Upaya Repressif Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal International Finance (FiIF) Cabang Medan

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal International Finance FiIF Cabang Medan, 2008. USU Repository © 2009 1. Mengawasi kinerja karyawan di lapangan melalui supervisior masing- masing bidang khususnya untuk mengawasi surveyor “nakal” yang meng- gol-kan permohonan kredit konsumen yang sebenarnya tidak atau kurang memenuhi syarat dengan tujuan agar mencapai target yang ditetapkan dan mendapatkan bonus gaji. 2. Ditingkatkannya pengawasan terhadap konsumen yang sering menunggak pembayaran kredit. Apabila telah sering menunggak maka harus lebih diawasi keberadaan sepeda motor dan apabila sudah menunggak 3 tiga bulan maka pada tanggal jatuh tempo tiga bulan langsung dilakukan eksekusi sepeda motor sehingga dapat memperkecil kemungkinan sepeda motor berpindah ke pihak lain. 3. Meningkatkan jumlah Eksekutor yang melakukan pengejaran terhadap pelaku maupun sepeda motor yang digelapkan ke luar daerah sehingga pencapaian target mengeksekusi aset perusahaan dapat terpenuhi. 4. Memberikan penyuluhan yang dilakukan oleh pihak yang terkait polisi, jaksa mengenai kesadaran hukum masyarakat, sehingga masyarakat dapat memahami hak-hak dan kewajibannya sebagai anggota masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dalam bentuk ceramah-ceramah, temu wicara, diskusi dan lain-lain.

