Peran Petugas Kesehatan Sosial Budaya

Suami dan anggota keluarga lainnya dapat berperan aktif dalam keberhasilan pemberian ASI dengan jalan memberikan dukungan secara emosional dan bantuan- bantuan praktis lainnya, seperti mengganti popok. Pengertian suami tentang peranannya yang sangat penting ini merupakan langkah pertama mendukung ibu agar berhasil menyusui secara eksklusif dan hal ini merupakan suatu investasi yang berharga. Hubungan yang baik antara seorang ayah dan bayinya merupakan faktor yang paling penting dalam pertumbuhan dan perkembangan seorang anak di kemudian hari Roesli, 2007. Kelompok ibu-ibu yang sehat dan produksi ASI-nya bagus, sebetulnya yang paling memungkinkan dapat memberikan ASI dengan baik, tetapi banyak faktor yang memengaruhinya, antara lain faktor keluarga dan kekerabatan. Tidak semua suami atau orang tua akan mendukung pemberian ASI, misalnya, suami merasa tidak nyaman apabila istrinya menyusui. Pada waktu seorang ibu melahirkan, keluarga besar atau kerabatnya berdatangan untuk membantu merawat ibu dan bayinya. Pada saat itu mereka memberikan makananminuman pada usia yang sangat dini.

2.4.2.2. Peran Petugas Kesehatan

Ibu yang mempunyai masalah dalam menyusui memerlukan bimbingan agar dapat mengatasi masalahnya dan terus menyusui sehingga tercapai ASI eksklusif. Petugas kesehatan atau relawan yang membantu ibu dengan latar belakang pengalaman berhasil menyusui sendiri tentunya dapat menjadi nilai tambah dalam melakukan tugasnya. Pengalaman petugas kesehatan atau relawan dapat membantu Universitas Sumatera Utara ibu dalam memahami hal-hal berikut : a pemberian ASI dapat meringankan beban ekonomi keluarga karena tidak perlu memberi susu formula dan menyediakan semua perangkat yang diperlukan serta mengerjakan hal-hal untuk menyediakan susu formula secara baik yang terjaga keamanan dan keberhasilannya, b memahami masalah yang mungkin dihadapi dan mengatasinya karena sudah melihat peragaan cara-cara mengatasi masalah menyusui, seperti puting susu lecet, sindroma ASI kurang, bingung puting, bayi rewel, dan lain-lain, c memperoleh bukti bahwa perkembangan bayi yang diberi ASI memuaskan, d memahami bahwa bayi yang disusui jarang megalami penyakit seperti diare, infeksi saluran pernafasan, atau biasanya dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI Suliastriani, 2004. Permasalahan yang sering ditemukan di lapangan yakni belum semua petugas paramedis diberi pesan dan diberi cukup informasi agar menganjurkan setiap ibu untuk menyusui bayi mereka, serta adanya praktek yang keliru dengan memberikan susu botol kepada bayi yang baru lahir. Petugas kesehatan harus mengajarkan ibu tentang perawatan bayi, melatih ibu meyusui dengan baik dan benar, manfaat ASI eksklusif dan pemberiaan MP-ASI secara baik dan tepat, sehingga dapat menambah pengetahuan ibu dan juga harus mampu menumbuhkan motivasi dan rasa percaya diri bahwa ibu dapat menyusui secara eksklusif Siregar, 2004.

2.4.2.3 Sosial Budaya

Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, dan adat istiadat Taylor, 2002. Menurut Soemardjan 2009, sosial budaya adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat yang Universitas Sumatera Utara berfungsi sebagai tempat berlindung, kebutuhan makan dan minum, pakaian dan perhiasan. Faktor budaya setempat dan pengetahuan sendiri serta sistem nilai sangat berpengaruh terhadap keputusan yang diambil dalam memberikan makan tambahan pada usia 0-6 bulan Syafrudin, 2009. Roesli 2000 menyatakan, mitos tentang menyusui ASI yang terjadi di masyarakat adalah : 1 menyusui akan merubah bentuk payudara ibu, 2 menyusui sulit untuk menurunkan berat badan ibu, 3 ASI tidak cukup pada hari-hari pertama, sehingga bayi perlu makanan tambahan, 4 Ibu bekerja tidak dapat memberikan ASI eksklusif, 4 payudara ibu yang kecil tidak cukup menghasilkan ASI, 5 ASI pertama keluar harus dibuang karena kotor, 6 ASI dari ibu kekurangan gizi, kualitasnya tidak baik. Menurut Parinasia 2004, seorang wanita yang dalam keluarga atau lingkungan sosialnya mempunyai kebiasaan yang mempunyai “budaya susu formulabotol”, ibu-ibu atau wanita muda di daerah tersebut tidak mempunyai sikap positif terhadap menyusui sesuai dengan pengalaman sehari-hari.

2.5. Landasan Teori

Dokumen yang terkait

Gambaran Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi, Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016

1 11 111

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DAN STATUS GIZI PADA BADUTA USIA 6-24 BULAN Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Mp-Asi Dengan Perilaku Pemberian MP-ASI Dan Status Gizi Pada Baduta Usia 6-24 Bulan Di Kelurahan Kestala

0 1 16

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DAN STATUS GIZI PADA BADUTA USIA 6-24 BULAN Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Mp-Asi Dengan Perilaku Pemberian MP-ASI Dan Status Gizi Pada Baduta Usia 6-24 Bulan Di Kelurahan Kestala

0 2 17

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) PADA BAYI USIA 0 - 6 BULAN DI KELURAHAN JUNGKE KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN KARANGANYAR.

0 1 9

Pengaruh Karakteristik, Faktor Internal Dan Eksternal Ibu Terhadap Pemberian Mp-asi Dini Pada Bayi Usia <6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Barusjahe Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara.

0 0 13

Gambaran Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi, Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016

0 0 30

FAKTOR – FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP - ASI) PADA BAYI USIA 0 – 6 BULAN DI DESA SIMONGAGROK DAWARBLANDONG MOJOKERTO

0 0 19

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MP-ASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPM NURTILA PALEMBANG

0 0 6

DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MP-ASI DINI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN

0 0 7

ANALISA FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MP-ASI SEBELUM USIA 6 BULAN DI DESA SEMINGKIR KECAMATAN RANDUDONGKAL

0 0 16