Interaksi dalam Komunikasi Hubungan Sosial Antarpelibat

❏ Ni Luh Sutjiati Beratha Kebutuhan Pembelajaran Bahasa Bali Siswa Sekolah Dasar di Daerah Tingkat I Provinsi Bali

2.4.3 Latar Psiko-Sosial Penggunaan Bahasa Bali

Fungsi bahasa memiliki kaitan yang sangat erat dengan latar psiko-sosial penggunaan bahasa. Untuk ketiga lokasiranah di atas, latar psiko-sosial penggunaan bahasa Bali terdiri atas a etis, b santai, c politis, d resmi, dan e religius. Suasana sosio-psikologi etis artinya suasana terjadi dalam komunikasi verbal penutur dengan lawan tutur di masyarakat luas dengan penuh keseriusan di mana salah satu lawan tuturnya tidak mengerti bahasa Bali. Suasana sosio-psikologi politis artinya suasana terjadi dalam rumahdi luar rumah dalam keadaan santai. Suasana sosio-psikologi politis artinya suasana terjadi di masyarakat luas dengan serius dan penuh perhatian untuk tujuan politik. Suasana sosio- psikologi formal artinya suasana terjadi di masyarakat luas, sekolah dan rumah dengan penuh perhatian dan keseriusan. Suasana sosio-psikologis religius artinya suasana terjadi di tempat-tempat peribadatan dengan serius dan memiliki kaitan dengan kegiatan keagaman band. Pride, 1971:4-8 Pada semua ranah, penggunaan bahasa Bali dalam suasana sosio-psikologi politis dianggap tidak penting, baik pada masyarakat kota maupun desa. Pada masyarakat luas, dan rumah tangga di desa, suasana santai dan kekeluargaan penggunaan bahasa Bali masih tetap dianggap penting, dan bahkan pada ranah rumah tangga pada suasana formal, kekeluargaan dan religius penggunaan bahasa Bali sangat penting. Akan tetapi, pada ranah sekolah, hanya pada suasana kekeluargaan dan religius tampaknya penggunaan bahasa Bali penting, sedangkan untuk suasana lainnya dianggap tidak penting. Untuk masyarakat perkotaan, ranah masyarakat luas yang dianggap penting berbahasa Bali adalah apabila suasananya santai, dan kekeluargaan, serta menjadi penting sekali untuk suasana religius. Pada ranah rumah tangga suasana santai, formal, dan kekeluargaan penting menggunakan bahasa Bali, sedangkan pada suasana religius penggunaan bahasa Bali menjadi penting sekali. Pada ranah sekolah hanya suasana religius yang menganggap penggunaan bahasa Bali penting sekali, sedangkan pada suasana lainnya penggunaan bahasa Bali tidak penting.

2.5 Interaksi dan Instrumentalitas Komunikasi Suatu komunikasi verba yang baik memiliki

pelibat dalam peristiwa tutur pada ranah-ranah pemakaian bahasa sebab latar selalu dihubungkan dengan tempat terjadinya peristiwa tutur. Posisi komunikan yang realistik diperankan oleh penutur. Oleh sebab itu, pokok bahasan tentang interaksi dan komunikasi serta hubungan sosial antarpelibat akan mengawali uraian ini, dan selanjutnya diikuti dengan pembahasan tentang instrumentalitas komunikasi.

2.5.1 Interaksi dalam Komunikasi

Posisi komunikan dalam komunikasi perlu dibicarakan untuk mengetahui dengan siapa para komunikan biasanya berbahasa Bali pada ketiga ranah di atas. Pada masyarakat luas, penggunaan bahasa Bali menjadi penting bila digunakan oleh anggota banjar dengan klian banjar, antaranggota banjar, dan bahkan sangat penting bila komunikasi dengan bahasa Bali dilakukan oleh klian banjar dengan prajuru desa adat. Akan tetapi, tidak penting bila komunikasi itu terjadi antarkelompok masyarakat. Di rumah tangga, penggunaan bahasa Bali penting bila komunikasi itu dilaksanakan antarsaudara, pamanbibi dengan kemenakan, orang tua dengan pamanbibi, dan sangat penting apabila anak dengan orang tua, kakeknenek dengan cucu, ayah dengan ibu, orang tua dengan kakeknenek, tetapi tidak penting apabila anak dengan pembantu. Di sekolah, posisi komunikan dalam komunikasi menjadi penting antarsiswa, dan siswa dengan orang tuanya, tetapi tidak penting jika guru dengan siswa, siswa dengan pegawai, dan siswa dengan pedagang di kantin.

2.5.2 Hubungan Sosial Antarpelibat

Menurut Haugen 1972:329, pemakaian bahasa dalam masyarakat dikaitkan dengan kekuasaan dan solidaritas seseorang dalam masyarakat. Sehubungan dengan hal itu, Bown dan Gilman 1972:256 menyatakan bahwa kekuasaan mengacu kepada hubungan pelibat yang tidak sejajar karena jabatan, kedudukan, atau posisi lebih tinggi di masyarakat daripada penutur lain dalam masyarakat bahasa. Misalnya, hubungan guru dengan siswa, pengurus desa adat dengan anggota banjar, dan lain-lain. Solidaritas mengacu kepada hubungan antara penutur yang akrab dan sejajar, seperti hubungan antarteman akrab dan antaranggota banjar. Berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh Brown dan Gilman 1972, parameter yang digunakan untuk memahami hubungan sosial antarpelibat pada ranah masyarakat luas, rumah tangga, dan sekolah adalah a tinggi vs rendah, dan b sejajar. Kedua hubungan ini sangat penting dalam komunikasi sebab masyarakat Bali berstratifikasi sosial yang dilatari oleh sistem ❏ Ni Luh Sutjiati Beratha Kebutuhan Pembelajaran Bahasa Bali Siswa Sekolah Dasar di Daerah Tingkat I Provinsi Bali warna atau klen, dan di Bali dikenal dengan istilah caturwarga yang terdiri atas Brahmana, Ksatriya, Wesia, dan Sudra. Pemilihan dan penggunaan ragam bahasa apakah bentuk hormat atau lepas hormat sangat ditentukan oleh hubungan sosial antarpelibat.

2.5.3 Instrumentalitas Komunikasi