Kesiapan Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Menghadapi Privatisasi Air.

(1)

KESIAPAN PERUSAHAAN

DAERAH AIR MINUM

TIRTANADI MENGHADAPI

PRIVATISASI AIR

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi Tugas-tugas dan memenuhi Syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial

D

I

S

U

S

U

N

OLEH :

ANNISA NINDITHA

040903070

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Sebagaimana manusia yang menghamba kepada keagungan Rabb-Nya Allah SWT, maka penulis kembali bersimpuh di hadapan-Mu mengucap syukur sebesar-besarnya atas ridho, berkah, nikmat serta rahmat yang elah diberikansehingga penulis dapat menyelesaikan tugas sebagai hamba yang menajlani hidup di muka bumi ini dalam upaya menyelesaikan ibadah pendidikan.

Karya ini merupakan sebuah simbol dari sebuah episode kehidupan yang berjalan selama 3 tahun 8 bulan yang terangkai dalam pembelajaran untuk ikhlas dan sabar. Menggambarkan kehidupan panjang berliku dalam mencapai cita, dan mewujudkan impian berbakti kepada kedua orang tua tercinta.

Lazimnya sebuah perjalanan hidup yang diwarnai dengan proses interaksi alam semesta beserta isinya yang sedikit banyak pasti memberikan inspirasi dan membentuk karakter penulis untuk proses pemahaman dan memberikan kekuatan untuk menyelesaikan ujung jalan yang sedang ditempa ini. Karena setiap orang yang pernah singgah dalam kehidupan orang lain walau sesingkat apapun waktu yang dihabiskan akan membawa perubahan walau sekecil.

Untuk semua proses tersebut, penulis berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tuaku yang tercinta Suryadharma dan Salbiah yang telah memberikan seluruh hidupnya untuk kehidupan yang layak dan tak bercacat dengan limpahan kasih saying untuk Ananda. Dengan ridho Allah SWT, Ananda kelak akan mengganti semua tetes keringat dan air mata yang telah kalian keluarkan selama ini dengan kebahagiaan serta kebanggaan.

2. Kepada kakakku Indri Fadia serta suaminya Dadang Kurniawan. Terima kasih atas seluruh dukungan serta kasih sayang serta semangat yang kalian berikan. Semoga kelak kita akan dapat mengangkat derajat kedua orang tua kita di dunia maupun akhirat kelak. Amin.

3. Kepada Bobby fadli Partoyo yang telah membagi 4 tahun hidupnya denganku dalam suka dan duka. Tanpa lelah mendengar keluh kesahku, memberikan


(3)

jalan keluar dari masalahku, memberikan dukungan serta menjadi orang yang membuat hidupku lebih bermakna. Terima kasih telah menjadi bagian hidupku.

4. Kepada Ibu Dr. Asimayanty Siahaan, MA selaku dosen wali yang telah bersedia menjadi dosen pembimbing juga telah sangat banyak membantu dan memberikan dukungan serta memberikan begitu banyak pelajaran sejak masa penulisan proposal penelitian hingga penulisan ini rampung.

5. Kepada bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

6. Kepada Bapak Dr. Marlon Sihombing, MA selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara serta Ibu Dra. Beti Nasution, MSi selaku Sekretris Departemen Ilmu Administrasi Negara fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu kepada penulis. 7. Kepada seluruh dosen Ilmu Administrasi Negara yang telah memberikan ilmu

berlimpah yang akan sangat bermanfaat untuk penukis dalam menantang kehidupan ini.

8. Kepada Bapak Ir. T. Fahmi Johan, MSi selaku Diektur Operasional Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara yang telah memberikan begitu banyak waktu, perhatian, kemudahan dan dukungan untuk penulis dalam melakukan penelitian dalam penulisan karya ini.

9. Kepada Bapak Parlindungan Siregar, SE selaku Kepala Bidang Pendanaan Divisi Keuangan Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara yang telah bersedia untuk memberikan data serta dukungan moral di saat penulis kesulitan dalam mendapatkan data dan Key Informan.

10. Kepada Bapak Drs. Mulkanuddin Ritonga, MM selaku Kepala Divisi Sumber Daya Manusia yang telah bersedia memberikan informasi dan data selama melakukan penelitian serta telah bersedia bertukar pikiran untuk kemajuan dalam penulisan ini.

11. Kepada Bapak Ir. Hamdani Siregar selaku Kepala Divisi Kerjasama Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara yang telah memberikan informasi dan data yang diperlukan dalam penelitian.


(4)

12. Kepada sahabat-sahabatku sejak semester satu hingga kini di kampus Hitam-Putih dalam susah dan senang yang diiringi dengan perhatian dan pengertian yaitu Shanty, Miranti, Dwi dan Sukma. Terima kasih atas persahabatan yang indah yang telah kalian berikan. Semoga perpisahan ini tidak memutuskan hubungan persahabatan kita.

13. Kepada sahabat di akhir masa kuliahku yang menjadi bagian terindah dalam kisah persahabatanku yaitu Lia dan Ira. Terima kasih telah bersamaku mewujudkan our triple candle light dinner. Terima kasih telah membuat hidupku lebih berwarna. Karena hanya sahabat sejati yang mampu membagi suka dan duka serta saling mempercayakan rahasia hidup.

14. Kepada sahabat sejak masa pencarian jati diriku di kala SMA yaitu Ririn dan Yerli. Terima kasih telah menjadi sahabat yang tak lelah mendampingi.

15. Kepada sahabat yang bersama berjuang mengejar gelar Sarjana Sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yaitu Permai, Wiwik dan Kak Intan. Teriam kasih telah membagi semangat, dukungan serta perhatian selama ini. Kenangan bersama kalian akan menjadi hadiah untuk masa depanku.

16. Kepada Kak Mariana Magdalena serta Bang I Gusti Firmansyah serta kepada seluruh alumni stambuk ’02 yang telah memberikan dukungan serta semangat dan juga telah bersedia membagi pengalamannya kepada penulis selama di Fisip USU.

17. Kepada seluruh anak Administrasi Negara stambuk ’04 yang teleh menjadi keluarga semasa menuntut ilmu. Kenangan di kampus akan menjadi kenangan yang indah di hidupku.

18. Kepada Internship team-ku yaitu Citra, Putri, Andika, Mandar, Frans, Rony, Mahfud dan Chandra. Terima kasih yang telah berjuang bersamaku mengejar nilai magang kita.

19. Kepada Bang Arif yang telah menjadi sahabat yang telah memberikan semangat serta dukungan saat penelitian di PDAM Tirtanadi, terima aksih kepada Bang Batara yang telah meminjamkan Buletin untuk menambah data sekunder, juga Ibu Lily, Bang Umar, Kak Hesty, Bang Zainuddin serta Bang taufik di divisi SDM PDAM Tirtanadi yang telah memberikan bantuan selama penelitian.


(5)

20. Kepada kak Mega dan Kak Emy yang telah membantu dalam urusan administrasi selama kuliah di FISIP USU. Terima kasih atas bantuan serta kemudahan yang telah diberikan.

21. Kepada seluruh keluarga besarku yang telah menempaku menjadi orang yang ambisius dan telah menimbulkan keinginan besar untuk membuktikan diri. 22. Kepada semua orang yang telah menjadi bagian hidupku selama ini, yang

tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas semua dukungan serta bantuan yang diberikan selama ini.

Karya apapun bentuknya akan memberikan pengaruh bagi hidup dan kehidupan bagi pembuatnya. Oleh karena itu kepada Allah SWT Sang penguasa yang menggoreskan takdir, penulis berharap agar karya ini dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan orang lain sehingga karya ini tidak menjadi sia-sia dan dapat menjadi amal zariah bagi penulis selama di bumi dan akhirat kelak.

Medan, 28 April 2008 Hormat Saya


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

LAMPIRAN ... ix

ABSTRAK ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 7

I.3 Tujuan Penelitian ... 7

I.4 Manfaat Penelitian ... 7

I.5 Kerangka Teori ... 8

I.5.1 Privatisasi Air ... 9

I.6 Definisi Konsep ... 22

I.7 Definisi Operasional ... 23

a. Kemampuan keuangan ... 23

b. Kemampuan Sumber daya manusia ... 23

c. Kemampuan pelayanan publik ... 23

d. Pola hubungan kerjasama ... 23

I.8 Sistematika Penulisan ... 24

BAB II METODE PENELITIAN ... 25

II.1 Bentuk Penelitian ... 25

II.2 Lokasi Penelitian ... 25

II.3 Populasi dan Sampel ... 26

a. Populasi ... 26

b. Sampel ... 26

II.4 Teknik Pengumpulan data ... 27

1. Pengumpulan Data Primer... 27

a) Wawancara (Interview) ... 28

b) Angket (Quesioner) ... 28

2. Pengumpulan Data Sekunder ... 28

II.5 Teknik Analisa data ... 29

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 30

III.1 Gambaran Umum Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi ... 30

III.1.1 Sejarah Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi ... 30

III.1.2 Visi dan Misi Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi ... 33

III.1.3 Wilayah Pelayanan ... 34

III.1.4 Struktur Organisasi ... 35


(7)

BAB IV PENYAJIAN DATA ... 63

IV.1 Data Hasil Penyebaran Angket ... 63

IV.1.1 Data Responden Penelitian ... 63

IV.1.2 Data Variabel Penelitian ... 65

BAB V ANALISA DATA ... 91

V.1 Kesiapan Intern Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi 91 V.1.1 Kesiapan Keuangan ... 91

V.1.2 Kesiapan Sumber Daya Manusia ... 93

V.1.3 Kesiapan Pelayanan Publik ... 96

V.2 Pola Hubungan Kerjasama Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi ... 99

V.3 Kesiapan Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Menghadapi Privatisasi Air ... 109

BAB VI PENUTUP ... 112

VI.1 Kesimpulan ... 112

VI.2 Saran ... 113

DAFTAR PUSTAKA ... 115


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel IV.1.1.1 Identitas responden menurut jenis kelamin ... 63 Tabel IV.1.1.2 Identitas responden menurut golongan kerja ... 64 Tabel IV.1.1.3 Identitas responden menurut masa kerja ... 64 Tabel IV.1.2.1 Distribusi jawaban responden tentang sistem rekruitmen

pegawai PDAM Tirtanadi ... 65 Tabel IV.1.2.2 Distribusi jawaban responden tentang kesesuaian latar

belakang pendidikan dengan jabatan pegawai

PDAM Tirtanadi ... 67 Tabel IV.1.2.3 Distribusi jawaban responden tentang pendidikan/pelatihan

yang diterima untuk meningkatkan kinerja pegawai

PADM Tirtanadi ... 70 Tabel IV.1.2.4 Distribusi jawaban responden tentang pembiayaan

pelayanan publik PDAM Tirtanadi ... 71 Tabel IV.1.2.5 Distribusi jawaban responden tentang inovasi pelayanan

publik yang dilakukan PDAM Tirtanadi ... 73 Tabel IV.1.2.6 Distribusi jawaban responden tentang kesesuaian kegiatan

operasional dengan visi dan misi PDAM Tirtanadi ... 75 Tabel IV.1.2.7 Distribusi jawaban responden tentang kesesuaian tarif yang

ditetapkan PDAM Tirtanadi dengan mutu dan kualitas

pelayanan ... 77 Tabel IV.1.2.8 Distribusi jawaban responden tentang pengetahuan bahwa

PDAM Tirtanadi telah melakukan privatisasi air ... 79 Tabel IV.1.2.9 Distribusi jawaban responden tentang kesiapan PDAM

Tirtanadi menghadapi privatisasi air global ... 81 Tabel IV.1.2.10 Distribusi jawaban responden tentang kesiapan PDAM

Tirtanadi menghadapi privatisasi air melalui pola

kerjasama ... 84 Tabel V.1.1 Perbedaan Kerjasama Operasional (KSO) dengan


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Bentuk Alternatif Privatisasi Air ... 18 Gambar 2 Struktur Organisasi Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi

Provinsi Sumatera Utara ... 62 Gambar 3 Bagan Kerjasama Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi ... 103


(10)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Laporan Laba Rugi Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Lampiran 2 Laporan Neraca Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Lampiran 3 Angket (Quesioner) Penelitian

Lampiran 4 Pedoman Wawancara (Interview) Penelitian Lampiran 5 Surat Rencana Skripsi

Lampiran 6 Surat Permohonan Pengajuan Judul Skripsi Lampiran 7 Surat Undangan Seminar Proposal Skripsi Lampiran 8 Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal Skripsi Lampiran 9 Berita Acara Hasil Seminar Proposal Skripsi Lampiran 10 Surat Penunjukan Dosen Pembimbing Skripsi

Lampiran 11 Surat Izin penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Lampiran 12 Surat Balasan Izin penlitian dari PDAM Tirtanadi

Lampiran 13 Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian dari PDAM Tirtanadi


(11)

ABSTRAK

Kesiapan Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Menghadapi Privatisasi Air oleh Annisa Ninditha. Pembimbing Dr. Asimayanty Siahaan, MA.

