berfungsi sebagai tempat berlindung, kebutuhan makan dan minum, pakaian dan perhiasan.
Faktor budaya setempat dan pengetahuan sendiri serta sistem nilai sangat berpengaruh terhadap keputusan yang diambil dalam memberikan makan tambahan
pada usia 0-6 bulan Syafrudin, 2009. Roesli 2000 menyatakan, mitos tentang menyusui ASI yang terjadi di
masyarakat adalah : 1 menyusui akan merubah bentuk payudara ibu, 2 menyusui sulit untuk menurunkan berat badan ibu, 3 ASI tidak cukup pada hari-hari pertama,
sehingga bayi perlu makanan tambahan, 4 Ibu bekerja tidak dapat memberikan ASI eksklusif, 4 payudara ibu yang kecil tidak cukup menghasilkan ASI, 5 ASI pertama
keluar harus dibuang karena kotor, 6 ASI dari ibu kekurangan gizi, kualitasnya tidak baik.
Menurut Parinasia 2004, seorang wanita yang dalam keluarga atau lingkungan sosialnya mempunyai kebiasaan yang mempunyai “budaya susu
formulabotol”, ibu-ibu atau wanita muda di daerah tersebut tidak mempunyai sikap positif terhadap menyusui sesuai dengan pengalaman sehari-hari.
2.5. Landasan Teori
Masalah gangguan tumbuh kembang pada bayi dan anak di bawah usia 2 tahun baduta merupakan masalah yang perlu ditanggulangi dengan serius. Usia di
bawah dua tahun merupakan masa yang amat penting sekaligus masa kritis dalam proses tumbuh kembang bayi baik fisik maupun kecerdasan, bayi dan anak usia 12-24
Universitas Sumatera Utara
bulan harus memperoleh asupan gizi sesuai dengan kebutuhannya yang sejalan dengan bertambahan umur, sebab bertambah umur bertambah pula kebutuhan
gizinya, pada usia ini bayi harus diberi makanan pendamping ASI MP-ASI. Selain ASI untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi juga perlu diperhatikan waktu pemberian,
frekuensi, pemilihan bahan makanan, cara pembuatan dan pemberian MP-ASI. Di dalam keluarga peranan ibu sangat penting dalam melaksanakan pemberian
MP-ASI. Penanganan yang baik yang dilakukan oleh ibu dalam pemberian MP-ASI kepada bayinya berpotensi untuk mencapai bayi yang sehat baik dalam pertumbuhan
dan perkembangannya. kenyataannya masih banyak terjadi masalah pemberian MP- ASI pada bayi dan hal tersebut didasari oleh banyak faktor terutama dari faktor
perilaku ibu sendiri. Perilaku ibu yang tidak sesuai ini dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
mendasari timbulnya perilaku. Menurut teori Green, yang mendasari timbulnya perilaku ibu tersebut dikelompokkan menjadi faktor predisposing, enabling dan
reinforcing. Faktor-faktor yang tergolong sebagai faktor predisposing antara lain umur, tingkat pendidikan, pengetahuan, penghasilan, dan budaya. Tingkat pendidikan
ibu yang rendah diasumsikan akan menyebabkan tingkat pengetahuan ibu juga rendah. Pengetahuan mengenai MP-ASI terdiri dari waktu pemberian, frekuensi,
porsi, pemilihan bahan makanan, cara pembuatan dan cara pemberian MP-ASI. Faktor budaya yang secara turun temurun diwariskan dalam pola makan
masyarakat akhirnya akan membentuk pola konsumsi kepada anak nantinya. Faktor pendukung dimana hal yang memudahkan ibu dalam pemberian makanan
Universitas Sumatera Utara
pendamping juga mendasari tindakan ibu. Tingkat ketersediaan bahan makanan dalam lingkungan pasar akan mendorong ibu dalam mendapatkan dan mengolah
bahan makanan tersebut menjadi makanan pendamping bagi bayinya. Informasi yang diperoleh dari media massa akan mendasari ibu dalam memilih jenis makanan
pendamping baik tenaga puskesmas maupun posyandu akan mendorong ibu untuk berperilaku berdasarkan informasi yang didapat dari mereka. Sikap dan tindakan
petugas yang mendukung akan menimbulkan minat pada ibu.
2.6. Kerangka Konsep Berdasarkan tujuan penelitian maka dapat disusun kerangka konsep sebagai