Posisi Dominan dalam Persaingan Usaha

Manahan : Perilaku Pelaku Usaha Untuk Menjadi Posisi Dominan Melalui Pemilikan Saham Yang Bertentangan Dengan UU No.51999, 2007. USU Repository © 2009

BAB IV PERILAKU PELAKU USAHA UNTUK MENJADI POSISI DOMINAN

MELALUI PEMILIKAN SAHAM YANG BERTENTANGAN DENGAN UU NO.51999

A. Posisi Dominan dalam Persaingan Usaha

Persaingan yang berkaitan dengan posisi dominan, adalah mengenai satu pelaku usaha atau beberapa pelaku usaha yang memegang kekuatan di suatu pasar tertentu . Di benua Eropa masih banyak kontroversi mengenai batasan dan pengukuran dominasi dalam suatu pasar. Banyak ahli ekonomi yang memfokuskan perhatiannya pada dominasi penjualan atau pembelian produk tertentu dalam suatu daerah geografis tertentu. 88 Pengukuran dominasi atau kekuatan pasar berdasarkan pangsa pasar merupakan penyederhanaan yang dapat menyesatkan. Walaupun bila suatu pasar dapat dilukiskan dengan jelas, kekuatan di dalamnya tidak dapat dilukiskan 88 Frank Fishwick, Op.Cit, hal 63. Manahan : Perilaku Pelaku Usaha Untuk Menjadi Posisi Dominan Melalui Pemilikan Saham Yang Bertentangan Dengan UU No.51999, 2007. USU Repository © 2009 dengan jelas, kekuatan di dalamnya tidak hanya akan tergantung pada pangsa relatif dari pemasuk yang ada tapi juga pada potensi persaingan Batasan posisi dominan oleh sidang pengadilan masyarakat Eropa CEC dan oleh CEC , terdiri atas: 89 3. Kemampuan untuk bertindak secara merdeka dan bebas dari pengendalian persaingan, dan 4. Ketergantungan pelanggan, pemasok atau perusahaan lain dalam pasar, yang bagi mereka perusahaan yang dominan merupakan rekan perdagangan yang wajib adanya. Kebebasan perilaku dapat mengandung arti bahwa pelanggan atau pemasok tidak mempunyai alternatif untuk berdagang dengan perusahaan yang dipertanyakan, sehingga tambahan pada point 2 sebagai kriteria yang terpisah mungkin tidak diperlukan bila point 1 dapat dibuktikan. Sebaliknya, mungkin bagi perusahaan dengan rekan dagang yang tergantung pada mereka dapat dihambat dengan persaingan. Misalnya pengecer besar dapat menjadi ‘dominan’ terhadap penyalur kecil yang baginya merupakan pelanggan besar. 90 89 Ibid, hal.65 90 Frank Fishwick, Op.Cit, hal 36-37 Penguasaan pasar dapat digambarkan sebagai berikut bahwa bila seorang penjual dapat menaikkan harga diatas level persaingan tanpa mengalami penurunan penjualan yang signifikan dalam waktu yang singkat, sedangkan kenaikan tersebut tidak menghasilkan keuntungan dan tidak seharusnya dilaksanakan, maka penjual tersebut memiliki “market power” atau posisi dominan. Manahan : Perilaku Pelaku Usaha Untuk Menjadi Posisi Dominan Melalui Pemilikan Saham Yang Bertentangan Dengan UU No.51999, 2007. USU Repository © 2009 Dalam praktek, penentuan pangsa pasar ini tidak sederhana, masalah yang akan timbul dalam mengukur pangsa pasar suatu produk tertentu adalah penentuan jenis produk dan pasar, yaitu apakah produk substitusi juga dimasukkan dalam menghitung pangsa pasar. Sebagai contoh untuk produk susu, apakah semua jenis susu turut dihitung, apakah bukan hanya jenis susu bubuk atau susu kental atau susu segar, susu bayi atau jenis lainnya. Tentunya dari sudut kepentingannya pelaku usaha semua jenis susu harus dihitung sedangkan dari sudut kepentingan ataritas pelaksana undang-undang anti monopoli, maka seharusnya tiap-tiap jenis dibedakan penghitungannya. Dengan pendekatan ini, diukur berapa jauh deviasi harga penjualan barang atau jasa yang dproduksi perusahaan tersebut melenceng dari biaya marjinalnya, atau berapa selisih laba perusahaan tersebut dengan laba rata-rata perusahaan yang sejenis. Pengukuran dengan kinerja ini tidak sepenuhnya memuaskan, akan tetapi, di Negara-negara maju pendekatan ini sering digunkan dalam memeriksa kasus- kasus anti monopoli. Pendekatan kedua adalah dengan menguji perilaku perusahaan dalam persaingan, tes ini dilakukuan dengan mempelajari sensitivitas penjualan perusahaan tersebut terhadap perubahan harga dan jumlah penjualan yang dilakukan oleh pesaingnya. Meskipun tes dengan pendekatan ini dalam prakteknya sering digunakan dalam elastisitas demand yang luas untuk menentukan