Privatisasi merupakan bias dari tuntutan globalisasi yang notabene adalah produk Neoliberalisme yang kini tidak hanya bermakna pada penjualan aset semata namun telah berkembang pada berbagai sektor esensial seperti air dengan tujuan untuk mempermudah akses masyarakat ke air yang sejalan dengan MDGs berupaya mengurangi setengah dari proporsi populasi yang tidak memiliki akses ke air minum bersih serta sanitasi memadai. Di Indonesia, selain masalah air secara global Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi juga mengalami masalah dalam upaya pembiayaan pelayanan publiknya sehingga diambil jalan keluar dengan membuka peluang investasi bagi pihak swasta melalui pola kerjasama yang kini di dukung dengan adanya UU No. 7 Tahun 2004 dan PP No. 16 Tahun 2005. Untuk itu penulis tertarik untuk mengetahui siapkah PDAM Tirtanadi menuju privatisasi air yang akan dilihat melalui telaah pada sumber daya manusia, kemampuan keuangan, serta pelayanan publik berkualitas sebagai indikator kesiapan privatisasi air dari sisi intern perusahaan serta pola kerjasama yang selama ini dilakukan oleh PDAM Tirtanadi dengan perusahaan swasta maupun asing yang merupakan bentuk alternatif dari privatisasi air.

Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk melihat kesiapan Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi menghadapi privatisasi air secara global yang akan terlaksana bersamaan dengan dibukanya globalisasi 2015. Selain itu juga untuk mengetahui pola hubungan kerja sama yang selama ini dijalin oleh pihak Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi dengan pihak lain yang merupakan bentuk alternatif privatisasi air. Untuk itu digunakan metode penelitian eksplorasi kemudian diinterpretasikan dalam bentuk penulisan deskriptif yang menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun populasi dari penelitian ini adalah seluruh pegawai pada kantor pusat PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara dengan metode pengambilan sampel purposive sampling dengan 10 responden dengan rincian 7 informan biasa dan 3 informan kunci.

Adapun hasil yang di dapatkan dari penelitian lapangan adalah bahwa telah dilakukannya bentuk alternatif privatisasi air oleh PDAM Tirtanadi dengan model Kepemilikan Publik – Umum (PuPs) yang lebih dikenal dengan istilah Partneship sejak tahun 1999 melalui pola kerjasama manajerial (KSM) dan kerjasama operasional (KSO). Dan melalui kerjasama tersebut, keuangan PDAM Tirtanadi meningkat setiap tahunnya sehingga pelayanan publik dapat terlaksana dengan lebih baik didukung dengan berbagai inovasi yang dilakukan oleh PDAM Tirtanadi untuk dapat mempermudah akses masyarakat ke air melalui penerapan prinsip Good Corporate Governance . Disamping itu Sumber Daya Manusia PDAM Tirtanadi adalah orang-orang yang berkompeten yang dipilih melalui sistem seleksi administratif ketat yang juga didukung dengan adanya pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan secara rutin dan terjadwal setiap tahun untuk meningkatkan kinerja pegawai PDAM Tirtanadi. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa PDAM Tirtanadi telah siap menghadapi privatisasi air global yang akan terlaksana tahun 2015 kelak.


(12)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh : Nama : ANNISA NINDITHA

NIM : 040903070

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Kesiapan Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Menghadapi Privatisasi Air

Medan, 15 Maret 2008

Pembimbing Ketua Departemen

(Dr. Asimayanty Siahaan, MA) (Dr. Marlon Sihombing, MA)

NIP : 131 762 347 NIP : 131 568 391

Dekan

(Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA) NIP : 131 757 010


(13)

ABSTRAK

Kesiapan Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Menghadapi Privatisasi Air oleh Annisa Ninditha. Pembimbing Dr. Asimayanty Siahaan, MA.

Privatisasi merupakan bias dari tuntutan globalisasi yang notabene adalah produk Neoliberalisme yang kini tidak hanya bermakna pada penjualan aset semata namun telah berkembang pada berbagai sektor esensial seperti air dengan tujuan untuk mempermudah akses masyarakat ke air yang sejalan dengan MDGs berupaya mengurangi setengah dari proporsi populasi yang tidak memiliki akses ke air minum bersih serta sanitasi memadai. Di Indonesia, selain masalah air secara global Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi juga mengalami masalah dalam upaya pembiayaan pelayanan publiknya sehingga diambil jalan keluar dengan membuka peluang investasi bagi pihak swasta melalui pola kerjasama yang kini di dukung dengan adanya UU No. 7 Tahun 2004 dan PP No. 16 Tahun 2005. Untuk itu penulis tertarik untuk mengetahui siapkah PDAM Tirtanadi menuju privatisasi air yang akan dilihat melalui telaah pada sumber daya manusia, kemampuan keuangan, serta pelayanan publik berkualitas sebagai indikator kesiapan privatisasi air dari sisi intern perusahaan serta pola kerjasama yang selama ini dilakukan oleh PDAM Tirtanadi dengan perusahaan swasta maupun asing yang merupakan bentuk alternatif dari privatisasi air.

Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk melihat kesiapan Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi menghadapi privatisasi air secara global yang akan terlaksana bersamaan dengan dibukanya globalisasi 2015. Selain itu juga untuk mengetahui pola hubungan kerja sama yang selama ini dijalin oleh pihak Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi dengan pihak lain yang merupakan bentuk alternatif privatisasi air. Untuk itu digunakan metode penelitian eksplorasi kemudian diinterpretasikan dalam bentuk penulisan deskriptif yang menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun populasi dari penelitian ini adalah seluruh pegawai pada kantor pusat PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara dengan metode pengambilan sampel purposive sampling dengan 10 responden dengan rincian 7 informan biasa dan 3 informan kunci.

Adapun hasil yang di dapatkan dari penelitian lapangan adalah bahwa telah dilakukannya bentuk alternatif privatisasi air oleh PDAM Tirtanadi dengan model Kepemilikan Publik – Umum (PuPs) yang lebih dikenal dengan istilah Partneship sejak tahun 1999 melalui pola kerjasama manajerial (KSM) dan kerjasama operasional (KSO). Dan melalui kerjasama tersebut, keuangan PDAM Tirtanadi meningkat setiap tahunnya sehingga pelayanan publik dapat terlaksana dengan lebih baik didukung dengan berbagai inovasi yang dilakukan oleh PDAM Tirtanadi untuk dapat mempermudah akses masyarakat ke air melalui penerapan prinsip Good Corporate Governance . Disamping itu Sumber Daya Manusia PDAM Tirtanadi adalah orang-orang yang berkompeten yang dipilih melalui sistem seleksi administratif ketat yang juga didukung dengan adanya pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan secara rutin dan terjadwal setiap tahun untuk meningkatkan kinerja pegawai PDAM Tirtanadi. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa PDAM Tirtanadi telah siap menghadapi privatisasi air global yang akan terlaksana tahun 2015 kelak.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Globalisasi yang akan dimulai secara terbuka pada tahun 2015 kelak ternyata sejak dini telah menyita perhatian berbagai Negara di dunia. Globalisasi yang erat kaitannya dengan upaya eksistensi suatu Negara dalam hubungan dan serta perdagangan Internasional tersebut tidak terlepas dari kematangan perekonomian suatu Negara, karena dengan kuatnya pondasi ekonomi di suatu Negara maka keberadaan pihak swasta dan asing tidak akan menjadi kendala yang besar bahkan dapat dijadikan sebagai kekuatan. Selain itu karena globalisasi juga akan bersentuhan langsung dengan sendi-sendi kehidupan masyarakat maka peran dari Perusahaan Daerah sebagai pengelola tunggal sumber sendi kehidupan masyarakat daerah yang berhubungan langsung dengan peningkatan pembangunan daerah tentunya akan lebih dioptimalkan agar tidak terjadi penguasaan oleh pihak swasta maupun asing yang disebabkan oleh ketidakmampuan Perusahaan Daerah untuk bersaing.

Isu globalisasi yang menerpa Perusahaan Daerah menuntut agar perusahaan yang sahamnya sepenuhnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah ini untuk mampu bersaing secara sehat dengan Perusahaan swasta atau asing, bahkan menjadikan perusahaan swasta dan asing sebagai rekan bisnis, dimana sebagai mata tombaknya adalah pelayanan publik berkualitas yang didasarkan atas unsur


(15)

Good Corporate Governance ini semakin kuat gaungnya dengan adanya konsep privatisasi yang merupakan bias dari globalisasi itu sendiri.

Privatisasi sendiri merupakan produk dari Negara Barat yang tidak terlepas dari adanya tuntutan globalisasi serta adanya liberalisasi perdagangan Internasional. Berdasarkan pada teori Neoliberalisme yang mana salah satu poin dalam Structural Adjusment Programmenya (SAP) terdapat unsur privatisasi dan deregulasi pada Perusahaan milik Pemerintah yang bertujuan untuk menghidupkan perekonomian Negara dengan cara melakukan sentralisasi pengolahan sumber-sumber penerimaan Negara di tangan pemerintah pusat dan memfasilitasi usaha-usaha besar dan konglomerasi sebagai lokomotif pembangunan. Dimana lokomotif pembangunan itu dapat diartikan sebagai motor penggerak pembangunan. Lebih jauh motor penggerak pembangunan adalah pemilik modal yang mampu memfasilitasi biaya pembangunan. Privatisasi pada Kamus Perdagangan Internasional berarti suatu kebijakan yang ditempuh oleh suatu pemerintah dengan mengalihkan kepemilikan Badan Usaha Milik Pemerintah kepada swasta dalam rangka liberalisasi, efisiensi dan pengembangan kegiatan dunia usaha.

