Upaya Preventif Pencegahan Secara Umum

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal International Finance FiIF Cabang Medan, 2008. USU Repository © 2009 2. Aplikasi kebijakan yudikatifyudicial; 3. Eksekusi kebijakan eksekusiadministratif; Dengan adanya tahap formulasi maka upaya pencegahan dan penanggulangan kejahatan juga menjadi tugas aparat pembuat hukum bukan hanya tugas penegak dan penerap hukum. Dan kebijakan legislatif ini merupakan kebijakan yang paling strategis dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kejahatan pada tahap aplikasi dan eksekusi 52 Soeharjo Sastrosoeharjo menyatakan : “sesungguhnya di dunia ini tidak ada suatu masyarakat tanpa kejahatan, tetapi masalah pemecahan kejahatan adalah sebuah problem penting yang harus dihadapi oleh masryarakat” . Berbagai upaya untuk menanggulangi terjadinya kejahatan atau setidak- tidaknya megurangi frekuensi kejahatan terus dilakukan oleh berbagai pihak, baik pemerintah maupun oleh masyarakat. Tugas untuk menanggulangi terjadinya kejahatan bukan semata-mata tugas pemerintah saja, tetapi juga masyarakat, karena orang yang melakukan kejahatan merupakan anggota masyarakat itu sendiri. 53

