Faktor Environment Lingkungan Penyebab Penyakit Malaria

dan 60 spesies diantaranya diketahui sebagai penular malaria. Spesies anopheles di Indonesia ada sekitar 80 jenis dan 24 spesies di antaranya telah terbukti penular penyakit malaria Prabowo, 2008. Nyamuk anopheles hidup di daerah beriklim tropis dan subtropis, tetapi juga bisa hidup di daerah yang beriklim sedang. Nyamuk ini jarang ditemukan pada daerah ketinggian lebih dari 2.000-2.500 m. Tempat perindukannya bervariasi tergantung spesiesnya dan dapat dibagi menjadi tiga kawasan, yaitu pantai, pedalaman dan kaki gunung. Nyamuk anopheles betina biasanya menggigit manusia pada malam hari atau sejak senja hingga subuh. Jarak terbangnya tidak lebih dari 0,5-3 km dari tempat perindukannya Prabowo, 2008. Nyamuk anopheles biasa meletakkan telurnya di atas permukaan air satu per satu. Telur dapat bertahan hidup dalam waktu cukup lama dalam bentuk dorman. Bila air cukup tersedia, telur-telur tersebut biasanya menetas 2-3 hari sesudah diletakkan. Nyamuk anopheles sering disebut nyamuk malaria karena banyak jenis nyamuk ini yang menularkan penyakit malaria Sembel, 2009.

2.2.3. Faktor Environment Lingkungan

Keadaan lingkungan berpengaruh besar terhadap ada tidaknya malaria di suatu daerah. Keberadaan danau air payau, genangan air di hutan, persawahan, tambak ikan, pembukaan hutan dan pertambangan di suatu daerah akan meningkatkan kemungkinan timbulnya penyakit malaria karena tempat-tempat tersebut merupakan tempat perindukan nyamuk malaria Prabowo, 2008. Hal ini diperburuk dengan Universitas Sumatera Utara adanya perpindahan penduduk dari daerah endemis ke daerah bebas malaria dan sebaliknya Mursito, 2002. Tidak semua daerah yang dimasuki penderita malaria akan terjangkit penyakit malaria. Jika daerah tersebut tidak terdapat nyamuk malaria, penularan penyakit tersebut tidak akan terjadi. Demikian pula sebaliknya, sekalipun di suatu daerah terdapat nyamuk malaria tetapi jika di daerah tersebut tidak ada penderita malaria, penularan malaria tidak akan terjadi. Suatu daerah akan terjangkit penyakit malaria apabila di daerah itu ada nyamuk malaria yang pernah menggigit penderita malaria Mursito, 2002.

2.2.4. Penyebab Penyakit Malaria

Penyebab penyakit malaria di Indonesia ada 4 jenis yaitu: Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium ovale dan Plasmodium falcifarum. Gejala dan intensitas serangan ke-4 plasmodium tersebut pada garis besarnya sama, namun setiap plasmodium tersebut memberikan karakteristik tersendiri dalam intensitas dan frekuensi serangan. a. Plasmodium vivax P.vivax Plasmodium vivax memberikan intensitas serangan dalam bentuk demam setiap 3 hari sekali, sehingga sering dikenal dengan istilah malaria tertiana. Jenis malaria ini tersebar hampir di seluruh kepulauan di Indonesia dan merupakan jenis malaria terbanyak yang dijumpai di daerah malaria. Masa inkubasi malaria tertiana berkisar antara 12-17 hari yang diawali dengan gejala nyeri kepala, nyeri pinggang, mual, muntah dan badan terasa lesu. Gejala Universitas Sumatera Utara awalnya adalah muncul demam tidak teratur tapi kemudian demamnya menjadi teratur setiap 48 jam sekali di waktu siang atau sore hari. Suhu badan dapat mencapai 41ÂșC. Keadaan ini dapat diikuti dengan pembengkakan limpa dan timbul cacar herpes pada bibir, pusing dan rasa mengantuk. Kondisi tersebut disebabkan oleh adanya gangguan di otak. b. Plasmodium malariae P.malariae Plasmodium malariae menyebabkan serangan demam setiap 4 hari sekali sehingga sering dikenal dengan istilah malaria kuartana. Jenis malaria ini dapat tumbuh subur di daerah tropik, baik di dataran rendah maupun tinggi. Masa inkubasi plasmodium ini antara 18-40 hari. Gejala serangannya menyerupai Plasmodium vivax tetapi demam dirasakan pada sore hari dengan frekuensi yang teratur. Plasmodium malariae dapat menyebabkan gangguan pada ginjal yang bersifat menahun. c. Plasmodium ovale P.ovale Plasmodium ovale banyak dijumpai di Indonesia bagian timur terutama di Papua. Gejala yang ditimbulkan oleh P.ovale mirip dengan P.vivax. Penyakit malaria yang disebabkan parasit jenis ini relatif jarang kambuh dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. d. Plasmodium falcifarum P. falcifarum Penyakit malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falcifarum banyak dijumpai di seluruh kepulauan Indonesia. Penyakit malaria jenis ini termasuk malaria ganas dengan masa inkubasi 9-14 hari. Plasmodium falcifarum dapat menyerang limpa dan hati. Apabila organ hati sudah terkena, akan timbul gejala yang menyerupai Universitas Sumatera Utara penyakit kuning. Penderita akan merasa gelisah dan terkadang mengigau diikuti keluarnya keringat dingin. Frekuensi denyut nadi serta pernapasan juga akan meningkat pada saat serangan tersebut. Akibat yang paling buruk akan terjadi bila plasmodium tersebut sudah menyerang otak sehingga menyebabkan gumpalan darah pada pembuluh darah. Akibat lebih lanjut dapat menyebabkan proses kelumpuhan, menurunnya kesadaran dan akhirnya penderita tersebut meninggal dunia Mursito, 2002.

2.2.5. Gejala Penyakit Malaria

Dokumen yang terkait

Hubungan Karakteristik dengan Tindakan Ibu dalam Pencegahan Penyakit Malaria di Desa Sorik Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012

8 60 100

Pengaruh Karakteristik Masyarakat Petani Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Malaria di Desa Alue Drien Kecamatan Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur Tahun 2005

1 35 79

Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan Penyakit Malaria Di Desa Tolang Jae Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan

2 87 83

Pengaruh Karakteristik Dan Persepsi Kepala Keluarga Tentang Program Pemberantasan Filariasis Terhadap Tindakan Pencegahan Filariasis Di Desa Sigara-gara Kecamatan Patumbak Tahun 2010

0 30 91

Studi Keanekaragaman Plankton Di Perairan Danau Lau Kawar Desa Kuta Gugung Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

2 37 85

Pengaruh Karakteristik Kepala Keluarga Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa Kemingking Dalam Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2007

1 32 76

Studi Keanekaragaman Makrozoobentos Di Danau Lau Kawar Desa Kuta Gugung Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

0 66 66

Penelitian Tentang Kebiasaan Mengunyah Sirih Dan Hubungannya Dengan Indeks Penyakit Periodontal Pada Wanita Di Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo

0 28 70

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINDAKAN PENCEGAHAN MALARIA DI DESA BANGSRING KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2015

0 7 137

PERUBAHAN PROSES UPACARA ADAT PERKAWINAN ETNIS KARO DI DESA PERBULAN KECAMATAN LAU BALENG KABUPATEN KARO.

0 3 29