Privatisasi kemudian berkembang pada penerapan privatisasi pada aset apa saja terutama aset layanan esensial yang selama ini dimonopoli oleh Perusahaan Milik Pemerintah seperti tanah, jalan atau bahkan air. Berdasarkan konsep Management Development Goals (MDGs) yang merupakan sebuah arahan untuk mencapai perkembangan millennium yang wajib diikuti oleh seluruh Negara di dunia, konsep Privatisasi Air sebenarnya dapat diterima karena salah satu tujuan


(16)

dari privatisasi air itu sendiri adalah untuk mempermudah akses masyarakat ke air sebagai kebutuhan vital.

MDGs sendiri berisikan 8 (delapan) fokus tujuan pembangunan millennium, beserta target dan indikatornya masing-masing, disertai dengan strategi dan variabel pendukung lainnya. Salah satu dari 8 (delapan) buah fokus tujuan pembangunan millennium dalam MDGs berdasarkan UNDP/ United Nations Development Programme (2007) tersebut adalah menjamin pelestarian/ kelangsungan lingkungan hidup yang salah satu targetnya adalah pada tahun 2015 mengurangi setengah dari proporsi populasi yang tidak memiliki akses air minum yang bersih dan keperluan sanitasi dasar secara konsisten dengan indikator proporsi dari populasi yang memiliki akses sumber air yang konsisten dan lebih baik (WHO/UNICEF) serta proporsi dari populasi yang memiliki akses untuk sanitasi yang lebih baik.

Pelaksanaan privatisasi air juga didukung dengan berbagai masalah global yang menyangkut kebutuhan manusia yang paling esensial ini. Air di wilayah Asia Tenggara merupakan air dengan kualitas terendah yang semakin buruk seiring dengan kerusakan lingkungan hidup yang semakin menukik tajam. Lingkungan alam yang semakin buruk yang disebabkan oleh penebangan liar, meningkatnya jumlah kendaran yang beroperasi setiap hari, penggunaan Air Conditioner, efek rumah kaca dan lain sebagainya mengakibatkan pemanasan global sehingga bermuara kepada penipisan ozon yang menyebabkan semakin rendahnya kualitas air di Wilayah Asia Tenggara ditambah dengan minimnya kuantitas air karena air tanah yang berkurang secara drastis. Keadaan inilah yang mendukung privatisasi air pada negara-negara yang mengalami kesulitan untuk


(17)

memenuhi kebutuhan masyarakat akan air. Karena melalui privatisasi air, penyaluran air yang berkualitas dengan kuantitas yang memadai dan mudah diakses akan dapat dilaksanakan dengan bantuan kerjasama dengan pihak swasta (Http://www.inwater.com, 14 Agustus 2007).

Masalah global tersebut kemudian semakin kompleks di Indonesia. Pada Perusahaan Air Milik Daerah Sumatera Utara Tirtanadi dimana selain kendala alam, alat-alat operasional juga sudah tidak layak pakai dan di sisi lainnya di bidang finansial Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi mengalami kesulitan karena tidak pernah mendapatkan subsidi dari pemerintah dan bahkan apabila Perusahaan mengalami keuntungan, Perusahaan diwajibkan untuk menyetor kepada Pemerintah Daerah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah sehingga untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat pun terkendala karena perusahaan tidak memiliki dana cukup besar untuk merehabilitasi alat operasional serta untuk menjangkau daerah lainnya walaupun Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi tergolong kepada Perusahaan Daerah Air Minum yang sehat (wawancara pra penelitian, Kepala Divisi Penelitian dan Pengembangan, 18 September 2007).

Jalan keluar yang ditempuh oleh Perusahaan Derah Air Minum Tirtanadi salah satunya untuk dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat serta untuk menjangkau wilayah lainnya adalah dengan memberikan peluang kepada pihak swasta maupun asing yang ingin turut mengelola sektor air di Indonesia dengan jalan melakukan kerjasama dengan pihak Perusahaan Air Minum Daerah lainnya maupun dengan pihak swasta. Dan peluang bagi pihak swasta ini pun disahkan dengan adanya Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air serta


(18)

Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (wawancara pra penelitian, Kepala Divisi Penelitian dan Pengembangan 18 September 2007).

Kontroversi timbul, Undang-Undang serta Peraturan Pemerintah tersebut berkembang menjadi dasar untuk melakukan privatisasi air di Indonesia sehingga privatisasi air sendiri di Indonesia seperti memiliki dua sisi yang bertentangan. Seiring dengan perkembangan tuntutan globalisasi makna dari privatisasi itu sendiri tidak hanya terbatas pada penjualan saham semata, tetapi dengan memberikan kesempatan pada pihak swasta turut serta mengelola suatu sektor esensial juga merupakan bentuk lain dari privatisasi. Di sisi lainnya, pemerintah membantah bahwa Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 serta Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 bukanlah suatu hukum yang mengesahkan adanya privatisasi air di Indonesia karena bagaimana pun pihak swasta hanya sebagai pemegang modal ataupun sebagai distributor ke masyarakat sedangkan bahan baku airnya tetap dikuasai oleh pemerintah.

Di lain pihak para kritikus dan aktivis ekonomi serta Hak Azasi Manusia turut menentang privatisasi air karena dianggap privatisasi bukan jalan keluar untuk meningkatkan kualitas Perusahaan Milik Pemerintah bahkan hanya akan semakin mempersulit keadaan ekonomi Indonesia dan Perusahaan Milik Negara karena kemungkinan tidak ada lagi jaminan dari negara untuk menyediakan air bersih bagi warganya. Hal ini jelas bertentangan dengan International Convenant on Economic, Social and Cultural Rights yang disahkan pada November 2002 yang menegaskan bahwa air adalah hak asasi manusia dan negara memiliki kewajiban untuk menghargai, melindungi, dan memenuhi kebutuhan rakyatnya.


(19)

Konvensi ini juga menyebutkan bahwa hak atas air adalah prasyarat dari pemenuhan hak asasi yang lain (Http://www.kompas.com, 2 September 2007).

Namun, disamping itu semua dengan adanya Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tersebut yang membuka peluang privatisasi air, berarti akan semakin besar persaingan atau pun kesempatan kerjasama antara Perusahaan Daerah dengan Perusahan swasta. Karena dengan membuka peluang privatisasi air akan membuat menjamurnya perusahaan operator air minum swasta di Indonesia. Tetapi kehadiran perusahaan swasta dan asing tersebut malah dapat dijadikan Perusahaan Pemerintah sebagai rekan bisnis strategis bila dapat terjalin hubungan yang simbiosis mutualisme di masa privatisasi air global kelak.

Hal ini menjadi menarik karena adanya sisi kontroversial dari pelaksanaan privatisasi air di Indonesia yang disertai dengan adanya kendala-kendala yang terjadi pada intern Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi. Untuk itu penulis tertarik untuk mengetahui siapkah PDAM Tirtanadi menuju privatisasi air yang akan dilihat melalui telaah pada sumber daya manusia, kemampuan keuangan, serta pelayanan publik berkualitas sebagai indikator kesiapan privatisasi air serta pola Kerjasama yang selama ini dilakukan oleh PDAM Tirtanadi dengan perusahaan swasta maupun asing karena hubungan yang dibina oleh PDAM Tirtandi tersebut dengan pihak swasta juga merupakan bentuk lain dari privatisasi air. Dengan ketertarikan akan masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Siapkah PDAM Tirtanadi menghadapi Privatisasi Air” yang mana akan dilihat melalui sisi intern Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara.


(20)

I.2 PERUMUSAN MASALAH

Untuk dapat mempermudah penelitian ini nantinya, dan agar penelitian ini memiliki arah yang jelas dalam menginterpretasikan fakta dan data ke dalam penulisan skripsi, maka terlebih dahulu di rumuskan permasalahan yang akan diteliti.

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka dapat di rumuskan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah “Siapkah Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi menghadapi Privatisasi Air?”

I.3 TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan yang diharapkan oleh penulis melalui penelitian ini adalah : 1. Untuk melihat kesiapan Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi

menghadapi privatisasi air;

2. Mengetahui pola hubungan kerja sama yang selama ini dijalin oleh pihak Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi dengan pihak lain.

I.4 MANFAAT PENELITIAN

Disamping tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini maka suatu penelitian harus memiliki manfaat yang jelas. Adapun manfaat yang hendak dicapai oleh penulis dari penelitian ini antara lain adalah :

1. Bagi penulis khususnya, penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan menulis karya ilmiah terutama dalam menganalisa permasalahan yang terjadi di masyarakat yang ada hubungannya dengan teori akademis.


(21)

2. Bagi instansi terkait, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah kesiapan PDAM Tirtanadi menghadapi privatisasi air.

3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan akan mampu menyumbang khazanah ilmiah dan kepustakaan baru dalam penelitian-penelitian ilmu sosial. 4. Bagi Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk melengkapi ragam penelitian yang telah dilakukan oleh para mahasiswa serta dapat menjadi bahan masukan bagi fakultas dan menjadi salah satu referensi tambahan bagi mahasiswa/mahasiswi di masa mendatang.

5. Bagi mahasiswa/mahasiswi Ilmu Sosial penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menjadi bahan telaah dan menambah pengetahuan dalam studi Ilmu Sosial pada umumnya dan studi Ilmu Administrasi Negara pada khususnya.

I.5 KERANGKA TEORI

Seperti yang dikemukakan oleh Nawawi Hadari (1992 : 149) dalam suatu studi penelitian perlu ada kejelasan titik tolak atau landasan berfikir untuk memecahkan dan membahas masalah. Untuk itu perlu disusun suatu kerangka teori sebagai pedoman yang menggambarkan dari sudut mana masalah tersebut disorot.

Menurut Singarimbun (1989 : 37), teori diartikan sebagai serangkaian konsep, definisi, preposisi, yang saling berkaitan dan bertujuan memberikan gambaran yang sistematis tentang suatu fenomena, maka adapun yang menjadi kerangka teori dari penelitian ini adalah :


(22)

I.5.1 PRIVATISASI AIR

Privatisasi pada dasarnya merupakan produk dari Negara Barat, dimana dikenal melalui teori Neoliberalisme yang dipelopori oleh Adam Smith. Neoliberalisme menyatakan bahwa pendorong utama kembalinya kekuatan kekuasaan pasar adalah privatisasi aktivitas-aktivitas ekonomi, terlebih pada usaha-usaha industri yang dimiliki-dikelola pemerintah. Privatisasi (istilah lain: denasionalisasi) adalah proses pengalihan kepemilikan dari milik umum menjadi milik pribadi. Privatisasi sering diasosiasikan dengan perusahaan berorientasi jasa atau industri, seperti pertambangan, manufaktur atau energi, meski dapat pula diterapkan pada aset apa saja, seperti tanah, jalan, atau bahkan air.

Pada dasarnya, privatisasi diharapkan akan menjadi jalan untuk efisiensi perusahaan, menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan, mendukung transfer teknologi, mempermudah akses pasar global, mendorong budaya kerja, meningkatkan kualitas barang dan jasa serta meningkatkan iklim kompetisi usaha. Disamping itu hakikat dari privatisasi adalah menciptakan iklim ekonomi persaingan bebas. Dengan kata lain agenda privatisasi sesungguhnya lebih dimaksud sebagai usaha untuk menata ulang struktur ekonomi suatu negara guna melicinkan jalan bagi agenda neoliberal global sebagai jaminan keamanan bagi investasi mereka di Negara-negara tempat tujuan investasi mereka di masa yang akan datang (http://www.wikipedia.com, 17 November 2007 ).