produk-produk yang bersaing, namun pendekatan ini memiliki kelemahan yaitu terdapatnya kesulitan dalam menghimpun data yang akurat yang akan digunakan dalam kasus tertentu dan adanya keharusan bahwa harga-harga produk tersebut harus bersaing dan dapat saling dipertukarkan. Manahan : Perilaku Pelaku Usaha Untuk Menjadi Posisi Dominan Melalui Pemilikan Saham Yang Bertentangan Dengan UU No.51999, 2007. USU Repository © 2009 Pendekatan ketiga, dan mungkin merupakan pendekatan yang paling banyak digunakan, adalah tes dengan pendekatan struktural. Tes ini digunakan dengan menghitung jumlah perusahaan yang bergerak disuatu pasar tertentu dan kemudian membandingkan volume penjualan pangsa pasar yang dikuasai masing-masing perusahaan. Pangsa pasar ini selanjutnya digunakan untuk mengetahui posisi masing-masing parusahaan. Perusahaan dengan pangsa pasar terbesar dianggap memiliki posisi paling dominant dan memiliki kekuatan monopoli. Satu hal yang harus diingat adalah bahwa ukuran market power ini tidak eksak dan oleh karenanya sering disalahtafsirkan. Dalam kasusu praktek monopoli dengan menggunakan posisi dominant ini hal pertama yang harus dipertimbangkan adalah kondisi pasar produksi dan pasar geografis. Kemudian bandingkan porsi penjualan perusahaan dengan perusahaan lain yang menjadi pesaingnya. Barulah kemudian pangsa pasar ini kemudian dijadikan acuan terhadap posisi perusahaan yang dicurigai menggunakan posisi dominantnya. Untuk penentuan posisi dominan tersebut perlu dipertimbangkan jenis produk dan substitusinya. Kita lihat hal ini pada kasus du Pont dalam pemasaran produk pembungkus cellophone dimana du Pont menguasai 75 pangsa pasar pembungkus. Ketika dituduh memiliki dan menggunakan posisi dominannya. Du pont mengajukan tanggapan bahwa Cellophone bukan satu-satunya produk pembungkus yang ada di pasar, mereka mengajukan alasan bahwa disamping produknya ada produk plastik dan alumunium yang dapat dijadikan substitusi, dan dengan menghitung kedua produk tersebut maka pangsa pasar du Pont hanya 20 ketika diajukan test respon terhadap harga ternyata meskipun du Pont Manahan : Perilaku Pelaku Usaha Untuk Menjadi Posisi Dominan Melalui Pemilikan Saham Yang Bertentangan Dengan UU No.51999, 2007. USU Repository © 2009 menaikkan harga produk Cellophone-nya, namun para pembeli, yang dinilai sensitif terhadap, tidak mengalihkan pembeliannya ke produk lain yang dianggap sebagai substitusi, yaitu plastik dan alumunium foil. 91 Prinsip dasar yang harus diketahui mengenai posisi dominant adalah bahwa tidak ada larangan bagi sebauh perusahaan untuk berada dalam posisi dominan, akan tetapi yang dilarang adalah penyalahgunaan posisi dominant tersebut untukmenguasai pasar. Penyalahgunaan posisi dominant sesungguhnya merupakan praktek yang memiliki cakupan yang luasa. Ketika seorang pelaku usaha yang memiliki dominasi ekonomi melalui kontrak mensyaratkan supaya customernya tidak memiliki hubungan dengan pesaingnya, ia telah melakukan penyalahgunaan posisi dominant. Dimikian juga apabila seorang pelaku usaha memegang posisi dominant dengan basis “take it or leave it” membuat penentuan harga diluar kewajaran. 92 Penyalagunaan tersebut dapat dilakukan diantaranya dengan cara: 93 a. Pemaksaan harga pembelian atau penjualan yang tidak wajar atau keadaan pedagangan yang tidak wajar, langsung atau tidak langsung; b. Pembatasan produksi, pasar, atau perkembangan teknis terhadap prasangka konsumen; c. Penerapan kondisi yang tidak sama untuk transaksi yang sama dalam perdagangan dengan pihak lain, sehingga menempatkannya pada persaingan yang tidak menguntungkan. standard setting 91 Asril Sitompul, Op.Cit, hal 38 92 Arie Siswanto, Op.Cit, hal 45 93 Frank Fishwick, Op.Cit, hal.110 Manahan : Perilaku Pelaku Usaha Untuk Menjadi Posisi Dominan Melalui Pemilikan Saham Yang Bertentangan Dengan UU No.51999, 2007. USU Repository © 2009 d. Membuat kesimpulan sendiri tentang subyek kontrak untuk mendapatkan persetujuan dari pihak lain rtentang kewajiban tambahan yang karena sifatnya atau menurut pemakaian komersialnya, tidak mempunyai hubungan dengan subyek kontrak seperti itu. Penguasaan pasar melalui standard setting ini terutama yang berkaitan dengan penggunaan teknologi tidak mudah untuk dikenali, misalnya suatu perusahaan yang memiliki posisi dominan di bidang usaha tertentu yang menggunakan teknologi tinggi dan memiliki jaringan usaha yang luas sehingga pelaku usaha yang lain harus melakukan hubungan secara teknis dengan jaringan yang dimiliki perusahaan itu dan dengan sendirinya harus mengikuti persyaratan teknis yang ditetapkan oleh perusahaan tersebut. 