang pada gilirannya akan menyingkirkan dia dari pasar.
d Persaingan bisa merangsang peningkatan mutu produk, pelayanan,
proses produksi dan teknologi. Dalam kondisi persaingan, setiap pesaing akan berusaha mengurangi biaya produksi serta memperbesar
pangsa pasar market share. Metode yang bisa ditempuh untuk mencapai tujuan itu diantaranya adalah dengan meningkatkan mutu
pelayanan, produk, proses produksi, serta inovasi teknologi. Dari sisi konsumen, keadaan ini akan memberikan keuntungan dalam hal
persaingan akan membuat produsen memperlakukan konsumen secara baik.
Selain aspek positif tersebut diatas, persaingan juga diasumsikan sebagai solusi yang baik dalam perekonomian.
35
35
Ningrum Natasya Sirait, Asosiasi dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Op. Cit., hal. 53.
Adam Smith mengemukakan bahwa prinsip dasar utama untuk keunggulan ekonomi pasar adalah kemauan untuk
Manahan : Perilaku Pelaku Usaha Untuk Menjadi Posisi Dominan Melalui Pemilikan Saham Yang Bertentangan Dengan UU No.51999, 2007.
USU Repository © 2009
mengejar keuntungan dan kebahagiaan terbesar bagi setiap individu yang dapat direalisasikan melalui proses persaingan.
36
Meskipun secara umum dapat dikatakan bahwa aspek positif persaingan lebih menonjol, kondisi persaingan dalam beberapa hal juga memiliki aspek negatif.
Beberapa aspek negatif yang dikemukakan Arie Siswanto dengan mengutip pendapat Anderson adalah sebagai berikut:
37
a Sistem persaingan usaha memerlukan biaya dan kesulitan-kesulitan
tertentu yang tidak didapati dalam sistem monopoli. Dalam keadaan persaingan, pihak penjual dan pembeli secara relatif akan memiliki
kebebasan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi. Mereka masing-masing akan memiliki posisi tawar yang tidak terlalu jauh
berbeda, sehingga konsekuensi logisnya adalah bahwa akan ada waktu yang lebih lama dan upaya yang lebih keras dari masing-
masing pihak untuk mencapai kesepakatan. Biaya yang harus dibayar untuk hal ini adalah biaya kontraktual contractual cost
yang tidak perlu ada seandainya para pihak tidak bebas bernegosiasi. b
Persaingan bisa mencegah koordinasi yang diperlukan dalam industri tertentu. Salah satu sisi negatif dari persaingan adalah
bahwa persaingan bisa mencegah koordinasi fasilitas teknis dalam bidang usaha tertentu yang dalam ruang lingkup sebenarnya
diperlukan demi efisiensi. Sebagai misal, pengguna telepon produk
36
Adam Smith, An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations, London, Modern Library edition, 1937, hal 423 dalam Ningrum Natasya Sirait, Asosiasi Persaingan
Usaha Tidak Sehat, Op. Cit., hal. 53.
37
Arie Siswanto, Op. Cit, hal. 14-17. .
Manahan : Perilaku Pelaku Usaha Untuk Menjadi Posisi Dominan Melalui Pemilikan Saham Yang Bertentangan Dengan UU No.51999, 2007.
USU Repository © 2009
suatu perusahaan tertentu menjadi kesulitan menghubungi pengguna telepon produk perusahaan lain, apabila kedua perusahaan itu
pesaing independen yang tidak mengkoordinasikan fasilitas teknis mereka.
c Persaingan apabila dilakukan oleh pelaku ekonomi yang tidak jujur,
bisa bertentangan dengan kepentingan publik. Risiko ekstrem dari persaingan yang sangat relevan dengan tulisan ini tentunya adalah
kemungkinan ditempuhnya praktek-praktek curang unfair competition karena persaingan dianggap sebagai kesempatan untuk
menyingkirkan pesaing dengan cara apapun. Dengan ini sesungguhnya, dari sisi produsen, hakikat yang diharapkan dari
adanya persaingan tersebut adalah tercapainya low-cost production, atau efisiensi. Agar pesaingan usaha di lingkungan produsn dapat terpelihara dan berjalan
dengan baik, maka diberlakukanlah kebijakan persaingan competition policy yang dapat memberikan suasana yang kondusif untuk menciptakan persaingan
yang baik. Dengan kebijakan persaingan yang baik ini diharapkan dapat mendorong penggunaan sumber daya ekonomi lebih efisien guna melindungi
kepentingan masyarakat.
38
Indonesia cukup dikenal dengan budaya yang berorientasi pada harmoni, kebersamaan, gotong royong dan hal-hal seperti ini merupakan nilai-nilai yang
hidup pada kehidupan masyarakat. Kultur budaya kita berasumsi bahwa persaingan menjadi sesuatu yang serta merta tidak parallel dengan nilai-nilai
38
Legowo,Op.Cit, hal 6
Manahan : Perilaku Pelaku Usaha Untuk Menjadi Posisi Dominan Melalui Pemilikan Saham Yang Bertentangan Dengan UU No.51999, 2007.
USU Repository © 2009
tersebut.
39
Penegakan hukum dapat dimaknai sebagai suatu atau serangkaian tindakan yang bertujuan mewujudkan konsep yang ideal das sein menjadi suatu realitas
das sollen yang terwujud dalam kenyataan sosiologis untuk itu tentu harus ada lembaga yang diorganisasikan untuk melaksanakan tugas ini.
Makna bersaing diartikan sebagai tindakan yang bersifat individualistis dan hanya berorientasi pada kepentingan sepihak dengan cara melakukan berbagai
upaya semaksimal mungkin untuk mencapai keuntungan yang sebesar besarnya, bersaing dalam kehidupan sehari-hari dan dalam bisnis memiliki asumsi dan
analogi, anggapan bersaing berarti bersifat individual serta tidak memperhatikan kepentingan orang lain tidaklah sepenuhnya benar. Pandangan tersebut menjadi
salah apabila dilakukan dengan cara yang tidak jujur. Sebaliknya dengan kultur kita yang tidak terbiasa dengan persaingan dan bial kita hidup dengan tidak
mengenal apakah persaingan itu, tentu kita tidak akan mengetahui makna dari cara bagaimana bersaing yang sehat. Kemungkinan lainnya adalah bahwa mungkin
kita tidak akan mampu mengetahui hasil kita yang optimal karena tidak pernah mengetahui dan melihat kemampuan pesaing disekeliling kita.
C. Instrumen Penegakan Hukum Persaingan Usaha di Indonesia