Privatisasi sendiri tidak terlepas dari adanya upaya utuk melakukan peningkatan pelayanan publik oleh pemerintah. Dimana pengertian pelayanan publik berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 tahun 2003 adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh


(23)

penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan Pamudji (1990 : 89) menyatakan bahwa pelayanan publik adalah bentuk perbuatan yang dilakukan pemerintah kepada masyarakatnya untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat dengan tujuan mencapai kesejahteraan warga Negara. Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pelayanan publik adalah pelayanan umum yaitu perbuatan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan tuntutan masyarakat.

Privatisasi yang memfokuskan pada perusahaan yang berorientasi pada jasa atau industri dan tidak terkecuali pada tanah, jalan, atau bahkan air dan yang sangat berhubungan erat dengan pelayanan publik seirama dengan yang dinyatakan oleh Ilo ( Kumorotomo : 1992 : 87) bahwa ada 2 elemen kebutuhan pokok masyarakat yang menjadi fokus pelayanan publik oleh pemerintah yaitu : a. Persyaratan minimal keluarga untuk konsumsi sendiri antara lain terdiri dari

kebutuhan pangan, pakaian, dan perlindungan.

b. Layanan esensial adalah layanan yang mendasar yang sebagian besar disediakan untuk masyarakat seperti air minum, sanitasi, transportasi umum, fasilitas kesehatan dan pendidikan.

Disamping itu privatisasi juga tidak terlepas dari upaya untuk menciptakan iklim pelayanan publik berkualitas yang di dalamnya terdapat unsur Good Corporate Governance. World Bank memberikan definisi Good Corporate Governance sebagai suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi baik


(24)

secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha di dalam suatu perusahaan.

Dengan dalih upaya peningkatan pelayanan publik di perusahan milik Negara dan daerah pemerintah Indonesia pun kemudian mengesahkan Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005. Yang mana di dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 dapat dilihat pengertian dari Privatisasi Air di Indonesia secara tersirat. Pengertian tersebut dapat dilihat melalui Pasal 40 ayat (4) yang menyatakan bahwa Koperasi, Badan Usaha Swasta, dan masyarakat dapat berperan serta dalam penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum. Disamping itu, sebagai peraturan pendukung dari Undang-Undang No. 7/ 2004 tersebut pemerintah membuat Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 yang juga menyiratkan akan privatisasi air. Pada pasal 64 ayat (4) PP No. 16/ 2005 yang menyebutkan bahwa (1) Badan Usaha Swasta dan Koperasi dapat berperan serta dalam penyelenggaraan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) pada daerah, wilayah atau kawasan yang belum terjangkau pelayanan BUMD/BUMN. Selanjutnya pada ayat (3) pasal yang sama disebutkan pelibatan Koperasi dan Badan Usaha Swasta dilakukan berdasarkan prinsip persaingan yang sehat melalui proses pelelangan. Kemudian ayat (4) menyebutkan pelelangan mencakup seluruh atau sebagian tahapan penyelenggaraan pengembangan. Dari kedua dasar hukum tersebut dapat dilihat secara jelas bahwa pemerintah Indonesia membuka peluang bagi pihak swasta untuk turut serta mengelola sektor air di Indonesia bersama perusahaan Negara maupun Daerah Indonesia. Dan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.


(25)

294/PRT/M/2005 tentang Badan Pendukung SPAM menambah penekanan atas disahkannya Privatisasi Air di Indonesia karena pada Bab I Ketentuan Umum pasal 1 ayat (4) menyatakan bahwa Penyelenggara pengembangan SPAM yang selanjutnya disebut Penyelenggara adalah Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, Koperasi, Badan Usaha Swasta, dan/ atau kelompok masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.

Berdasarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tersebut Privatisasi Air juga bermakna adanya pengusahaan sumber daya air. Pengusahaan sumber daya air merupakan salah satu lingkup dari pendayagunaan sumber daya air, dengan maksud sebagai suatu upaya pemanfaatan sumber daya air untuk tujuan usaha dan atau menunjang kegiatan usaha. Istilah usaha dimaksudkan untuk menggolongkan pemanfaatan sumber daya air sebagai salah satu unsur utama, media utama, atau sebagai bahan baku dalam suatu kegiatan usaha, sedang pengertian “menunjang kegiatan usaha” adalah pemanfaatan sumber daya air sebagai media atau bahan pembantu dalam suatu kegiatan usaha atau proses produksi. Dalam hal ini istilah “komersial” tidak dikenal dalam RUU SDA. Hal ini disebabkan oleh peran pengusahaan ini hanya sebatas pada penggunaan air di suatu lokasi tertentu, pemanfaatan wadah air pada suatu lokasi tertentu, dan atau pemanfaatan daya air pada suatu lokasi tertentu sesuai persyaratan yang ditentukan dalam perizinan.

Pada dasarnya ada dua model dari privatisasi air, model itu dikenal dengan sebutan “Model Belanda” serta “Model Perancis” (Http://www.jubileesouth.org, 21 Juli 2007). Dikatakan Model Belanda adalah karena melalui privatisasi air, perusahaan menjual semua asset yang ada termasuk di dalamnya air, jaringan


(26)

sanitasi, perawatan tanaman hijau dan lain sebagainya dan tak terkecuali asset untuk kegiatan operasional. Sedangkan Model Perancis, asset sepenuhnya tetap dimiliki oleh Negara disamping peran swasta dalam bidang pembiayaan. Dan untuk menjaga asset publik dalam pelaksanaan operasional, ada tiga tipe utama yang dapat diterapkan yaitu (http://www1.worldbank.org, 21 Juli 2007) :

1. Kontrak Manajemen (Management Contract)

Di bawah operator milik swasta sangat memungkinkan untuk melaksanakan tipe ini, tujuan utamanya adalah untuk mengumpulkan dana (biasanya dalam hubungannya dengan hasil kerja). Investasi pada tipe ini biasanya untuk dipergunakan pendanaan dan dikelola oleh sektor publik, tapi dalam pengimplementasiannya dapat didelegasikan seluruhnya kepada pihak swasta.

2. Kontrak Sewa (Lease Contract)

Tipe ini, asset yang ada pada Perusahaan operator publik disewakan kepada Perusahaan swasta, yang mana pembayaran untuk sewa dilakukan sejak pengguna pertama. Investasi pada tipe ini biasanya untuk dipergunakan pendanaan dan dikelola oleh sektor publik, tapi dalam pengimplementasiannya dapat didelegasikan seluruhnya kepada pihak swasta.

3. Konsesi (Consession).

Suatu sistem dimana adanya suatu perjanjian kerja antara pemerintah dengan pihak swasta dalam bidang perencanaan dan investasi finansial. Perjanjian kerja ini ditentukan dalam periode waktu tertentu


(27)

yang biasanya berkisar antara 20 (dua puluh) sampai 30 (tiga puluh) tahun kedepannya.

Konsesi adalah bentuk yang paling lazim diterapkan dalam Privatisasi Air terutama bentuk Konsesi BOT (Build-Operate-Transfer). Bentuk kontrak BOT sering dipergunakan karena bentuk ini mengoptimalkan kerja dari Perusahaan Publik yang menjadi operator air. Karena dalam BOT peran swasta disamping sebagai investor, juga dapat berperan mengoperasikan serta ikut serta dalam kegiatan operasional dan manajerial operator publik. Sehingga Perusahaan Operator Publik dapat memberikan pelayanan yang lebih berkualitas pada masyarakat.

Sedangkan untuk pelaksanaan privatisasi air ada 5 (lima) alasan yang dapat dikemukakan (www.wikipedia.com, 17 November 2007), antara lain :

1. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas air di suatu daerah/ wilayah; 2. Kebutuhan investasi untuk membiayai kegiatan operasional;

3. Memenuhi kebutuhan yang bersifat teknis; 4. Berkonsentrasi kepada keefisiensian; 5. Keuntungan.

Di Indonesia sendiri, walaupun sektor swasta telah menjadi bagian dari penyediaan air di Indonesia sejak Tahun 1993, tetapi tidak berarti bahwa penyediaan air di Indonesia menjadi membaik. Dengan melihat keadaan Perusahaan Daerah Air Minum yang membina kerjasama dengan pihak swasta, tidak menunjukkan kenyataan bahwa privatisasi atau bahkan partisipasi sektor swasta (Public Sector Participation) dapat meningkatkan kinerja Perusahaan Derah Air Minumnya. Oleh karena itu, mencari jalan alternatif dalam privatisasi


(28)

air di Indonesia adalah langkah yang harus diperhatikan. Beberapa bentuk alternatif yang dapat dilaksanakan untuk Privatisasi Air yaitu (Http://www.tni.org, 21 Juli 2007) :

1. Manajemen Publik dengan Kontrol Keras dari Masyarakat

Banyak kelemahan dalam penyediaan air yang dilakukan oleh pemerintah, ini merupakan suatu sinyal bahwa hal ini disebabkan oleh lemahnya kontrol dari masyarakat terhadap pemerintah. Oleh karena itu, di beberapa wilayah sudah mulai dikembangkan model penyediaan air perkotaan untuk publik dengan berdasarkan pada kontrol yang besar dari masyarakat. Sebagai contoh, model ini sudah diterapkan di Cape Town, Afrika Selatan dan juga Perkumpulan Kemitraan Publik di Cochabamba Bolivia. Di Indonesia, model ini sangat mungkin diterapkan. Dalam grafik kelembagaan pada Perusahaan Daerah Air Minum biasanya disertakan Badan pengawas yang mana salah satu pesertanya adalah masyarakat sendiri. Sayangnya, mekanisme ini tidak ada atau malah tidak digunakan dengan sebaik-baiknya oleh masyarakat.

2. Kepemilikan dan Manajemen

Model ini juga dikenal sebagai fragmentasi fungsional. Di fragmentasi fungsional ini, Pemerintah Daerah hanya membatasi tanggung jawab, dimana fungsi dasar dari pelayanan ini dilaksanakan oleh agen lokal yang mandiri. Satu karakteristik dari fragmentasi fungsional ini yang sepenuhnya sudah diterapkan adalah pemberian pelayanan yang sudah terpisah jauh dari pengaruh politik. Pemberi pelayanan ini harus punya tanggung jawab total untuk persoalan pembiayaan dan penyaluran


(29)

pelayanan. Melalui model ini, dana yang dikumpulkan oleh Perusahaan Daerah Air Mimum itu sendiri akan menjadi dana intern perusahaan, dan pandapatan ini dipergunakan untuk kepentingan Perusahaan Daerah air Minum itu sendiri. Di Indonesia, walaupun Perusahaan Daerah Air Minum sudah memiliki Perusahaan cabang, dalam pelaksanaannya dana yang didapatkan oleh Perusahaan Daerah Air Minum menjadi dana umum yang dapat dipergunakan untuk berbagai tuntutan yang menjadi permintaan dari Pemerintah Daerah sebagai pemilik dari Perusahaan Daerah Air Minum. 3. Kemitraan Negara – Umum (PuPs)

Model ini secara luas dikampanyekan oleh kelompok-kelompok Non Government Organization (NGO) sebagai pilihan untuk Privatisasi Air. Banyak laporan menyatakan bahwa model PuPs ini sudah dipegang oleh Indonesia sejak lama. Contoh konkritnya adalah dimana PDAM Tirtanadi Medan telah melakukan kerjasama dengan beberapa PDAM lain di beberapa tempat yang berada di provinsi Sumatera Utara lewat Kerjasama Operasional dan Kemitraan Pimpinan. Pada 17 Juli 1999, PDAM Tirtanadi telah menandatangani perjanjian kemitraan antara PDAM Tirtanadi dengan beberapa PDAM di wilayah Deli Serdang, Simalungun, Toba Samosir, Mandailing Natal, Tapanuli Tengah, Nias dan Tapanuli Selatan. Kerjasama Operasional ini akan dikelola selama 25 tahun kedepannya. Bentuk lain dari kemitraan diantara PDAM Tirtanadi dan PDAM lain di berbagai tempat di Provinsi Sumatera Utara adalah Kemitraan Pimpinan seperti yang dilaksanakan dengan PDAM di Labuhan


(30)

Batu dan Dairi. Selain itu ada pula bentuk Kerjasama yang dilakukan oleh PDAM Tirtanadi Medan dengan pihak swasta asing.

