Gejala Penyakit Malaria Malaria

penyakit kuning. Penderita akan merasa gelisah dan terkadang mengigau diikuti keluarnya keringat dingin. Frekuensi denyut nadi serta pernapasan juga akan meningkat pada saat serangan tersebut. Akibat yang paling buruk akan terjadi bila plasmodium tersebut sudah menyerang otak sehingga menyebabkan gumpalan darah pada pembuluh darah. Akibat lebih lanjut dapat menyebabkan proses kelumpuhan, menurunnya kesadaran dan akhirnya penderita tersebut meninggal dunia Mursito, 2002.

2.2.5. Gejala Penyakit Malaria

Gejala-gejala penyakit malaria dipengaruhi oleh kekebalan tubuh penderita, jenis plasmodium malaria serta jumlah parasit yang menginfeksinya. Waktu terjadinya infeksi pertama kali, sampai timbulnya gejala penyakit disebut masa inkubasi, sedangkan waktu antara terjadinya infeksi sampai ditemukannya parasit malaria di dalam darah disebut periode prepaten. Masa inkubasi maupun periode prepaten ditentukan oleh jenis plasmodium yang menyerang seseorang Prabowo, 2008. Berikut ini merupakan tabel periode prepaten dan masa inkubasi plasmodium: Tabel 2.1. Periode Prepaten dan Masa Inkubasi Plasmodium No. Jenis Plasmodium Periode Prepaten Masa Inkubasi 1. P.vivax 12,2 hari 12-17 hari 2. P.falcifarum 11 hari 9-14 hari 3. P.malariae 32,7 hari 18-40 hari 4. P.ovale 12 hari 16-18 hari Gambaran khas dari penyakit malaria adalah: 1. Demam Sebelum timbul demam, biasanya penderita malaria akan mengeluh lesu, sakit kepala, nyeri pada tulang dan otot, kurang nafsu makan, rasa tidak enak pada Universitas Sumatera Utara perut, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di punggung. Keluhan seperti ini pada umumnya timbul pada malaria yang disebabkan oleh P.vivax dan P.ovale, sedangkan pada malaria yang disebabkan oleh P.falcifarum dan P.malariae, keluhan-keluhan tersebut tidak jelas. Demam pada penyakit malaria bersifat periodik dan berbeda-beda waktunya, tergantung dari plasmodium penyebabnya. Serangan demam yang khas pada penyakit malaria terdiri dari 3 stadium: a Stadium menggigil Stadium ini dimulai dengan perasaan kedinginan hingga menggigil. Penderita sering membungkus badannya dengan selimut atau sarung. Pada saat menggigil, seluruh tubuhnya bergetar; denyut nadinya cepat, tetapi lemah; bibir dan jari-jari tangannya biru; serta kulitnya pucat. Pada anak-anak, sering disertai dengan kejang-kejang. Stadium ini berlangsung 15 menit sampai satu jam yang diikuti dengan meningkatnya suhu badan. b Stadium puncak demam Pada stadium ini, penderita yang sebelumnya merasa kedinginan, berubah menjadi panas sekali. Wajah penderita merah, kulit kering dan terasa panas seperti terbakar, frekuensi pernapasan meningkat, nadi penuh dan berdenyut keras, sakit kepala semakin hebat, muntah-muntah, kesadaran menurun, sampai timbul kejang pada anak-anak. Suhu badan bisa mencapai 41ÂșC. Stadium ini berlangsung selama dua jam atau lebih yang diikuti dengan keadaan berkeringat. Universitas Sumatera Utara c Stadium berkeringat Pada stadium ini, penderita berkeringat banyak di seluruh tubuhnya hingga tempat tidurnya basah. Suhu badan turun dengan cepat, penderita merasa sangat lelah dan sering tertidur. Setelah bangun dari tidurnya, penderita akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan seperti biasa. Sebenarnya pada saat itu, penyakit malaria masih bersarang dalam tubuh penderita. Stadium ini berlangsung 2-4 jam. 2. Pembesaran limpa splenomegali Pembesaran limpa merupakan gejala khas pada penyakit malaria kronis atau menahun. Limpa menjadi bengkak dan terasa nyeri. Limpa membengkak akibat penyumbatan oleh sel-sel darah merah yang mengandung parasit malaria. Konsistensi limpa semakin lama menjadi semakin keras karena jaringan ikat pada limpa semakin bertambah. Dengan pengobatan yang baik, limpa dapat berangsur normal kembali. 3. Anemia Pada penyakit malaria, anemia atau penurunan kadar hemoglobin darah sampai di bawah nilai normal disebabkan penghancuran sel darah merah yang berlebihan oleh parasit malaria. Anemia juga dapat timbul akibat gangguan pembentukan sel darah merah di sumsum tulang Prabowo, 2008. Pada tubuh seekor nyamuk anopheles betina, dapat hidup bersama lebih dari satu spesies plasmodium sehingga terjadi infeksi campuran mixed infection Soedarto, 2008. Universitas Sumatera Utara

2.2.6. Penyebaran dan Penularan Malaria

Dokumen yang terkait

Hubungan Karakteristik dengan Tindakan Ibu dalam Pencegahan Penyakit Malaria di Desa Sorik Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012

8 60 100

Pengaruh Karakteristik Masyarakat Petani Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Malaria di Desa Alue Drien Kecamatan Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur Tahun 2005

1 35 79

Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan Penyakit Malaria Di Desa Tolang Jae Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan

2 87 83

Pengaruh Karakteristik Dan Persepsi Kepala Keluarga Tentang Program Pemberantasan Filariasis Terhadap Tindakan Pencegahan Filariasis Di Desa Sigara-gara Kecamatan Patumbak Tahun 2010

0 30 91

Studi Keanekaragaman Plankton Di Perairan Danau Lau Kawar Desa Kuta Gugung Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

2 37 85

Pengaruh Karakteristik Kepala Keluarga Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa Kemingking Dalam Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2007

1 32 76

Studi Keanekaragaman Makrozoobentos Di Danau Lau Kawar Desa Kuta Gugung Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

0 66 66

Penelitian Tentang Kebiasaan Mengunyah Sirih Dan Hubungannya Dengan Indeks Penyakit Periodontal Pada Wanita Di Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo

0 28 70

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINDAKAN PENCEGAHAN MALARIA DI DESA BANGSRING KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2015

0 7 137

PERUBAHAN PROSES UPACARA ADAT PERKAWINAN ETNIS KARO DI DESA PERBULAN KECAMATAN LAU BALENG KABUPATEN KARO.

0 3 29