PENDAHULUAN Kebutuhan Pembelajaran Bahasa Bali Siswa Sekolah Dasar Di Daerah Tingkat I Provinsi Bali

❏ Ni Luh Sutjiati Beratha Kebutuhan Pembelajaran Bahasa Bali Siswa Sekolah Dasar di Daerah Tingkat I Provinsi Bali KEBUTUHAN PEMBELAJARAN BAHASA BALI SISWA SEKOLAH DASAR DI DAERAH TINGKAT I PROVINSI BALI 1 Ni Luh Sutjiati Beratha Fakultas Sastra Universitas Udayana Abstract This article discusses the needs of studying and learning processes of Balinese for primary student in Bali Province. From the research findings, it was discovered that the Balinese primary students’ proficiency is very poor and the goal of teaching Balinese is very urgent since its usage is getting rare. The scope of using Balinese involves the society, household, schools,, and psychosocial backgrounds like religions, brotherhood, relax, formal, politics, and ethics. Further, from the three domains of Balinese usage, it could be identified the communicants who speak Balinese and the social relations of those speakers, that is, high x low, and parallel. The communication instrumentality of primary students in rural areas, 1 st – 4 th classes are very productive at spoken language and written language for primary students of 1 st and 3 rd classes are receptive. For primary students at urban areas, the spoken language of 1 st and 2 nd classes is receptive and it is more productive for 3 rd -4 th classes. For written language its result is the same with the primary students in the country, that is, receptive on 1 st – 3 rd classes and it is getting more productive after the 4 th classes. The communication mode of Balinese consists of monolog and dialogue and its communication channel is divided into three categories, that is, very important, important, and unimportant. The Balinese style that needs to be taught to primary students is standard style. The communication events consist of speech situation and speech acts that involve the society, household and school domains. Key words: studying and learning process, domain, spoken and written language, productive, reseptive