4. Himpunan Kerjasama Umum

Pada dasarnya, model ini juga merupakan bagian dari model PuPs. Model jenis ini dilaksanakan oleeh PDAM di Solo (Jawa Tengah), dimana PDAM Solo membuat prasarana untuk persediaan air bersih mereka kepada masyarakat dalam bentuk hidran air, lalu masyarakat mengelola hidran itu secara besar-besaran. Model ini cukup bermanfaat untuk menolong masyarakat dalam upaya mendapatkan akses untuk air bersih. Maka dapat dibedakan bentuk-bentuk alternatif privatisasi air tersebut melalui ciri-ciri utama pelaksanaan privatisasi air tersebut yaitu :


(31)

(32)

Baratha Wiriantomo (Http://www.bpkp.go.id, 2 Juli 2007), menyatakan bahwa Perusahaan Milik Pemerintah yang berkutat di dalam wilayah pelayanan publik esensial harus siap untuk privatisasi mengingat semakin besarnya persaingan di era globalisasi. Setidaknya ada 3 (tiga) sisi yang harus dipenuhi oleh Perusahaan Milik Pemerintah untuk privatisasi antara lain adalah :

1. Pelayanan Publik Berkualitas : Paradigma baru pelayanan publik saat ini telah berorientasi kepada pengguna layanan/ warganegara/ masyarakat, dimana standar pelayanan disusun dan ditetapkan dengan mengakomodir kebutuhan dan harapan pengguna layanan sehingga ukuran keberhasilan pelayanan ditentukan juga oleh kepuasan pengguna layanan. Standar pelayanan yang lazim disebut sebagai citizen’s charter ini merupakan ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan pengguna layanan sehingga harus dipublikasikan secara luas agar pengguna layanan mengetahui informasi yang terkait dengan pelayanan yang diperlukan dengan kata lain Perusahaan Milik Negara harus menerapkan standar yang tinggi dalam hal responsibilitas terhadap pengguna layanan dan menerapkan prinsip ekonomis untuk pengenaan biaya pelayanan umum.

2. Penerapan Good Corporate Governance : penerapan Good Corporate Governance dalam Perusahaan Milik pemerintah merupakan harga mati. Penerapan Good Corporate Governance berpengaruh besar terhadap kestabilan kesinambungan kehidupan perusahaan dan kaitannya dengan pelayanan publik. Agenda penerapan Good Corporate Governance adalah untuk meningkatkan kinerja perusahaan, oleh karena itu untuk


(33)

menjalankan pekerjaan pemerintahan perusahaan yang baik dan bersih berdasarkan atas ketentuan hukum yang berlaku agar tidak terjadi penyimpangan atau penyelewengan alam pelaksanaan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat maka Perusahaan Milik Pemerintah harus menerapkan paling tidak 4 (empat) prinsip Good Corporate Governance yaitu akuntabilitas, transparansi, efektif dan efisien.

3. Kesiapan Intern Perusahaan : Perusahaan Milik Pemerintah yang akan diprivatisasi harus siap dari sisi intern perusahaan itu sendiri. Kesiapan dari sisi intern perusahaan berguna untuk membangun pilar-pilar kokoh perusahaan agar mampu bersaing dengan pihak ekstern. Kesiapan dari sisi intern ini setidaknya ada 2 (dua) sisi yang harus dipenuhi antara lain adalah kemampuan untuk pembiayaan kesinambungan perusahaan dan pelayanan publik secara mandiri, disamping pembekalan sumber daya manusia untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkompeten dan berkualitas untuk membangun perusahaan baik sisi teknis maupun administratif.

Oleh karena itu ada suatu ketertarikan untuk mengupas masalah privatisasi air ini, dimana walaupun pengusahaan sumber daya air tersebut tampaknya sangat pro masyarakat dan badan usaha milik Negara dan daerah sebagai pengelola sektor air tunggal tampaknya hal tersebut tidak berjalan se-ideal dalam teoritis. Di dalam pasal 37 ayat (3) PP No. 16 Tahun 2005 disebutkan bahwa diperbolehkan keterlibatan badan usaha swasta dan atau koperasi atas BUMN/BUMD yang tidak dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan didaerah layanannya. Berdasarkan atas Peraturan Pemerintah tersebut maka perusahaan asing dapat


(34)

memasuki intern Perusahaan Air Milik Negara atau daerah yang tidak dapat memenuhi syarat kualitas dan kuantitas pelayanan publik. Dan hal tersebut sama saja berarti akan ada pelimpahan pengelolaan sektor air milik Negara dan Daerah kepada pihak swasta demi meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik.

Dan untuk menjaga agar tidak terjadi penguasaan sektor air oleh pihak swasta maka Perusahaan Air Milik Daerah khususnya haruslah merupakan perusahaan yang kompetitif dan siap bersaing dengan menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance maupun pelayanan publik. Karena pihak swasta yang nantinya akan menjadi pengusaha sektor air merupakan perusahaan multinasional yang artinya perusahaan asing seperti IMF, Bank Dunia atau seperti Bank Pembangunan Asia (ADB) lah yang akan menjadi pemegang kekuasaan karena privatisasi air sendiri di Indonesia bisa dikatakan merupakan produk dari Negara Barat, dan untuk bersaing dengan perusahaan raksasa seperti mereka, perusahaan air milik Negara harus siap secara matang dalam bidang sumber daya manusia, finansial, manajerial dan dalam hubungan kerjasama dengan pihak ketiga.

Di Indonesia seperti halnya yang terjadi pada PDAM Tirtanadi, yang mana kepemilikan sepenuhnya ada Pemerintah Daerah, Pemerintah Daerah telah membuka peluang untuk sektor swasta dalam mengelola sektor air walaupun bahan baku air tetap dimiliki sepenuhnya oleh Pemerintah Daerah dimana Pemerintah Daerah memiliki hak untuk menentukan Perusahaan Swasta tersebut layak atau tidak untuk mengelola air di daerah. Disamping itu juga telah jelas adanya bahwa selama ini PDAM Tirtanadi sendiri juga telah melaksanakan salah satu bentuk dari Privatisasi Air itu sendiri yaitu melalui bentuk Kerjasama


(35)

Manajerial dan bentuk kemitraan lainnya dengan bentuk Kemitraan Umum dan publik (PuPs). Namun, PDAM Tirtanadi sendiri tidak menyadari bahwa selama ini kerjasama yang selama ini mereka lakukan adalah bentuk lain dari Privatisasi Air sehingga mereka juga tidak menyadari bahwa pengesahan Privatisasi Air sudah diambang mata (wawancara pra penelitian, Kepala Divisi Penelitian dan Pengembangan, 18 September 2007). Untuk itu, sangatlah layak apabila PDAM Tirtanadi sebagai sebuah Perusahaan Air Milik Negara memulai langkah persiapan menuju privatisasi air.

I.6 DEFINISI KONSEP

Menurut Effendi, konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu (Singarimbun, 1989 : 480).

Untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang diteliti, maka dalam hal ini penulis mengemukakan definisi dari konsep yang dipergunakan, yaitu :

1. Privatisasi Air yaitu suatu perubahan yang terjadi pada bentuk Perusahaan Milik Pemerintah dengan diberikannya kesempatan kepada pihak koperasi, swasta ataupun masyarakat untuk turut mengelola sektor air disamping Perusahaan Air Milik Pemerintah yang bertujuan untuk menciptakan Perusahaan Pemerintah yang sehat, efektif dan efisien serta mampu bersaing dalam pasar global.


(36)

I.7 DEFENISI OPERASIONAL

Definisi operasional adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel sehingga dalam pengukuran ini dapat diketahui indikator-indikator apa saja yang melekat dalam variabel sebagai pendukung untuk dianalisis ke dalam variabel tersebut.

Berikut ini indikator-indikator yang dipakai sebagai alat pengukur dari kesiapan PDAM Tirtanadi menghadapi Privatisasi Air.

a) Kemampuan Keuangan

Artinya adalah apakah dari sisi keuangan PDAM Tirtanadi telah siap dalam upaya menghadapi persaingan bisnis global privatisasi air.

b) Sumber daya manusia

Artinya adalah apakah ada usaha PDAM Tirtanadi dalam meningkatkan kemampuan sumber daya manusia yang ada dalam perusahaan Negara tersebut dalam upaya kesiapan mereka dalam rangka menuju privatisasi air global.

c) Pelayanan publik

Dalam artian apakah PDAM Tirtanadi melakukan upaya peningkatan pelayanan publik dalam menghadapi privatisasi air yang dapat dilihat melalui penerapan Good Corporate Governance.

d) Pola Hubungan Kerjasama

Pola hubungan kerja sama yang dimaksud adalah untuk mengetahui pola hubungan kerjasama yang dilaksanakan oleh PDAM Tirtanadi dengan Perusahaan Pemerintah, maupun pihak swasta lainnya. Disini yang akan dilihat apakah kerjasama tersebut mempengaruhi kesiapan PDAM Tirtanadi dalam upaya menghadapi privatisasi air.


(37)

I.8 SISTEMATIKA PENULISAN BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian serta kerangka teori, definisi konsep, definisi operasional dan sistematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan metode penelitian, populasi dan sampel serta teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian dimana peneliti melakukan penelitian.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini berisikan tentang penyajian data-data yang diperoleh selama berlangsungnya penelitian. Keseluruhan data-data yang diperoleh disajikan terlebih dahulu di dalam bab ini.

BAB V ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang kajian dan analisa data yang diperoleh dari lokasi penelitian.

BAB VI PENUTUP

Bab ini beisikan kesimpulan dan saran-saran dari hasil penelitian yang dilakukan.


(38)

BAB II

METODE PENELITIAN

II.1 BENTUK PENELITIAN

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode penelitian eksplorasi yaitu metode yang dipergunakan karena permasalahan belum dirumuskan disebabkan karena penelitian ini berbentuk penjelajahan atau belum begitu banyak informasi ataupun data dan lain sebagainya. Penelitian ini kemudian diinterpretasikan dalam bentuk penulisan deskriptif yang menggunakan pendekatan kualitatif. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nawawi (1990 : 64) bahwa metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi.

Dengan demikian penelitian ini menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan objek penelitian sesuai dengan kenyataan sebagaimana adanya dan mencoba menganalisa untuk memberikan kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.

II.2 LOKASI PENELITIAN

Lokasi penelitian ini dilakukan di kantor pusat Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi (PDAM) Provinsi Sumatera Utara yang bertempat di Jalan


(39)

II.3 POPULASI dan SAMPEL Populasi

Menurut Sugiono (2005 : 90) populasi adalah wilayah generalis yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Nazir (Ridwan : 2004 : 6) mengatakan bahwa populasi berkenaan dengan data, bukan orang atau benda. Selain itu Nawawi (Ridwan : 2004 : 6) menyebutkan bahwa populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif daripada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap. Sedangkan Ridwan dan Lestari (2004 : 6) mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian.