B. Upaya Repressif

Yang dimaksud dengan upaya repressif adalah upaya-upaya atau tindakan- tindakan yang diambil untuk melakukan penekanan agar si pelaku tidak dapat melakukan perbuatan atau kejahatan itu lagi atau untuk menekan terjadinya Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal International Finance FiIF Cabang Medan, 2008. USU Repository © 2009 kejahatan itu. Usaha itu bertujuan agar kejahatan tersebut jangan sampai terulang lagi yaitu dengan melakukan tindakan langsung terhadap orang-orang yang terlibat dalam kejahatan tersebut. Jadi usaha repressif ini dilakukan setelah terjadinya kejahatan itu 61 Sebenarnya kedua jenis tindakan itu hanya dapat dibeda-bedakan, tapi sulit untuk dipisahkan, sebab tindakan represif itu sendiri mempunyai pula ciri- ciri preventif. Terhadap yang dihukum nempaknya sebagai tindakan represif, tetapi bahkan bagi dia sendiri ciri hukuman itu prevensi dan demikian pula prevensi itu kelak menjadi perhatian seluruh masyarakat . Kejahatan akan selalu ada selama manusia itu ada. Kejahatan merupakan bayang-bayang dari peradaban “The shadow of civilation”. Semakin tinggi peradaban manusia semakin tinggi pula tingkat kejahatan yang terjadi. Akan tetapi, walaupun demikian kita harus berusaha mencegah terjadinya tindak kejahatan tersebut dan menanggulanginya. Apabila upaya preventif belum mampu untuk mencegah terjadinya kejahatan. Sehingga antara upaya prevetif dan represif mempunyai hubungan yang erat. Gerson W. Bawengan menyatakan : 62 Usaha-usaha repressif dilakukan melalui suatu proses tertentu yang dimulai dengan melakukan pengejaran, penangkapan, penahanan, penyidikan dan dilanjutkan dengan mengadili dan menjatuhkan hukuman. Para penegak hukum hendaknya selalu mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan meringankan dengan melihat faktor-faktor yang membawa si pelaku pada . 61 Ibid, Hal.38 62 Ibid, Hal.197 Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal International Finance FiIF Cabang Medan, 2008. USU Repository © 2009 kejahatan yang dilakukannya tersebut serta menyadari bahwa tujuan utama penjatuhan hukuman tersebut bukanlah sebagai pembalasan tetapi untuk mendidik dan membina mental dan rohani si pelaku sehingga menginsyafi perbuatannya dan tidak mengulanginya lagi. Dalam upaya represif ini setiap orang yang melakukan kejahatan harus diberi hukuman agar ia enggan mengulangi perbuatannya. Apakah tujuan pemberian hukuman kepada orang yang telah melakukan kejahatan? Dalam hal ini ada beberapa teori hukuman straftheorien, yaitu : 1. Teori Absolut atau Teori Pembalasan 2. Teori Relatif atau Teori Tujuan 3. Teori Gabungan Ad. 1. Teori Absolut atau Teori Pembalasan Menurut teori absolut atau teori pembalasan hukuman itu merupakan konsekuensi dari suatu kejahatan yang telah dilakukan. Hukuman itu bersifat mutlak bagi setiap orang yang melakukan kejahatan. Kejahatan itu sendiri yang membuat anasir-anasir tentang hukuman yang harus dijatuhkan. Pemberian hukuman bukan untuk memperbaiki kelakuan si penjahat agar menjadi baik, tetapi untuk memberikan suatu penderitaan kepada si penjahat. Dalam hal ini kepuasan hati orang yang memberikan hukumanlah yang diutamakan. Jadi hukuman itu merupakan pembalasan bagi si penjahat atas perbuatan yang telah dilakukannya. Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal International Finance FiIF Cabang Medan, 2008. USU Repository © 2009 Ad. 2. Teori Relatif atau Teori Tujuan Menurut teori relatif atau teori tujuan, hukuman yang diberikan kepada orang yang telah melakukan kejahatan bukan sebagai pembalasan, tapi merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan lain daripada penghukuman itu sendiri yaitu pencegahan terjadinya kejahatan. 1. Prevensi Umum, ancaman hukuman dapat membuat orang merasa takut dan menahan diri untuk melakukan kejahatan. Tujuannya untuk memberikan peringatan kepada masyarakat supaya tidak melakukan kejahatan. 2. Prevensi khusus, pemberian hukuman bertujuan agar orang yang dijatuhi hukuman tidak mengulangi lagi perbuatannya dan bagi yang hendak melakukan kejahatan akan mengurungkan niatnya tersebut hingga tidak terjadi kejahatan. Ad. 3. Teori Gabungan Teori gabungan merupakan teori absolut dan teori relatif. Menurut teori gabungan, pemberian hukuman bertujuan sebagai unsur pembalasan dan sebagai unsur untuk memperbaiki kelakuan si penjahat. Chainur Arrasyid membagi teori ini dalam tiga golongan, yaitu : 1. Menitikberatkan pada pembalasan, tetapi tidak boleh melampaui batas apa yang perlu dan sudah cukup untuk dapat mempertahankan tata tertib masyarakat. Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal International Finance FiIF Cabang Medan, 2008. USU Repository © 2009 2. Menitikberatkan pada pertahanan tata tertib masyarakat, tetapi hukuman tidak boleh lebih berat daripada suatu penderitaan yang beratnya sesuai dengan beratnya perbuatan oleh terhukum. 3. menggabungkan kedua asas tersebut dengan titik berat yang sama 63 63 Chainur Arrasyid 1, Op. Cit., Hal.109 . Sehubungan dengan skripsi penulis, maka upaya represif yang dapat dilakukan untuk menanggulangi terjadinya kejahatan penggelapan sepeda motor kredit adalah dengan melakukan penangkapan, penahanan, mengadili serta menjatuhi hukuman yang sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukan, sehingga dengan adanya hukuman tersebut akan menyebabkan orang takut untuk melakukan kejahatan dan bagi si terpidana diharapkan ia tidak akan mengulangi perbuatannya yang salah itu. Upaya represif yang dilakukan untuk menanggulangi kejahatan bukan merupakan pembalasan, bukan pula sekedar prevensi, tetapi harus membawa manfaat bagi masyarakat umum dan berguna pula bagi pribadi si terpidana. Tindakan terhadap seseorang yang melakukan penggelapan sepeda motor kredit yaitu berupa hukuman, dengan cara melaporkan pelaku yang melakukan kejahatan penggelapan sepeda motor sehingga dapat diproses dan diberikan hukuman yang setimpal maka hal ini juga merupakan pencegahan terhadap orang lain yang mungkin akan melakukan penggelapan agar tidak melakukannya karena akibatnya akan dihukum. Namun dalam usaha repressif ini perlu diperhatikan dengan baik sebelum memberikan hukuman. Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal International Finance FiIF Cabang Medan, 2008. USU Repository © 2009 Dengan demikian seorang penegak hukum harus mengetahui tentang kriminologi, faktor apa yang membuat seseorang melakukan kejahatan penggelapan sepeda motor kredit, bagaimana ia melakukan penggelapan itu dan siapa yang melakukan penggelapan itu. Dalam hal inilah penting sekali peranan kriminologi bagi para penegak hukum, dimana dengan mengetahui keadaan si pelaku dader maka seorang hakim dapat menjatuhkan hukuman yang paling tepat terhadap seseorang yang melakukan kejahatan.

C. Kasus dan Analisa Kasus