1. PENDAHULUAN

Makalah ini akan menguraikan pokok-pokok bahasan yang terkait dengan kebutuhan pembelajaran bahasa Bali siswa SD kelas I sampai dengan kelas VI di daerah Tingkat I Provinsi Bali berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tiga kabupaten dan satu pemerintahan kota di Bali. Pembahasan mengenai pemerolehan bahasa I dan II mengawali makalah ini mengingat posisi bahasa Bali saat ini bisa sebagai bahasa I dan II. Ketidakpahaman seseorang terhadap bahasa Bali sangat erat kaitannya dengan apakah sebuah bahasa diperoleh sebagai bahasa I atau II dengan kata lain bagaimanakah suatu bahasa diperoleh, dan tampaknya posisi bahasa Bali di Bali saat ini pada beberapa ranah pemakaian bahasa Bali diambil alih oleh bahasa Indonesia Arnati 1996. Menurut Richard dkk. 1985:3, proses seseorang dalam mempelajari suatu bahasa disebut dengan istilah pemerolehan bahasa, bukan pembelajaran bahasa. Istilah pemerolehan bahasa berkembang karena adanya kepercayaan para ahli bahasa bahwa perkembangan sebuah bahasa pertama pada seorang anak merupakan suatu proses khusus. Pendapat Richard dkk tampaknya sejalan dengan Chomsky yang menyatakan bahwa: 1. anak-anak lahir dengan kemampuan khusus dalam pembelajaran bahasa, 2. mereka tidak harus dipaksa untuk belajar bahasa atau memperbaiki kesalahan- kesalahan mereka, 3. mereka belajar bahasa dengan menjelaskan secara rinci membedah hal-hal yang terkait dengan bahasa tersebut, dan 4. kaidah-kaidah bahasa berkembang secara tidak disadari. Seorang anak dikatakan memperoleh kaidah bahasa ibu mereka apabila mereka mampu membedah bahasa tersebut dengan cara memberi contoh-contoh, dan menggunakan bahasa itu untuk berkomunikasi. ❏ Ni Luh Sutjiati Beratha Kebutuhan Pembelajaran Bahasa Bali Siswa Sekolah Dasar di Daerah Tingkat I Provinsi Bali Berdasarkan hasil wawancara dengan para guru SD di desa dan di kota, dengan para budayawan dan pemerhati bahasa, secara umum anak-anak di perkotaan berbahasa Indonesia dalam berkomunikasi karena mereka belum mampu berbahasa Bali. Ini menunjukkan bahwa bahasa pertama mereka adalah bahasa Indonesia. Pada masyarakat pedesaan adalah sebaliknya, bahasa Bali merupakan bahasa pertama mereka. Dalam konteks seperti ini bahasa Bali di Bali adalah sebagai bahasa pertama di satu sisi dan sebagai bahasa kedua di sisi lain. Dalam kenyataan, pemerolehan bahasa I sangat berbeda dengan bahasa II, baik ditinjau dari karakteristik pribadi maupun kondisi dalam mempelajari suatu bahasa. Oleh sebab itu, hal seperti ini perlu mendapatkan perhatian, khususnya untuk menyamakan persepsi dalam rangka pembelajaran bahasa Bali, baik untuk pengembangan maupun untuk pelestarian bahasa Bali. Berikut disajikan ciri-ciri seorang anak yang belajar bahasa I dan kondisi pembelajarannya. Ciri-ciri pembelajaran bahasa I: 1. Seorang anak yang mempelajari suatu bahasa sebagai bahasa I tidak memiliki cognitive maturity yaitu kemampuan untuk ikut serta memecahkan suatu masalah deduksi dan yang terkait dengan memori kompleks. Di samping itu, mereka tidak memiliki kesadaran metabahasa, yaitu suatu kemampuan untuk memperlakukan bahasa sebagai bahasa sebuah objek, dan 2. Pengetahuan tentang bahasa-bahasa lain dapat mengantarkan pembelajaran untuk membuat terkaan yang tidak benar tentang bagaimana kedua bahasa tersebut berinteraksi, dan ini dapat memungkinkan terjadinya penyimpangan error yang semestinya tidak perlu dibuat oleh pembelajar bahasa I. Kondisi pembelajaran bahasa I: 1. Pembenaran penyimpangan cenderung terbatas pada perbaikan makna termasuk di dalamnya penyimpangan dalam pemilihan kosakata. Akan tetapi, untuk pemerolehan bahasa II kondisi seperti ini tidak terjadi sebab secara formal penyimpangan tidak berpengaruh terhadap makna, namun ini sering diperhatikan secara berlebihan. Penyimpangan terhadap tata bahasa, ucapan pelafalan jarang terjadi; 2. Kondisi yang tampaknya umum terjadi di dalam pemerolehan bahasa I dan II adalah akses terhadap masukan yang termodifikasi; 3. Anak-anak yang memperoleh kondisi pembelajaran bahasa yang baik di rumah menerima langsung umpan balik, sedangkan kondisi seperti ini sulit dilaksanakan dengan segera. Di samping itu, bahasa I umumnya diperoleh secara normal di dalam lingkungan keluarga rumah tanpa intervensi pedagogik, sedangkan bahasa II diperoleh melalui lingkungan sekolah di bawah penguasaan langsung seorang guru. Bahasa II mengizinkan pembangunan sebuah teori atas bahasa II dalam kaitannya dengan bahasa I tanpa melewati tahapan pemerolehan bahasa I. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan mengidentifikasi kebutuhan belajar bahasa Bali untuk siswa SD yang meliputi 1 pengukuran terhadap kemampuan berbahasa Bali, 2 tujuan belajar bahasa Bali, 3 latar penggunaan bahasa Bali, 4 interaksi dalam komunikasi, 5 ragam bahasa bali dan tingkat penguasaan berbahasa dan, 6 peristiwa komunikasi. Keenam materi tersebut akan diuraikan secara rinci berikut ini.

2. KEBUTUHAN PEMBELAJARAN BAHASA BALI SISWA SEKOLAH