Dari pendapat para ahli tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dikatakan sebagai populasi adalah berupa objek maupun subjek yang ditentukan oleh peneliti dan berada pada suatu wilayah tertentu yang menjadi lokasi penelitian serta memenuhi syarat-syarat tertentu sesuai dengan konsep penelitian serta menjadi bahan kajian yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka peneliti menetapkan yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai kantor pusat PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara berjumlah 680 orang.

b. Sampel

Menurut Singarimbun (1989 : 53) sampel diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data yang sebenarnya dengan kata lain sampel adalah bagian dari populasi. Pengambilan sebagian itu di maksudkan sebagai


(40)

representative dari seluruh populasi sehingga kesimpulan juga berlaku bagi keseluruhan populasi (Faisal, 1995 : 57).

Peneliti menentukan sampel dari pegawai PDAM Tirtanadi Medan dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu penentuan sampel tidak didasarkan atas strata, pedoman atau wilayah, tetapi berdasarkan atas adanya tujuan tertentu dan tetap berhubungan dengan permasalahan penelitian untuk dijadikan sebagai informan kunci dan informan biasa. Adapun jumlah sampel yang dijadikan sebagai informan biasa berjumlah 7 orang yang terdiri dari pegawai PDAM Tirtanadi pada Divisi Kepegawaian, Divisi Kerjasama, Divisi Keuangan dan Divisi Teknik yang mana sebelumnya bekerja di kantor cabang sedangkan yang dijadikan sebagai informan kunci dalam penelitian ini adalah:

 Kepala Divisi Sumber Daya Manusia : 1 orang

 Kepala Divisi Kerjasama : 1 orang

 Kepala Bidang Pendanaan Divisi Keuangan : 1 orang

II.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Untuk memperoleh data atau informasi, keterangan-keterangan berupa data yang diperlukan maka penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut: 1. Pengumpulan Data Primer

Pengumpulan data primer yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian (field research) untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti.


(41)

a) Wawancara (Interview)

Yaitu memberikan pertanyaan langsung kepada sejumlah pihak yang terkait. Dalam metode ini akan digunakan metode wawancara mendalam, hal ini dikarenakan penulis menggunakan informan kunci sebagai pemberi data sehingga untuk mendapatkan data yang valid dipergunakan metode wawancara mendalam dengan orang-orang yang berkompeten di bidang-bidang yang ingin diteliti.

b) Angket (Quesioner)

Yaitu dengan memberikan angket terbuka kepada informan biasa dan informan kunci berupa pertanyaan tertentu dan menyajikan beberapa alternatif jawaban yang sudah ditentukan yang disertai dengan lembar alasan untuk pilihan jawaban. Metode angket ini bertujuan untuk menegaskan wawancara yang dilakukan.

2. Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui studi kepustakaan, yaitu dengan cara menyadur dari buku-buku referensi, ilmiah, peraturan perundang-undangan yang relevan dengan penelitian. Dokumentasi atau catatan yang diperoleh berasal dari kantor Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Medan sehubungan dengan kesiapan mereka menuju privatisasi air serta berbagai referensi ilmiah lainnya yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian.


(42)

II.5 TEKNIK ANALISA DATA

Sesuai dengan jenis penelitian ini, maka teknik analisa data yang dipergunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah teknik analisa kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari lapangan selanjutnya diinterpretasikan sehingga memberikan keterangan yang sebenarnya terhadap permasalahan yang diteliti.


(43)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

III.1 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTANADI

Gambaran umum tentang Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi pada penelitian ini dideskripsikan melalui beberapa kondisi yaitu sebagai berikut : III.1.1. SEJARAH PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTANADI

Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi merupakan salah satu Perusahaan milik Daerah yang diberikan hak dan kewajiban untuk mengelola sektor air di wilayah Medan dan sekitarnya. Sejak masa penjajahan Belanda di Indonesia, Perusahaan Air Minum ini adalah satu-satunya Perusahaan yang diberikan wewenang sepenuhnya untuk memproduksi serta mendistribusikan air bersih kepada masyarakat di wilayah Medan dan sekitarnya, selain itu juga diberikan tugas untuk mengelola air limbah agar tidak merusak lingkungan alam dan hingga kini telah kurang lebih 102 (Seratus dua) tahun Perusahaan Air Minum ini membaktikan dirinya kepada masyarakat Medan dan sekitarnya.

Pada 8 September 1905 ditandatangani pendirian perusahaan Waterleiding Maatschappij “Ajer Beresih” oleh L. J de Kup da G. Kramer, dan notaris di Amsterdam. Hal ini bertujuan untuk memecahkan permasalahan air di kota Medan dimana pada saat itu air sungai Deli tidak dapat dipergunakan untuk keperluan rumah tangga. Pendiri perusahaan ini adlaah Hendrik Cornelis Van Den Honert


(44)

Charles Marie Herchenrath direktur Deli Spoorneg Maatschappij dengan modal awal pembangunan perusahaan ini adalah 500.000 Golden.

Pendirian perusahan ini didaftarkan pada lembaga Negara secara terbuka oleh lembaran sat kabar pemerintah No. 225 pada tanggal 26 September 1905. perusahannya berada di Jl. Herrengracht Amsterdam dan pelaksanaannya dilaksanakan di Medan. Dan sesuai dengan Gouvernements Besluits (keputusan pemerintah) pada tanggal 8 Desember 1905 maka konsesi yang diberikan pada Deli Maatschappij berpindah pada Waterleiding Maatschappij Ajer Beresih. Dan setelah kemerdekaan Indonesia, perusahaan diserahkan kepada pemerintah Indonesia dan menjadi milik Pemerintah Daerah Tingkat I Sumatera Utara.

Status dan nama perusahaan telah berganti-ganti dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Provinsi Dati I Sumatera Utara No. 11 Tahun 1979 berpedoman kepada Undang-Undang No. 5 Tahun 1962 ditetapkan nama dan status Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi adalah milik pemerintah provinsi Sumatera Utara. Peraturan Daerah No. 11 Tahun 1979 disempurnakan lagi dengan Peraturan Daerah Sumatera Utara No. 25 Tahun 1985 dan selanjutnya Peraturan Daerah No. 6 Tahun 1991. kemudian dilakukan perubahan Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara yang mengatur bahwa Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi selain megolah air bersih juga mengolah limbah.

Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi telah banyak mengalami perubahan dan kemajuan diantaranya selain melayani kebutuhan air bersih di kota Medan dan sekitarnya juga melakukan kerjasama operasional dan kerjasama manajemen dengan beberapa Pemerintah Daerah atau dengan Perusahaan Daerah Air Minum lainnya yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kerjasama yang


(45)

dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan air bersih kepada masyarakat sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah No. 3 Tahun 1999 yang direalisasikan pada tanggal 7 Juli 1999 dengan penandatanganan naskah perjanjian kerjasama pembentukan beberapa cabang Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi di daerah Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Nias dan Kabupaten Tapanuli Selatan.

Perjanjian tersebut berbentuk kerjasama operasional (KSO) selama 25 tahun serta kerjasama manajemen (KSM) dengan pemerintah Kabupaten Labuhan Batu dan pemerintah kabupaten Dairi. Diharapkan kerjasama ini akan meningkatkan mutu pelayanan air bersih I daerah tersebut. Seiring dengan terjadinya pemekaran beberapa daerjh kabupaten, PDAM Tirtanadi juga melakukan kerjasama operasi dengan kabupaten-kabupaten baru tersebut, diantaranya Kabupaten Samosir dan Nias Selatan.

Dan kini pegawai yang ada di PDAM Tirtanadi ini pada kantor pusat berjumlah kurang lebih 680 orang, sedangkan pada kantor cabang totalnya mencapai kurang lebih 740 orang. Sedangkan untuk jenjang karir di PDAM Tirtanadi dimulai dari pegawai honor. Kenaikan pangkat atau jenjang dilihat berdasarkan kepada kinerja pegawai. Adapun jenjang karir di PDAM Tirtanadi ini adalah dimulai dari pegawai honor, calon pegawai, pegawai tetap, asisten II, asisten I, Kepala Bagian/ Setingkat, Kepala Bidang/ Setingkat, kepala Cabang/ kepala Instalasi Pengolahan Air dan Air Limbah (IPAL)/ setingkat, kepala Divisi/ setingkat dan Direksi yang terdiri dari Direktur Utama membawahi Direktur Administrasi dan Keuangan, Direktur Operasional dan Direksi Produksi dan


(46)

Pengembangan. Jenjang karir di PDAM Tirtanadi juga didasarkan atas golongan. Kenaikan golongan atau jenjang karir melalui empat tahapan yaitu golongan A, B, C dan D dan masing-masing golongan selama empat tahun yaitu misalnya golongan A1, A2, A3, A4 dan pola ini diatur oleh Gubernur.

III.1.2. VISI DAN MISI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTANADI

Visi dan misi merupakan jiwa dari suatu perusahaan. Dengan adanya visi dan misi, suatu perusahaan akan terarah tujuan serta kegiatan operasional dan manajerialnya.

VISI PDAM Tirtanadi

“Menjadi salah satu Perusahaan Air Minum unggulan di Asia Tenggara”.

Latar belakang perumusan visi adalah setelah jadi perusahaan penyedia air minum terbaik di Indonesia, PDAM Tirtanadi ingin meningkatkan pelayanan pada masyarakat Sumatera Utara dengan memberikan pelayanan air bersih setingkat operator kelas dunia dengan menjadi salah satu Perusahaan Daerah Air Minum terbaik di Asia Tenggara. Pengolahan air limbah juga akan dilakukan dengan mengacu kepada standar nasional yang berlaku di Indonesia maupun Internasional.


(47)

MISI PDAM Tirtanadi

- Memberikan pelayanan air minum kepada masyarakat Sumatera Utara dengan kuantitas, kontinuitas dan kualitas yang memenuhi persyaratan.

- Mengembangkan air siap minum secara kesinambungan.

- Meminimalkan keluhan pelanggan dengan mengutamakan pelayanan prima.

- Memperlakukan karyawan sebagai aset strategis dan mengembangkannya secara optimal.

- Mengelola perusahaan dengan menerapkan prinsip kewajaran, transparansi, akuntabilitas dan responsibilitas sebagai bentuk pelaksanaan Good Coorporate Governance.

- Menjadikan perusahaan sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah Provinsi Sumatera Utara.

- Melaksanakan seluruh aktivitas perusahaan yang berwawasan lingkungan.

- Menjalankanpengelolaan air limbah kepada masyarakat Sumatera Utara dan mengembangkannya di masa yang akan datang.

III.1.3. WILAYAH PELAYANAN

Wilayah pelayanan adalah suatu wilayah/ area/ daerah/ lokasi yang dijadikan sebagai fokus pengabdian kepada masyarakat. Adapun wilayah pelayanan Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi terbagi menjadi 2 (dua) wilayah yaitu :


(48)

 Wilayah Pelayanan I

Seluruh Medan ditambah kabupaten Deli Serdang, kabupaten Deli Tua, kabupaten Namorambe, kabupaten Pancur Batu, kabupaten Helvetia dan Labuhan Deli, kabupaten Sunggal, kabupaten Sibolangit, serta kabupaten Percut Sei Tuan.

