Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal International Finance FiIF Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
yang ada hubungannya dengan perbuatan-perbuatan yang merugikan gejala sosial tersebut
13
3. Hubungan Antara Kriminologi Dan Hukum Pidana
.
Hukum pidana adalah ilmu tentang hukumnya kejahatan. Ada ilmu tentang kejahatannya sendiri yang diamakan kriminologi. Kecuali objeknya
berlainan, tujuannya pun berbeda. Kalau objek ilmu hukum pidana adalah aturan- aturan hukum yang mengenai kejahatan atau yang bertalian dengan pidana, dan
tujuannya agar dapat mengerti dan mempergunakan dengan sebaik-baiknya serta seadil-adilnya. Maka objek kriminologi adalah orang yang melakukan kejahatan
si penjahat itu sendiri. Adapun tujuannya yaitu agar dapat diketahui apa sebabnya sehingga seseorang sampai berbuat jahat. Apakah karena bakatnya jahat,
ataukah didorong oleh keadaan masyarakat sekitarnya milieu baik keadaan sosiologi maupun ekonomis, ataukah ada sebab-sebab lain lagi. Jika sebab-sebab
itu sudah diketahui, maka disamping pemidanaan, dapat dilakukan tindakan- tindakan yang tepat agar orang lain tidak berbuat demikian atau agar orag lain
tidak melakukannya. Berhubungan dengan ini, terutama di negara-negara Anglo Saxon kriminologi biasanya dibagi tiga bagian : Pertama, Criminal Biology yaitu
yang menyelidiki dalam diri orang itu sendiri akan sebab-sebab dari perbuatannya, baik dalam jasmani maupun rohaniah; kedua, Criminal Sosiology, yaitu yang
mencoba mencari sebab-sebab kejahatan itu dalam lingkungan masyarakat dimana penjahat itu berada dalam milieunya. Ketiga, Criminology Policy, yaitu
tindakan-tindakan apa yang sekiranya harus dijalankan supaya orang lain tidak berbuat demikian pula. Ada yang berpendapat bahwa nanti kalau perkembangan
13
Ibid, Hal. 61
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal International Finance FiIF Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
kriminologi sudah sempurna maka tidak diperbolehkan lagi adanya pidana. Sebab kata mereka, meskipun telah berabad orag menjatuhi pidana pada orang yang
berbuat kejahatan, namun kejahatan masih tetap dilakukan orang. Ini menandakan bahwa pidana itu tidak mampu untuk mencegah adanya kejahatan,
jadi bukan obat bagi penjahat. Kalau penjahat diibaratkan orang sakit, dan pidana yang bersifat memberi
nestapa sehingga pembalasan atas kejahatan yang dilakukan, hal itu dijadikan untuk sakit tadi. Untuk dapat mengobatinya tentu terlebih dahulu diperlukan
mengetahui sebab-sebab dari penyakit itu. Karena yang diperlukan bukanlah pidana yang bersifat memberi nestapa sebagai pembalasan atas kejahatan yang
telah dilakukan, melainkan pembinaan. Kalau sekarang masih ada sifat pembalasan maka itu adalah hanya suatu
faset, suatu sesi yang kecil. Hal lain yang lebih penting adalah menentramkan kembali masyarakat yang telah digoncangkan dengan adanya perbuatan pidana di
satu pihak dan di lain pihak mendidik kembali orang yang melakukan perbuatan pidana tadi agar menjadi anggota masyarakat yang berguna. Pada umumnya
sekarang orang menganggap bahwa dengan adanya kriminologi disamping ilmu hukum pidana, pengetahuan tentang kejahatan menjadi lebih luas karea dengan
demikian orang mendapat pengertian baik tentang penggunaan hukumnya terhadap kejahatan maupun tentang pengertiannya mengenai timbulnya kejahatan
dan cara-cara memberantasnya sehingga memudahkan penentuan adanya kejahatan dan bagaimana menghadapinya untuk kebaikan masyarakat itu sendiri.
Hubungan ilmu hukum pidana dengan kriminologi seperti dalam pandangan diatas, lalu merupakan pasangan, merupakan dwi tunggal yang satu
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal International Finance FiIF Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
melengkapi yang lainnya. Jadi keduanya saling membutuhkan satu dengan yang lain
14
F. Metode Penelitian