94 a. Mensyaratkan pihak lain untuk melakukan tranmsaksi pembelian barang atau jasa dari perusahaan yang dominan, padahal barang atua jasa itu berbeda dari barang atau jasa yangtegas-tegas menjadi objek transaksi. Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki pengaturan yang cukup rinci tentang penyalahgunaan posisi dominant ini. Fair Trade Commission of Japan FTCJ selaku otoritas persaingan di jepang telah mengeluarkan pedoman yang memuat tentang lima kategori yang tergolong dalam penyalahgunaan posisi dominan sebagai berikut: b. Mensyaratkan pihak lain untuk melakukan penawaran uang, jasa atau keuntungan ekonomi lainnya secara terus menerus kepada perusahaan yang dominan. 94 Asril Sitompul, Op.Cit, hal 39 Manahan : Perilaku Pelaku Usaha Untuk Menjadi Posisi Dominan Melalui Pemilikan Saham Yang Bertentangan Dengan UU No.51999, 2007. USU Repository © 2009 c. Membuat atau mengubah syara-syarat transaksi yang merugikan pihak lain. d. Menimbulkan kerugian terhadap pihak lain dengan syarat-syarat transaksi atau dengan cara selain yang telah disebutkan diatasa. e. Mensyaratkan supaya pihak lain mengikuti petunjuk atau memperoleh persetujuan dari suatu perusahaan dominant di dalam menunjuk pengurus perusahaan itu. Jepang memiliki pendekatan yang agak berbeda tentang penafsiran “posisi dominan. Menurut praktek jepang, posisi dominant tidak harus harus dipegang oleh perusahaan yang memiliki dominasi peasar. Alih-alih, posisi dominant in diartikan dalam konteks level transaksi. Dengan demikian, menurut paraktek Jepang, suatu perusahaan kecil yang tidak memiliki dominasi pasar pun bisa memegang posisi yang dominant, apabila mitra bisnis transaksinya jauh lebih kecil dibandingkan perusahaan itu. 95 95 Arie Siswanto, Op.Cit, hal 46 Posisi Dominan dalam Undang Undang No.5 Tahun 1999 Dalam Undang Undang No. 5 tahun 1999 Pasal 1 angka 4 Undang Undang No.51999 memberikan definisi tentang posisi dominan sebagai berikut : “posisi dominan adalah suatu keadaan di mana pelaku usaha tidak mempunyai pesaing yang berarti di pasar yang bersangkutan dalam kaitannya dengan pangsa pasar yang dikuasai, atau pelaku usaha mempunyai posisi tertinggi di antara pesaingnya di pasar yang bersangkutan dalam kaitannya dengan kemampuan keuangan, kemampuan akses pada pasokan atau penjualan, serta kemampuan untuk menyesuaikan pasokan atau permintaan barang atau jasa tertentu “ Manahan : Perilaku Pelaku Usaha Untuk Menjadi Posisi Dominan Melalui Pemilikan Saham Yang Bertentangan Dengan UU No.51999, 2007. USU Repository © 2009 Dari bunyi pasal tersebut, kita dapat melihat tiga hal yang harus dimiliki agar pelaku usaha dapat dikatakan mempunyai posisi dominant yaitu: 1. Mempunyai pangsa pasar yang cukup besar atau posisi tertnggi. 2. Memiliki kemampuan keuangan yang kuat. 3. Mempunyai kemampuan akses pada pasokan atau penjualan. Dengan pemilikan ketiga hal diatas maka pelaku usaha akan dapat menguasai pasar dan dikatakan memiliki posisi dominan atau mempunyai market power. Sebenarnya pelaku usaha tidak dilarang untuk memiliki ketiga hal tersebut, namun apabila hal-hal tersebut digunakan untuk melakukan penguasaan atas pasar barang atau jasa tertentu, maka pelaku usaha tersebut dapat dikenakan sanksi atas pelanggaran undang-undang. Memang benar, apabila pelaku usaha memiliki ketiga hal diatas, maka pelaku usaha tersebut akan menguasai pasar barang atau jasa tertentu dan dengan penguasaan itu pelaku usaha akan dapat menentukan harga barang atau jasa tersebut. 