 Wilayah Pelayanan II

Kabupaten Karo, kabupaten Deli Serdang (di luar wilayah I), kabupaten Tapanuli Selatan, kabpaten Mandailig Natal, kabupaten Tapanuli Tengah, kabupaten Toba Samosir, kabupaten Parapat/ Simalungun, kabupaten Nias dan kabupaten Nias Selatan.

Hingga tahun 2006, PDAM Tirtanadi telah melayani kurang lebih 2.163.552 penduduk di daerah pelayanan yang terdiri dari 317.417 pelanggan di wilayah pelayanan I (Kota Medan dan sekitarnya) serta 43.175 pelanggan di wilayah pelayanan II (luar Medan). Khusus wilayah Medan dan sekitarnya PDAM Tirtanadi telah melayani kurang lebih 80% jumlah penduduk yang ada.

III.1.4 STRUKTUR ORGANISASI

Setiap aktivitas perusahaan dijalankan berdasarkan atas struktur organisasi yang merupakan kerangka pembagian tugas dan tanggung jawab fungsional untuk mengetahui batasan wewenang dan tanggung jawab pegawai sehingga tidak terjadi tumpang tindih dari masing-masing bagian. Di dalam struktur organisasi digambarkan dengan jelas hubungan antar bagian, wewenang, tugas dan tanggung jawab serta pendelegasian wewenang dari atasan kepada bawahan agar aktivitas perusahaan dapat terselenggara dengan baik dan terkoordinir.


(49)

Berdasarkan Keputusan Direksi Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara Nomor 85/KPTS/2007 tentang Struktur Organisasi serta Uraian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara, dinyatakan bahwa organisasi Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara terdiri dari :

a. Gubernur

b. Dewan Pengawas c. Direksi

d. Divisi e. Bidang f. Cabang g. Instalasi h. Bagian

III.1.4.1 TUGAS POKOK DAN FUNGSI (JOB DESCRIPTION)

Berdasarkan Keputusan Direksi Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara Nomor 85/KPTS/2007 tentang Struktur Organisasi serta Uraian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara, bahwa tugas pokok, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing unsur struktur organisasi pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi sebagai berikut :

I. Direktur Utama

1. Tugas dari Direktur Utama :

a. Memimpin dan mengendalikan kegiatan/ jalannya perusahaan. b. Menetapkan kebijaksanaan/ strategi perusahaan.


(50)

c. Memajukan, meningkatkan dan mempertahankan kinerja perusahaan. d. Melaporkan perkembangan perusahaan kepada Gubernur melalui

Dewan Pengawas.

e. Mengadakan dan memimpin rapat. f. Menjalin hubungan kerja eksternal.

g. Mengawasi pelaksanaan tugas perusahaan.

h. Mewakili perusahaan baik di dalam dan luar pengadilan. i. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Gubernur.

2. Wewenang dari direktur Utama :

a. Mengangkat, memutuskan, mempromosikan dan memberhentikan pegawai.

b. Menandatangani pinjaman setelah mendapat persetujuan Gubernur. c. Menandatangani ikatan hukum dengan pihak lain.

d. Menugaskan Direksi/staf lain sebagai mewakili pelaksanaan tugasnya.

3. Tanggung Jawab dari Direktur Utama :

a. Mengelola kekayaan perusahaan. b. Melaksanakan tugas dan wewenang.

c. Membina dan memelihara kerjasama dengan ketiga direktur di bawahnya maupun antar direktur.

II. Direktur Perencanaan dan Produksi

1. Tugas dari Direktur Perencanaan dan Produksi :

a. Melaksanakan koordinasi dengan direksi lainnya.

b. Menyusun kebijaksanaan/ strategi perusahaan dalam bidang perencanaan dan produksi.


(51)

c. Membantu Direktur utama dalam membuat keputusan, kebijaksanaan/ strategi dalam pengembangan perusahaan.

d. Mengadakan dan memimpin rapat dalam lingkup tugasnya.

e. Mengawasi dan melakukan pembinaan pelaksanaan tugas unit kerja bawahan.

f. Mengawasi dan mengendalikan operasional sistem instalasi air bersih maupun limbah dalam lingkup tugasnya.

g. Dapat bekerjasama dengan Direktur Utama maupun Direktur.

h. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Direktur Utama sesuai dengan bidangnya.

2. Wewenang dari Direktur Perencanaan dan Produksi :

a. Membuat keputusan-keputusan dalam bidang perencanaan dan produksi.

b. Mengambil langkah pembinaan personil pada unit kerja di bawahnya. c. Bersama-sama dengan Direktur Utama dan atau anggota Direksi

lainnya yang ditunjuk Direktur Utama menandatangani surat-surat dan dokumen untuk kepentingan perusahaan.

d. Dapat mengambil keputusan yang berhubungan dengan lingkup tugasnya yang menjadi wewenang Direktur Utama dalam hal Direktur Utama berhalangan.

3. Tanggung Jawab dari Direktur Perencanaan dan Produksi :

a. Melakukan koordinasi antar bidang dalam lingkup tugasnya.

b. Mengelola dan mengoptimalkan segenap sumber daya dalam lingkup tugasnya.


(52)

c. Membina pegawai dalam lingkup kerjanya.

d. Senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dalam lingkup tugasnya.

e. Memberikan pertimbangan kepada Direktur Utama dalam hal penempatan, pengangkatan dan pemberhentian karyawan/ staf dalam lingkup tugasnya.

f. Memelihara dan mengembangkan seluruh sistem instalasi air bersih maupun air limbah berikut kelancaran produksi dalam lingkup tugasnya.

III. Direktur Administrasi dan Keuangan

1. Tugas dari Direktur Administrasi dan Keuangan : a. Melaksanakan koordinasi dengan Direksi lainnya.

b. Menyusun kebijaksanaan/ strategi perusahaan dalam bidang administrasi dan keuangan.

c. Membantu Direktur utama dalam membuat keputusan, kebijaksanaan/ strategi dalam pengembangan perusahaan.

d. Mengadakan dan memimpin rapat dalam lingkup tugasnya.

e. Mengawasi dan melakukan pembinaan pelaksanaan tugas unit kerja bawahan.

f. Dapat bekerjasama dengan Direktur Utama maupun Direktur.

g. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Direktur Utama sesuai dengan bidangnya.


(53)

2. Wewenang dari Direktur Administrasi dan Keuangan :

a. Membuat keputusan-keputusan dalam bidang perencanaan dan produksi.

b. Mengambil langkah pembinaan personil pada unit kerja di bawahnya. c. Bersama-sama dengan Direktur Utama dan atau anggota Direksi

lainnya yang ditunjuk Direktur Utama menandatangani surat-surat dan dokumen untuk kepentingan perusahaan.

d. Dapat mengambil keputusan yang berhubungan dengan lingkup tugasnya yang menjadi wewenang Direktur Utama dalam hal Direktur Utama berhalangan.

3. Tanggung Jawab dari Direktur Administrasi dan Keuangan :

a. Melakukan koordinasi antar bidang dalam lingkup tugasnya.

b. Mengelola, mengoptimalkan dan meningkatkan segenap sumber dana dan sumber daya dalam lingkup tugasnya.

c. Membina pegawai dalam lingkup kerjanya.

d. Senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dalam lingkup tugasnya.

e. Memberikan pertimbangan kepada Direktur Utama dalam hal penempatan, pengangkatan dan pemberhentian karyawan/ staf dalam lingkup tugasnya.

f. Menyelenggarakan kebijaksanaan/ strategi dalam bidang administrasi dan keuangan.


(54)

IV. Direktur Operasional

1. Tugas dari Direktur Operasional :

a. Melaksanakan koordinasi dengan direksi lainnya.

b. Menyusun kebijaksanaan/ strategi perusahaan dalam bidang perencanaan dan produksi.

c. Membantu Direktur utama dalam membuat keputusan, kebijaksanaan/ strategi dalam pengembangan perusahaan.

d. Mengadakan dan memimpin rapat dalam lingkup tugasnya.

e. Mengawasi dan melakukan pembinaan pelaksanaan tugas unit kerja bawahan.

f. Mengawasi dan mengendalikan operasional sistem instalasi dan jaringan perpipaan air bersih maupun air limbah dalam lingkup tugasnya.

g. Dapat bekerjasama dengan Direktur Utama maupun Direktur.

h. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Direktur Utama sesuai dengan bidangnya.

2. Wewenang dari Direktur Operasional :

a. Membuat keputusan-keputusan dalam bidang perencanaan dan produksi.

b. Mengambil langkah pembinaan personil pada unit kerja di bawahnya. c. Bersama-sama dengan Direktur Utama dan atau anggota Direksi

lainnya yang ditunjuk Direktur Utama menandatangani surat-surat dan dokumen untuk kepentingan perusahaan.


(55)

d. Dapat mengambil keputusan yang berhubungan dengan lingkup tugasnya yang menjadi wewenang Direktur Utama dalam hal Direktur Utama berhalangan.

3. Tanggung Jawab dari Direktur Operasional :

a. Melakukan koordinasi antar bidang dalam lingkup tugasnya.

b. Mengelola, mengoptimalkan dan meningkatkan segenap sumber dana dan sumber daya dalam lingkup tugasnya.

c. Membina pegawai dalam lingkup kerjanya.

d. Senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dalam lingkup tugasnya.

e. Memberikan pertimbangan kepada Direktur Utama dalam hal penempatan, pengangkatan dan pemberhentian karyawan/ staf dalam lingkup tugasnya.

f. Melakukan peningkatan pemasaran secara berkesinambungan.

g. Memelihara dan mengembangkan seluruh sistem instalasi dan jaringan perpipaan air bersih dala air limbah dalam lingkup tugasnya.

V. Kepala Public Relations

1. Tugas dari Kepala Public Relations :

a. Melakukan koordinasi dengan unit kerja lain yang berhubungan dengan Public Relations.

b. Merencanakan dan melaksanakan program kerja Public Relations. c. Menyampaikan informasi dan penjelasan tentang perkembangan


(56)

d. Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan yang sifatnya protokoler.

e. Mewakili perusahaan dalam hal-hal yang berhubungan dengan hukum dan peraturan perundang-undangan.

f. Menjalin dan membina hubungan kerjasama dengan instansi yang berkaitan dengan hukum dan pihak-pihak lainnya.

g. Mempersiapkan dan memberikan bahan untuk keperluan rapat baik yang bersifat internal maupun eksternal.

h. Senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pertauran-peraturan yang berlaku.

i. Membuat dan menyampaikan laporan bulanan perkembangan Public Relations dilengkapi dengan evaluasinya.

j. Membantu Direktur Utama untuk menyediakan data-data dan informasi yang diperlukan oleh pihak intern maupun ekstern perusahaan.

2. Wewenang dari Kepala Public Relations :

a. Memberikan keterangan pers yang menyangkut perusahaan melalui media cetak dan elektronik.

b. Membimbing, mengatur dan memberdayakan pegawai untuk kepentingan pelaksanaan tugasnya.

3. Tanggung Jawab dari Kepala Public Relations :

a. Memberi bantuan hukum kepada pegawai dalam mengahadapi masalah hubungan masyarakat dan hukum sehubungan dengan pelaksanaan tugas-tugas perusahaan.


