Jenis Pemeriksaan Hipertrofi Ventrikel Kiri

gagal jantung yang murni disebabkan CAD tanpa HHD dijumpai pada 22 25,9 orang. Jadi, dari hasil penelitian ini dapat dilihat meski CAD memegang peranan penting dalam etiologi gagal jantung, keberadaan hipertensi terutama di negara berkembang seperti Indonesia tetap berhubungan erat dengan kejadian gagal jantung sesuai dengan pendapat Cowie 2008, bahwa hipertensi berhubungan dengan peningkatan risiko gagal jantung meskipun risiko relatifnya lebih rendah dibanding infark miokardium CAD namun karena prevalensi hipertensi lebih tinggi daripada infark miokardium, proporsi kejadian gagal jantung pada masyarakat yang dihubungkan dengan hipertensi lebih tinggi. Dan juga perlu disadari bahwa hipertensi sebagai penyebab gagal jantung seringkali tidak dikenali, sebagian karena ketika gagal jantung berkembang, disfungsi ventrikel kiri yang terjadi tidak bisa menunjukkan adanya tekanan darah tinggi, sehingga etiologi gagal jantung menjadi tidak jelas Riaz, 2010.

5.2.3. Jenis Pemeriksaan Hipertrofi Ventrikel Kiri

Dapat dilihat pada tabel 5.3 bahwa sebanyak 31 36,5 orang pasien gagal jantung positif mengalami hipertrofi ventrikel kiri yang didiagnosa dengan EKG, ekokardiografi, dan foto toraks. Sedangkan melalui EKG dan foto toraks, didapati positif hipertrofi ventrikel kiri sebanyak 29 34,1 orang dan sebanyak 14 16,5 orang hanya melalui pemeriksaan EKG saja. Sementara dengan menggunakan ekokardiografi EKG sebanyak 7 8,2 orang dan dengan ekokardiografi foto toraks hanya 4 4,7 orang. Di sini terlihat bahwa di RSUP H. Adam Malik, diagnosa hipertrofi ventrikel kiri banyak ditegakkan dengan pemeriksaan EKG. Padahal meskipun pemeriksaan dengan EKG lebih sensitif daripada foto toraks, dalam menentukan diagnosa hipertrofi ventrikel kiri, ekokardiografi merupakan pemeriksaan baku emas Efendi, 2003. Hal ini terbukti dalam data Framingham study menunjukkan bahwa pemeriksaan EKG mempunyai sensitifitas 25 – 40 dan Universitas Sumatera Utara mendapatkan 15 – 20 hipertrofi ventrikel kiri pada penderita hipertensi, sedangkan sensitifitas dengan pemeriksaa ekokardiografi antara 86 – 93 dan dapat mendeteksi adanya hipertrofi ventrikel kiri sampai 50 – 60 Efendi, 2003. Dalam hal ini peneliti melihat bahwa hal tersebut terjadi lantaran pemeriksaan EKG merupakan pemeriksaan yang rutin dilakukan pada pasien gagal jantung di RSUP H. Adam Malik untuk penegakkan diagnosa gagal jantung. Terbukti dari hasil penelitian, hampir semua sampel 81 orang didapati pemeriksaan EKG pada rekam medisnya dan hanya 4 orang yang tidak ada pemeriksaan EKG-nya. Menurut Manurung 2007, diagnosa gagal jantung ditegakkan selain berdasarkan gejala dan penilaian klinis juga didukung olen pemeriksaan penunjang seperti EKG, foto toraks, biomarker, dan ekokardiografi Doppler. Oleh karena itu, ketika sampel melakukan pemeriksaan dengan EKG dan dijumpai adanya hipertrofi ventrikel kiri, maka dignosa HVK telah bisa ditegakkan yang kemudian tidak perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan ekokardiografi kecuali pada kasus-kasus tertentu yang memang mengindikasikan pemeriksaan ekokardiografi. EKG mendeteksi HVK dengan mengukur perubahan elektrikal dan kecepatan repolarisasi di dalam jantung yang disebabkan oleh peningkatan massa jantung Soerianata, 2005. Kriteria EKG yang digunakan dalam penilaian HVK di RSUP H. Adam Malik, menggunakan kriteria Sokolow-Lyon. Hal ini sesuai dengan pendapat Pikir 1997 dan Soerianata 2005 serta Efendi 2003, bahwa kriteria Sokolow-Lyon merupakan salah satu kriteria yang biasanya umum digunakan, yang memiliki spesifisitas yang tinggi 95 dan sensitifitas yang dapat diterima. HVK dinilai berdasarkan salah satu dari kriteria Sokolow-Lyon: a gelombang R di sandapan I 25 mm, b gelombang R di aVL 11 mm, c gelombang R di aVF 20 mm, d gelombang S di V1 + gelombang R di V5 atau V6 35 mm, e gelombang R tertinggi + gelombang S tertinggi 45 mm, dan f gelombang R di V5 atau V6 26 mm Efendi, 2003. Universitas Sumatera Utara Dari hasil penelitian ini juga terlihat bahwa penegakkan diagnosa hipertrofi ventrikel kiri di RSUP H. Adam Malik tidak pernah dengan foto toraks saja, akan tetapi digabung dengan EKG dan atau Ekokardigrafi. Hal ini memberi kesan bahwa kesimpulan diagnosa yang diambil akurat.

5.2.4. Riwayat Hipertensi