Uji Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi

Kepemilikan Manajemen .829 1.206 a. Dependent Variable: Informasi Sosial Sumber: Output SPSS Dari data pada tabel 4.5, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinieritas antara variabel independen yang diindikasikan dari nilai tolerance setiap variabel independen lebih besar dari 0,1 yakni sebesar 0,131 dan nilai VIF lebih kecil dari 10 yakni sebesar 7,618. Maka dapat disimpulkan bahwa analisis lebih lanjut dapat dilakukan dengan menggunakan model regresi berganda.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitias bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastistas. Menurut Nugroho 2005:62 cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot model tersebut. Analisis pada gambar Scatterplot yang menyatakan model regresi linier berganda tidak terdapat heteroskedastisitas jika: 1 titik-titik data menyebar di atas, di bawah atau di sekitar angka 0, 2 titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas dan dibawah saja, 3 penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali, Universitas Sumatera Utara 4 penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola. Dari grafik Scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi pengungkapan informasi sosial perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI berdasarkan masukan variabel independen Sumber: Output SPSS Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Scatterplot Universitas Sumatera Utara

d. Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada suatu periode dengan kesalahan pengganggu periode sebelumnya dalam model regresi. Jika terjadi autokorelasi dalam model regresi berarti koefisien korelasi yang diperoleh menjadi tidak akurat, sehingga model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi. Cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan melakukan pengujian Durbin-Watson D-W. Tabel 4.6 berikut menyajikan hasil uji D-W dengan menggunakan program SPSS Versi 17.0. Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-W atson 1 .764 a .583 .483 .20780 1.783 a. Predictors: Constant, Status Perusahaan, Kepemilikan Manajemen, LN_Ukuran Perusahaan, Net Profit Margin, Dewan Komisaris, Debt to Equity Ratio b. Dependent Variable: Informasi Sosial Sumber: Output SPSS Kriteria untuk penilaian terjadinya autokorelasi yaitu: 1 nilai D-W lebih kecil dari -2 berarti ada korelasi positif, Universitas Sumatera Utara 2 nilai D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, 3 nilai D-W lebih besar dari +2 berarti ada autokorelasi negatif. Dari hasil tabel di atas diketahui bahwa nilai D-W yang didapat sebesar 1,783 yang berarti termasuk pada kriteria kedua, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas dari masalah autokorelasi.

3. Pengujian Hipotesis

Dokumen yang terkait

Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial Dalam Laporan Tahunan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 35 83

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Tahunan Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

0 32 87

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial Dalam Laporan Tahunan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta

2 40 85

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN CORPORATE GOVERNANCE DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 3 79

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 2 76

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN SOSIAL (SOCIAL DISCLOSURE) DALAM LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 22

PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DALAM LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia).

0 0 10

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DALAM LAPORAN TAHUNAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial Dalam Laporan Tahunan Pada Perusahaan Manufaktur Go Publik Di Bursa Efek Indonesia.

0 0 14

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DALAM LAPORAN TAHUNAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial Dalam Laporan Tahunan Pada Perusahaan Manufaktur Go Publik Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 21

Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial Dalam Laporan Tahunan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 14