96 Dari definisi yang diberikan tersebut, meskipun tidak dikolerasikan secara langsung, dapat kita lihat dan katakana bahwa posisi dominant cenderung dimiliki oleh pelaku usaha yang telah secara fisik mengasai pangsa pasar secara dominant. Tanpa adanya penguasaan pasar yang dominant tidak mungkin pelaku usaha tersebut atau kelompok usaha tertentu dapat memiliki posisi dominant ats pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha yang lainnya yang menjadi pesaingnya. 97 Bab V UU No.5 Tahun 1999 tentang posisi dominan yang dimulai dari pasal 25 sampai pasal 29. pasal 25 melarang pelaku usaha menggunakan posisi dominan untuk menyalahgunakan kedudukannya baik secara langsung ataupun tidak 96 Asril Sitompul, Op.Cit, hal 37 Manahan : Perilaku Pelaku Usaha Untuk Menjadi Posisi Dominan Melalui Pemilikan Saham Yang Bertentangan Dengan UU No.51999, 2007. USU Repository © 2009 langsung. Penyalahgunaan ini dapat dilakukan melalui jabatan rangkap, kepemilikan saham maupun melalui penggabungan, peleburan dan pengambilalihan. Pelaku usaha memiliki posisi dominant pada suatu pasar dilarang mengunakan posisi dominant baik secara langsung ataupun tidak langsung untuk : 98 a. Menetapakan syarat-syarat perdagangan dengan tujuan untuk mencegah dan menghalangi konsumen memperoleh barang dan atau jasa yang bersaing, dari segi harga maupun kualitas; atau b. Membatasi pasar dan pengembangan teknologi; atau c. Menghambat pelaku usaha lain yang berpotensi menjadi pesaing untuk memasuki pasar bersangkutan. Ketentuan ini seirama dengan aturan yang dimainkan oleh section 2 Sherman Act yang menekankan pada proses monopolisai tersebut dan tidak memberatkan hanya pada adanya monopoli. 99 a. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai 50 lima puluh persen atau lebih pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu; atau Selanjutnya diatur mengenai ketentuan bahwa pelaku usaha memiliki posisi dominan sebagaimana dimaksud ayat 1 apabila : b. Dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai 75 tujuh puluh luma persen atau lebih pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu. 97 Ahmad Yani dan Gunawan Muhammad, Op.Cit, hal 38 98 Ningrum Natasya Sirait, Hukum persaingan Usaha di Indonesia, Op.Cit, hal.101 99 Ahmad Yani dan Gunawan Muhammad, Op.Cit, hal 40 Manahan : Perilaku Pelaku Usaha Untuk Menjadi Posisi Dominan Melalui Pemilikan Saham Yang Bertentangan Dengan UU No.51999, 2007. USU Repository © 2009 Jadi sebenarnya posisi dominant memang didefinisikan untuk mencerminkan siapa sebenarnya “penguasa pasar” dari suatu produk tertentu. Apakah pasar masih cukup heterogen, dengan penguasaan berimbang oleh dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha, atau pasar sudah cenderung homogen dengan produk dari pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha tertentu. 100 100 Ibid, hal 39 Mengenai jabatan rangkap diatur dalam Pasal 26 UU no.5 Tahun 1999. Memiliki jabatan rangkap dalam perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang yang sama juga dapat mengakibatkan terjadinya monopoli dan persaingan curang. Dari ketentuan Pasal 26 dapat dilihat bahwa agar suatu jabatan rangakap dapat dilarang haruslah berada dalam pasar bersangkutan yang sama dan secara bersama-sama dapat menguiasai pasar yang dapat mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat. Pasal 28 dan 29 UU no. 5 Tahun 1999 nengatur tentang penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan. Penggabungan atau peleburan perusahaan yang dilarang menutrut Undang Undang ini adalah peleburan atau penggabungan yang dapat mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat. Pelaku usaha juga dilarang untk melakukan pengambilalihan saham perusahaan lain apabila tindakan itu dapat mengakibatkan terjadinya monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat Penggabungan atau peleburan badan usaha, atau pengambilalihan saham yang berakibat nilai asset dan atau penjualanya mlelebihi jumlah tertentu, wajib melaporkannya ke KPPU. Mengenai penggabungan, peleburan, dan atau pengambilalihan ini diatur dalam Peraturan Pemerintah. Manahan : Perilaku Pelaku Usaha Untuk Menjadi Posisi Dominan Melalui Pemilikan Saham Yang Bertentangan Dengan UU No.51999, 2007. USU Repository © 2009

B. Pemilikan Saham dalam Undang Undang No.40 Tahun 2007