A. Upaya Preventif Pencegahan Secara Umum

. Upaya preventif adalah sutau kebijakan penanggulangan kejahatan lewat jalur non-penal yang bersifat usaha untuk mencegah jauh sebelum terjadi kajahatan yaitu bagaimana usaha-usaha yang harus dilakukan sebelum terjadinya kejahatan itu. Oleh karena itu, sasaran utamanya adalah menangani faktor-faktor kondusif penyabab terjadinya kejahatan yang berpusat pada masalah-masalah atau 52 Ibid, Hal.74 53 Gerson W. Bawengan, Op. Cit, Hal.199 Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal International Finance FiIF Cabang Medan, 2008. USU Repository © 2009 kondisi-kondisi sosial yang secara langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan atau menumbuhsuburkan kejahatan 54 “Mencegah kejahatan adalah lebih baik daripada mencoba mendidik penjahat menjadi orang baik kembali” . Bonger mempunyai pendapat, yaitu : 55 Mencegah adalah lebih baik dari pada menghukum. Ibarat menjaga kondisi tubuh supaya tetap sehat sehat adalah lebih baik dari pada berobat untuk menyembuhkan suatu penyakit. Tetapi apabila pencegahan ini tidak berhasil, maka usaha lain harus diadakan yaitu dengan menghukum orang yang telah melakukan kejahatan tersebut. Menurut Abrahamsen dan Guttmacher pencegahan tersebut terutama dimulai sejak kanak-kanak. Selanjutnya dikemukakan, masa depan anak-anak sangat tergantung pada pengaruh iklim yang diciptakan oleh orang tua dan pada dasarnya atau dalam bentuk orisinilnya, manusia itu baik tidak ada seseorang yang sejak kecilnya terus jahat. Sampai beberapa jauh sanggup mempertahankan orisinalitasnya itu, tergantung pada pertumbuhan-pertumbuhan kondisi-kondisi tertentu . 56 Dalam usaha preventif ini yang bertanggung jawab adalah masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan program kerja untuk usaha-usaha tersebut, yang melibatkan beberapa instansi, para tokoh masyarakat serta dari beberapa disiplin keahlian. Prof. Mr. W.A. Bonger juga berpendapat kejahatan orang-orang dewasa tidak dapat terlepas dari masa kanak-kanak, maka usaha pencegahan kejahatan crime prevention yang lebih baik harus bertitik tolak dari . 54 Mahmud Mulyadi, Bahan Kuliah Politik Hukum Pidana. Fakultas Hukum USU, Tahun akademik 20072008, Hal.110 55 Barda Nawawi Arif, Op. Cit, Hal.34-36 56 Gerson.W.Bawengan, Op.Cit., Pradnya Paramitha, Jakarta 1991, Hal.185 Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal International Finance FiIF Cabang Medan, 2008. USU Repository © 2009 pencegahan kenakalan anak-anak remaja, dengan kata lain menanggulangi kejahatan secara umum. Jadi dapat disimpulkan bahwa mencegah kejahatan haruslah dilakukan mulai sejak masa anak-anaknya seseorang, oleh karena itu peranan orang tua untuk membina anak-anak adalah lebih bermanfaat dari pada peranan penegak hukum yang menghukum seseorang yang melakukan kejahatan betapapun adil dan objektifnya putusan itu. Mengembangkan tingkah laku melalui pendidikan, memperluas dan memperdalam tradisi, mengadakan kontak atau saling pengertian antara mereka yang mengutamakan penilaian norma-norma dengan mereka yang menjadi penantang norma-norma itu akan usaha-usaha yang baik untuk prevensi 57 “Agama untuk membimbing manusia dengan kebahagiaan hakiki dunia akhirat…...kebahagiaan dicapai dengan mengusahakan keseimbangan mencari harmoni dunia dan akhirat, keseimbngan antara kehidupan materil dan spirituil, antara kultur dan alam…… Kemajuan-kemajuan materil telah memperkaya kehidupan manusia secara luas, tetapi tidak dapat disangkal pula, bahwa ia meniadakan juga sedikit banyak kebahagiaan yang sesungguhnya, yakni dalam ketenangan batin. Kemajuan materil yang tidak diimbangi dengan kemajuan spirituil oleh iman kepada Tuhan, membawa jiwa yang retak dan gelisah, jiwa yang penuh ketakutan, dan mengakibatkan masyarakat yang banyak penyakit . Dalam ceramahnya di depan mahasiswa Universitas Gajah Mada, Jendral Abdul Haris Nasution mengatakan : 57 Sujono, Kriminologi, Ruang Lingkup dan Cara Penelitian, Tarsito, Bandung 1994, Hal.20 Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal International Finance FiIF Cabang Medan, 2008. USU Repository © 2009 psikomatis, dengan kata lain membawa penderitaan manusia, membawa semakin kosongnya, semakin merosotnya kualitas hidup manusia” 58 1. Cara moralistik . Penanggulangan kejahatan dengan upaya preventif dapat dilakukan dengan 2 dua cara, yaitu : 2. Cara abolisionik Ad. 1. Cara Moralistik Cara moralistik dilakukan dengan penyebarluasan ajaran-ajaran agama dan moral, perundang-undangan yang baik dan sarana-sarana lain yang dapat mengekang nafsu untuk berbuat jahat” 59 58 Ibid. 59 Soejono D., Konsepsi Kriminologi Dalam Usaha Penanggulangan Kejahatan, Alumni Bandung, 1996, Hal.15 . Penanggulangan kejahatan dengan cara moralistik ini dapat dilakukan oleh orang tua, pendidik, ulama dan lain-lain. Tetapi yang paling utama adalah peran orang tua dalam mendidik dan membina anak-anaknya. Bismar Siregar menyatakan tanpa mengabaikan peranan sekolah dan masyarakat, pendidikan keluarga merupakan benteng terampuh membentuk kepribadian dan penangkal mujarab selera kriminal. Orang tua mempunyai tanggung jawab atas pendidikan, penanaman modal agama dalam diri anak-anak. Hubungan yang serasi dan harmonis, kesatuan pendapat dan kemanunggalan sikap dalam membawa anak-anak menghadapi hidup dan kehidupan dengan segala tantangannya akan memungkinkan pertumbuhan yang serasi antara jiwa dan raga si anak. Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal International Finance FiIF Cabang Medan, 2008. USU Repository © 2009 Orang tua tidak hanya dituntut untuk menanamkan pengetahuan baik dan buruk berdasarkan moral dan agama, tetapi juga harus memberikan contoh yang nyata bagi anak-anaknya. Masa depan anak-anak sangat tergantung pada pengaruh-pengaruh dan iklim yang diciptakan oleh orang tua mereka. Guttmacher menyatakan : “Dari sekian banyak penjahat-penjahat, ternyata bahwa hubungan mereka pada masa anak-anak merupakan penyebab keterlibatan memasuki dunia kejahatan” 60 60 Gerson, W. Bawengan, Op. Cit, Hal.199 . Oleh karena itu orang tua harus mampu menggrerakkan hati anak-anak mereka kepada kebaikan dan menjauhkan dari kejahatan. Jangan sampai mereka menjadi subjek pelaku kejahatan ataupun menjadi objek korban kejahatan. Ad. 2. Cara Abolisionistik Cara abolisionistik berusaha memberantas, menanggulangi kejahatan dengan memberantas sebab-musababnya. Misalnya kita ketahui bahwa faktor kejahatan adalah faktor ekonomi atau kemiskinan, maka upaya mencapai kesejahteraan untuk mengurangi kejahatan yang disebabkan oleh kemiskinan atau faktor ekonomi merupakan cara abolisionistik Cara ini biasa dilakukan dengan mengikutsertakan tenaga ahli seperti psikolog, ekonom, sosiolog dan lain-lain. Menurut penulis upaya preventif yang dapat dilakukan untuk menanggulangi kejahatan penggelapan sepeda motor di PT. FIF adalah sebagai berikut : Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal International Finance FiIF Cabang Medan, 2008. USU Repository © 2009 1. Mengawasi kinerja karyawan di lapangan melalui supervisior masing- masing bidang khususnya untuk mengawasi surveyor “nakal” yang meng- gol-kan permohonan kredit konsumen yang sebenarnya tidak atau kurang memenuhi syarat dengan tujuan agar mencapai target yang ditetapkan dan mendapatkan bonus gaji. 2. Ditingkatkannya pengawasan terhadap konsumen yang sering menunggak pembayaran kredit. Apabila telah sering menunggak maka harus lebih diawasi keberadaan sepeda motor dan apabila sudah menunggak 3 tiga bulan maka pada tanggal jatuh tempo tiga bulan langsung dilakukan eksekusi sepeda motor sehingga dapat memperkecil kemungkinan sepeda motor berpindah ke pihak lain. 3. Meningkatkan jumlah Eksekutor yang melakukan pengejaran terhadap pelaku maupun sepeda motor yang digelapkan ke luar daerah sehingga pencapaian target mengeksekusi aset perusahaan dapat terpenuhi. 4. Memberikan penyuluhan yang dilakukan oleh pihak yang terkait polisi, jaksa mengenai kesadaran hukum masyarakat, sehingga masyarakat dapat memahami hak-hak dan kewajibannya sebagai anggota masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dalam bentuk ceramah-ceramah, temu wicara, diskusi dan lain-lain.

B. Upaya Repressif