3. Interpretasi : yaitu tahap penafsiran atau menganalisa data – data yang diperoleh
sehingga melahirkan suatu analisa baru yang sifatnya lebih objektif dan ilmiah dari objek yang akan diteliti. Objek kajian yang cukup jauh kebelakang membuat
intepretasi menjadi sangat vital dan dibutuhkan keakuratan serta anilisis yang tajam agar mendapat fakta sejarah yang objektif. Dengan kata lain, tahapan ini
dilakukan dengan menyimpulkan kesaksian atau data – data informasi yang dapat
dipercaya dari bahan – bahan yang ada.
4. Historiografi : merupakan tahap akhir dalam penulisan, atau dapat juga dikatakan
dengan penulisan akhir dari suatu penulisan yang telah diinterpretasikan melalui sebuah tulisan yang diperoleh dari fakta – fakta, dan dituliskan dengan sistematis
dan kronologis. Dalam penulisan sejarah aspek kronologis menjadi sangat penting
untuk menghasilkan karya sejarah yang ilmiah dan objektif.
BAB II PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM PDAM TIRTAULI SEBELUM
TAHUN 1978
2.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Perusahaan Daerah Air Minum PDAM Tirtauli teletak pada wilayah kota madya Pematang Siantar. Lebih tepatnya kota ini terletak di tengah-tengah Kabupaten
Universitas Sumatera Utara
Simalungun dengan keadaan topografi berbukit-bukit rendah dan berada pada ketingian ± 400 m di atas permukaan laut. Daerah ini terletak pada posisi 3º.01’- 2º.54’.40” LU dan
99º.05’- 99º.02’ BT, dengan suhu rata-rata 24,7ºC dan curah hujan 2808 mmtahun. Kota Madya Pematang Siantar di kelilingi oleh daerah pertanian yang luas dan subur seperti
persawahan, perkebunan karet, kelapa sawit dan teh. Daerah Tingkat II Pematang Siantar mempunyai satu buah sungai besar yaitu Bah Bolon dan mempunyai 12 sungai kecil
yaitu Bah Sorma, Bah Kapul, Bah Bane, Bah Kadang, Bah Kahean, Bah Sigulang- gulang, Bah Sibarambang, Bah Silulu, Bah Sibatu-batu, Bah Kora, Bah Kaitan, dan Bah
Silobang. Sungai-sungai ini sebagian dimanfaatkan oleh sebagian penduduk untuk mengairi sawah, tambak ikan, alat drainage alamiah dan menjadi batas alam wilayah
kecamatan dan kelurahan. Pematang Siantar pada tahun 1957 masih berstatus sebagai Kota Praja meskipun
sudah memiliki kepala pemerintahan sendiri dan sudah terpisah dari Kabupaten Simalungun. Pada awalnya Kota Pematang memiliki luas 1248 Ha, namun setelah terjadi
perluasan wilayah maka Kota Pematang Siantar memiliki luas wilayah seluas 7997,06 Ha, dan di bagi menjadi 10 kampung yaitu : Kampung Aek Nauli, Kampung Kristen
Timur, Kampung Kristen Barat, Kampung Timbanggalung Baru, Kampung Timbanggalung Lama, Kampung Melayu, Kampung Kota, Kampung Tomuan, dan
Kampung Suka Damai. Untuk pelaksanaan administrasi pemerintahan dalam daerah hukum kota praja,
pada tahun 1959 Pemerintah Daerah membagi daerah kota praja ini dalam dua kecamatan yaitu :
1. Daerah Kecamatan Siantar Timur, dengan resort :
Universitas Sumatera Utara
a. Kampung Kota
b. Kampung Kristen Timur
c. Kampung Kristen Barat
d. Kampung Tomuan
e. Kampung Suka Damai
2. Daerah Kecamatan Siantar Barat
a. Kampung Melayu
b. Kampung Timbanggalung Lama
c. Kampung Timbanggalung Baru
d. Kampong Bantan
e. Kampung Aek Nauli
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.35 Tahun 1981, Kota Madya Pematang Siantar dikembangkan menjadi empat wilayah kecamatan yang peresmiannya
dilaksanakan pada tanggal 17 Maret 1982 oleh E.W.P Tambunan, dimana pada saat itu beliau menjabat sebagai Gubernur Sumatera Utara. Keempat kecamatan tersebut adalah
8
1. Kecamatan Siantar Barat ibukotanya Timbanggalung
2. Kecamatan Siantar Timur ibukotanya Tomuan
3. Kecamatan Siantar Utara ibukotanya Sukadame
4. Kecamatan Siantar Selatan Ibukotanya Kristen
Dengan keluarnya Peraturan Pemerintah No.15 Tahun 1986 tanggal 10 Maret 1986 tentang masuknya sembilan desa dari wilayah Kabupaten Simalungun ke wilayah
Kota Madya Pematang Siantar. Akibatnya Kota Madya Pematang Siantar berkembang
8
Kota Madya Pematang Siantar Dalam Angka Tahun 1990. Dinas Arsip dan Perpustakaan
Kota Madya Pematang Siantar, hal 9.
Universitas Sumatera Utara
menjadi enam kecamatan.
9
1. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Karang Sari, Rambung Merah,
dan Marihat Baris. Dua kecamatan tambahan tersebut adalah Kecamatan Siantar
Martoba dengan pusat pemerintahannya berada di Kelurahan Martoba, sedangkan satu kecamatan lagi yaitu Kecamatan Siantar Marihat dangan pusat pemerintahannya
berkedudukan di kelurahan Marihat. Secara administratif, batas-batas Kota Madya Pematang Siantar adalah sebagai
berikut :
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Marihat Baris, Silampuyang, dan
Desa Bah Sampuran. 3.
Sebelah Utara berbatasan dengan Bah Kapul dan Desa Sinaksak. 4.
Sebelah Barat berbatasan dengan Talun Kondot, Nagori Simpang Pane, dan Siborna.
2.2 Sejarah Berdirinya PDAM Tirtauli