Tingkat Penguasaan Kemampuan Berbahasa Bali

❏ Ni Luh Sutjiati Beratha Kebutuhan Pembelajaran Bahasa Bali Siswa Sekolah Dasar di Daerah Tingkat I Provinsi Bali Penggunaan aras-tutur menunjukkan bahwa bahasa Bali Kepara tampaknya tidak perlu diajarkan pada siswa SD di Bali. Bahasa Bali Kepara dapat diperoleh dengan cepat dari lingkungan tetangga ataupun sekolah hasil wawancara dengan para informan kunci. Bahasa Bali Alus perlu diajarkan kepada siswa kelas I dan II, bahkan guru bahasa Bali tampaknya menggunakan bahasa Bali Alus sebagai bahasa pengantar siswa SD kelas I dan II di desa. Untuk itu, materi pelajaran untuk siswa SD I dan II sebaiknya menggunakan bahasa Bali Alus. Bahasa Bali ragam Alus mulai diajarkan dari kelas III sampai dengan kelas VI baik untuk materi pelajaran ataupun bahasa pengantar di kelas. Hasil ini sudah sesuai dengan kenyataan bahwa pada masyarakat Bali, apabila ada orang ingin menyapa seseorang yang belum jelas stratifikasi sosialnya, dia akan disapa dengan bahasa Alus dengan ungkapan seperti titiang nunasang antuk linggih yang artinya ‘bolehkan saya mengetahui status sosial Anda’. Mengajarkan seseorang berbahasa Bali ragam Alus jauh lebih baik daripada mengajarkan bahasa Kepara sebab seseorang yang belum dikenal lebih senang jika disapa dengan bahasa Alus daripada bahasa Kepara. Penggunaan bahasa Bali Kepara, terlebih-lebih dengan orang yang usianya lebih tua atau belum dikenal dapat membuat orang tersinggung sebab tidak sesuai dengan tata krama adat Bali.

2.6.2 Tingkat Penguasaan Kemampuan Berbahasa Bali

Parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan kemampuan berbahasa Bali adalah a ukuran ujaranbahasa, b kompleksitas ujaran, c rentang bentuk fungsi mikro dan makro, d kecepatan, dan e fleksibilitas bentuk ujaran. Parameter di atas akan dikombinasikan dengan medium komunikasi, baik lisan maupun tulisan, serta sifat keterampilan berbahasa, yaitu reseptif dan produktif. 2.7 Peristiwa Komunikasi 2.7.1 Peristiwa Tutur Peristiwa tutur sangat penting dalam berkomunikasi, terutama dalam kaitannya dengan aktivitas tutur yang akan memunculkan fungsi bahasa. Peristiwa tutur dalam suatu komunikasi harus dipahami terlebih dahulu sebelum memilih jenis fungsi bahasa yang tepat dalam komunikasi tersebut. Pada ranah komunikasi di masyarakat luas, peristiwa tutur dapat di kategorikan penting sekali, dan bahasa Bali dapat mewahanai peristiwa tutur seperti a menyucikan pratima ke laut melasti, b membuat sesajen, c membuat makanan tradisional Bali mebat di banjar, d gotong royong ngaturang ayah di pura, dan e melayat majenukkan, atau kundangan. Semua peristiwa tutur di atas dianggap sangat penting sebab pemakaian bahasa Bali sangat erat hubungannya dengan adat-istiadat budaya Bali, yang memiliki sifat gotong royong. Peristiwa tutur yang termasuk ke dalam kategori penting adalah a piknik dengan keluarga dan b nonton kesenian Bali. Pada ranah rumah tangga, peristiwa komunikasi yang termasuk kategori tidak penting adalah menjawab dan menerima telepon, tetapi yang termasuk ke dalam kategori penting adalah a memberi informasi diri, b memberi perintah, c menunjuk arah mata angin, d menghitung, e bersenda gurau, f menanyakan menu makanan, g menjelaskan kesehatan, dan h meninggalkan pesan. Yang termasuk kategori penting sekali, artinya bahasa Bali harus digunakan adalah pada peristiwa komunikasi a peristiwa tutur yang berhubungan dengan upacara keagamaan, b membantu orang tua, dan c kegiatan sehari-hari di rumah. Pada ranah sekolah, bahasa Bali tidak perlu mewahanai peristiwa tutur sebagai berikut: a belajar dan b berolahraga. Yang dikategorikan penting adalah a bermain, b berkebun, c berbelanja, dan d bertengkar.

2.7.2 Aktivitas Tutur