(1)

____________________________________________________________ ____________________________________________________________ 9. Menurut Saudara, apakah Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi telah

siap mengahadapi Privatisasi Air secara global? a. Ya, siap sepenuhnya

b. 50 : 50 c. Tidak siap

____________________________________________________________ ____________________________________________________________ ____________________________________________________________ ____________________________________________________________ 10.Menurut Saudara, apakah pola kerjasama yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi dapat membawa perusahaan dalam keberhasilan Privatisasi Air?

a. Pasti dapat b. Ragu-ragu c. Tidak dapat d. Tidak relevan

____________________________________________________________ ____________________________________________________________ ____________________________________________________________ ____________________________________________________________


(2)

PEDOMAN WAWANCARA (INTERVIEW)

Bidang Sumber Daya Manusia

1. Bagaimana sistem perekruitan pegawai pada PDAM Tirtanadi?

2. Apakah ada pendidikan dan pelatihan yang diberikan kepada pegawai? 3. Apakah ada kendala-kendala di bidang Sumber Daya Manusia?

4. Apakah Anda mengetahui pelaksanaan privatisasi air oleh PDAM Tirtanadi? 5. Apakah ada langkah strategis yang diambil oleh PDAM Tirtanadi dari sisi

SDM untuk menghadapi privatisasi air?

6. Menurut Anda apakah PDAM Tirtanadi telah siap menghadapi Privatisasi air global?

Bidang Keuangan

1. Apakah PDAM Tirtanadi pernah mengalami kesulitan dalam pembiayaan pelayanan publik?

2. Apakah anda mengetahui PDAM Tirtanadi telah melakukan privatisasi air? 3. Apakah ada progress dalam bidang keuangan setelah dilakukannya privatisasi

air?

4. Apakah ada program yang ditempuh oleh PDAM Tirtanadi untuk meningkatkan kemampuan PDAM Tirtanadi dari sisi keuangan untuk pembiayaan pelayanan publik dalam upaya menghadapi privatisasi air?

5. Menurut Anda apakah PDAM Tirtanadi telah siap menghadapi privatisasi air?

Bidang Pelayanan Publik

1. Apakah PDAM Tirtanadi selalu melakukan inovasi dalam pelayanan publik? 2. Apakah ada kendala yang dihadapi oleh PDAM Tirtanadi dalam upaya

peningkatan pelayanan publik?

3. Bagaimana penerapan prinsip Good Corporate Governance pada misi PDAM Tirtanadi dalam upaya pelayanan publik?

4. Apakah peran dari badan pengawas pada struktur organisasi PDAM Tirtanadi? 5. Apakah ada persiapan yang dilakukan oleh PDAM Tirtanadi untuk

menghadapi privatisasi air global dari sisi pelayanan publik?

Bidang Kerjasama

1. Bagaimana pola kerjasama yang dilakukan oleh PDAM Tirtanadi? 2. Apa perbedaan bentuk kerjasama KSO dan KSM?

3. Apakah ada progress untuk PDAM Tirtanadi setelah diadakannya kerjasama? 4. Apakah Anda mengetahui pelaksanaan privatisasi air oleh PDAM Tirtanadi? 5. Apakah telah ada langkah-langkah yang diambil oleh PDAM Tirtanadi untuk

menghadapi Privatisasi Air?


(3)

Gambar 1 Bentuk Alternatif Privatisasi Air

Sumber : Annisa Ninditha/2008 : Analisa Data Manajemen Publik

dengan Kontrol Keras dari Masyarakat

Kepemilikan dan Manajemen

Kemitraan Publik dan umum (PuPs)

Himpunan Kerjasama Umum

Masyarakat sebagai pemegang kontrol pelaksana Privatisasi Air

Merupakan Fragmentasi Fungsional berupa pemberian pelayanan yang

sudah terpisah jauh dari pengaruh politik

Adanya kemitraan kerjasama (Partnership)

dengan pihak perusahaan pemerintah

lokal maupun pihak swasta asing

Perusahaan hanya membangun prasarana

air bersih dan pengelolaan diserahkan

kepada masyarakat Diikutsertakan dan

aktifnya masyarakat dalam kelembagaan Perusahaan sebagai badan pengawas

Adanya pembagian tanggung jawab antara Pemerintah Daerah dengan agen lokal yang mengelola

Perusahaan Air

Fungsi dasar pelayanan dilaksanakan oleh agen


(4)

Gambar 3 Bagan Kerjasama Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi

Dana Lahan

Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia

ROT BOT ROT

Operator Distributor

Sumber : Annisa Ninditha/2008 : Analisa Data

PDAM Tirtanadi

Kerjasama Manajerial (KSM) Perusahaan Swasta Asing Pemerintah

Kabupaten/Kota Tingkat II

Keuntungan/ Profit

Progress keuangan mencapai 7-9%

pertahun

Jenjang karir pegawai semakin luas dengan

status cabang untuk perusahaan kerjasama Kerjasama

Operasional (KSO)

Tercapainya 3T dan terjangkaunya


(5)

LAPORAN LABA – RUGI

TAHUN YANG BERAKHIR TANGGAL 31 DESEMBER 2006 DAN

2005

NO URAIAN CATATAN 31 Desember 2006

( Rp.)

31 Desember 2005

( Rp. ) 1

2

3 4 5 6

7 8 9 10 11 12

Pendapatan Usaha - Penjualan Air

- Retribusi Air Limbah - Pendapatan Non Air Jumlah Pendapatan Usaha Biaya Langsung Usaha - Biaya Sumber Air - Biaya Pengelolaan

- Biaya Transmisi/Distribusi - Biaya Air Limbah

Jumlah Biaya Langsung Usaha Laba ( Rugi ) Kotor Usaha (1-2) Biaya Umum & Administrasi Laba ( rugi ) Usaha (3-4) Pendapatan Lain-lain - Pendapatan lain-lain - Biaya lain-lain

Laba sebelum keuntungan luar biasa Keuntungan luar biasa

Kerugian luar biasa

Laba (rugi) bersih sebelum pajak (5+6+8+9)

Pajak penghasilan

Laba (rugi) bersih setelah pajak ( 10-11)

(2.7.2.1) (2.7.2.2) (2.7.2.3)

229.009.860.399 2.677.220.911 24.216.539.258

185.908.442.489 1.922.023.600 20.279.993.491 255.903.620.258 208.110.459.580

(2.7.2.4) (2.7.2.5) (2.7.2.6) (2.7.2.7)

38.961.388.665 46.268.362.424 62.752.054.531 5.012.755.092

31.320.428.137 34.727.891.133 44.901.076.441 3.910.076.441 152.994.560.711 114.869.261.430 102.909.059.711 93.241.198.150 (2.7.2.8) 94.179.446.4458 86.146.364.016 8.729.613.399 7.094.834.134

(2.7.2.9) (2.7.2.10)

911.298.389 159.927.239

1.175.659.447 29.162.603 751.371.149 1.146.496.847 9.480.984.548 8.241.331.008

-

-

9.480.984.548 8.241.331.008 (2.7.2.11) 3.337.235.500 3.294.266.900 6.103.749.048 4.947.064.108


(6)

AKTIVA CATATAN 31 DESEMBER 2005 PER 31 DESEMBER 2006 PER PASSIVA CATATAN 31 DESEMBER 2006 PER 31 DESEMBER 2005 PER

AKTIVA LANCAR Kas/Bank

Investasi Jangka Pendek Piutang Usaha

Penyisihan Piutang Usaha Piutang Ragu-Ragu Pembayaran di muka Piutang Pegawai Piutang lain – lain Persediaan

Jumlah Aktiva Lancar AKTIVA TIDAK TETAP

Penyertaan

Jumlah Aktiva tidak Tetap AKTIVA TETAP

Tanah

Instalansi Sumber Instalansi perlombaan Instalasi Pengolahan

Instalansi Transmisi / Distribusi Bangunan / Gedung

Peralatan dan Perlengkapan Kendaraan dan Pengangkutan Inventaris Kantor

Jumlah Harga Perolehan Akumulasi Penyusutan

Nilai Buku

AKTIVA TETAP DALAM PENYELESAIAN

Proyek Sektor MMUDP III

Jumlah Aktiva Tetap Dalam Penyelesaian

AKTIVA LAIN – LAIN Bahan Instalansi Uang Muka Bagian Laba Uang Jaminan

Beban Ditangguhkan

Sambungan baru yang belum diterima

2.7.1.1 2.7.1.2 2.7.1.3 2.7.1.4 2.7.1.5 2.7.1.6 2.7.1.7 2.7.1.8 2.7.1.9 2.7.1.10 2.7.1.11 2.7.1.12 2.7.1.13 2.7.1.14 2.7.1.15 2.7.1.16 2.7.1.17 4.505.020.310 2.655.143.669 13.834.732.870 (1.520.030.409) 469.905.655 279.841.129 1.130.896.038 68.120.935 8.649.701.410 7.828.518.845 7.636.472.220 11.508.848.950 (1.707.585.063) 946.158.767 209.678.305 501.811.338 68.120.935 6.239.193.712 HUTANG LANCAR Hutang Usaha Hutang Lainnya

Biaya yang masih harus di bayar Hutang Pajak

Jaminan Pemeliharaan

Hutang jangka panjang yang jatuh Tempo Hutang bunga yang harus di bayar Jumlah hutang Lancar HUTANG JANGKA PANJANG Departemen keuangan RI Asian Development bank ( ADB ) Asian Development bank (ADB)-MMUD III

Jumlah hutang jangka panjang RUPA – RUPA PASSIVA

Uang jaminan langgana Cadangan Dana Meter

Penyertaan Pemerintah yang blm di tetapkan statusnya

Rupa – rupa kewajiban lainnya

Jumlah rupa – rupa Passiva MODAL DAN CADANGAN

Kekayaan pemda yang di pisahkan Cadangan Umum

Laba ( Rugi ) Tahun yang lalu Laba ( Rugi ) Tahun berjalan

Jumlah cadangan dan Modal

2.7.1.18 2.7.1.19 2.7.1.20 2.7.1.21 2.7.1.22 2.7.1.23 2.7.1.24 2.7.1.25 2.7.1.26 2.7.1.27 2.7.1.28 2.7.1.29 2.7.1.30 2.7.1.31 2.7.1.32 10.998.637 2.321.677.693 27.465.442.235 510.839.221 41.327.000 12.325.442.198 16.197.464.700 21.546.743.969 1.565.510.774 23.561.191.605 310.399.539 41.327.000 9.444.422.011 13.494.220.127 69.860.830.223 69.963.815.025 1.742.912.202 27.938.067.515 106.687.369.714 2.440.077.084 34.169.842.411 50.967.709.330 30.073.331.607 33.231.218.009

110.495.000 110.495.000

110.495.000 110.495.000 136.368.349.431 87.577.628.825

7.657.978.847 20.928.946.265 57.525.282.356 100.058.734.217 381.816.652.699 13.987.294.984 5.088.556.167 6.478.377.360 12.989.047.749 606.530.870.672 7.440.158.874 9.989.315.195 40.767.226.240 57.560.470.794 292.585.649.904 12.385.177.625 4.493.736.327 4.489.675.360 11.961.667.584 441.673.077.903 6.100.570.570 1.709.206.242 28.936.205.775 757.711.217 - 5.482.526.530 9.857.327.297 8.989.849.446 757.711.217 472.500.000 37.503.693.804 25.559.914.490 96.777.259.903 13.826.490.187 6.103.749.048 87.777.259.903 12.589.724.160 4.947.064.108 (295.698.954.597) (264.039.722.958) 310.831.916.075 177.633.354.945

- 64.953.040.531 116.707.499.138 105.314.048.171

- 64.953.040.531

11.776.820.474 6.135.226.587

5.890.284.958 5.156.111.846