Terkait dengan permasalahan yang hendak dibahas dalam penulisan ini, maka tujuan yang lain yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh Sunlife
Financial Indonesia terhadap para pemegang polis Bancassurance. 2.
Untuk mengetahui pelaksanaan terhadap penyelesaian klaim dan ganti kerugian konsumen antara Sunlife Financial Medan dengan pemegang polis
Bancassurance serta bentuk pemberian ganti rugi yang diberikan kepada pemegang polis Bancassurance yang dirugikan.
Sedangkan manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Secara teoritis
Skripsi ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan secara umum dan ilmu hukum secara khususnya dan lebih
khususnya lagi mengenai perkembangan di bidang asuransi dan khususnya perlindungan konsumen.
2. Secara praktis
Diharapkan skripsi ini bermanfaat bagi kalangan praktisi dan pengusaha Perusahaan Asuransi terutama dalam pemberian perlindungan hukum agar setiap
konsumen pemegang polis dapat terhindar dari segala kerugian atau kewajiban yang melebihi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan penelusuran pada perpustakaan Universitas Sumatera Utara, khususnya Fakultas Hukum, di dapati bahwa “Aspek Perlindungan Hukum bagi
Universitas Sumatera Utara
Pemegang Polis Bancassurance produk kerjasama antara Bank dan Perusahaan Asuransi“, belum pernah ada yang meneliti dan dijadikan sebagai objek
penulisan skripsi sebelumnya. Penulisan skripsi ini adalah asli dari ide, gagasan, pemikiran, dan usaha
Penulis sendiri dengan adanya bantuan dan bimbingan dari dosen pembimbing Penulis, tanpa adanya penipuan, penjiplakan, atau hal-hal lainnya yang dapat
merugikan para pihak tertentu. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian untuk skripsi ini adalah asli. Dan untuk itu, Penulis dapat bertanggung
jawab atas keaslian penulisan skripsi ini.
E. Tinjauan Kepustakaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “perlindungan” memiliki arti : tempat berlindung; hal perbuatan dan sebagainya yang bertujuan untuk
memperlindungi menjadikan atau menyebabkan berlindung.
6
Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah “badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
6
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996, Halaman. 595.
Universitas Sumatera Utara
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Berdasarkan pengertian di atas,
bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan.
7
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi
dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Demokrasi ekonomi itu sendiri dilaksanakan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Berdasarkan asas yang digunakan dalam perbankan, maka tujuan perbankan Indonesia adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional untuk
meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasilnya, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
8
Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998, fungsi bank di Indonesia adalah: a.
Sebagai tempat menghimpun dana dari masyarakat Bank bertugas mengamankan uang tabungan dan deposito berjangka serta simpanan dalam
rekening koran atau giro. Fungsi tersebut merupakan fungsi utama bank. b.
Sebagai penyalur dana atau pemberi kredit Bank memberikan kredit bagi masyarakat yang membutuhkan terutama untuk usaha-usaha produktif.
9
Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung,
dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan
7
Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
8
Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
9
Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
Universitas Sumatera Utara
diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan.
10
Hidup penuh dengan risiko yang terduga maupun tidak terduga, oleh karena itulah kita perlu memahami tentang asuransi. Beberapa kejadian alam yang
terjadi pada tahun-tahun belakangan ini dan memakan banyak korban, baik korban jiwa maupun harta, seperti mengingatkan kita akan perlunya asuransi.
Bagi setiap anggota masyarakat termasuk dunia usaha, resiko untuk mengalami ketidakberuntungan misfortune seperti ini selalu ada. Dalam rangka mengatasi
kerugian yang timbul, manusia mengembangkan mekanisme yang saat ini kita kenal sebagai asuransi.
Fungsi utama dari asuransi adalah sebagai mekanisme untuk mengalihkan resiko risk transfer mechanism, yaitu mengalihkan resiko dari satu pihak
tertanggung kepada pihak lain penanggung. Pengalihan resiko ini tidak berarti menghilangkan kemungkinan misfortune, melainkan pihak penanggung
menyediakan pengamanan finansial financial security serta ketenangan peace of mind bagi tertanggung. Sebagai imbalannya, tertanggung membayarkan premi
dalam jumlah yang sangat kecil bila dibandingkan dengan potensi kerugian yang mungkin dideritanya.
Pada dasarnya, polis asuransi adalah suatu kontrak yakni suatu perjanjian yang sah antara penanggung dalam hal ini perusahaan asuransi dengan
tertanggung, dimana pihak penanggung bersedia menanggung sejumlah kerugian
10
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
Universitas Sumatera Utara
yang mungkin timbul dimasa yang akan datang dengan imbalan pembayaran premi tertentu dari tertanggung.
Asuransi dalam terminologi hukum merupakan suatu perjanjian, oleh karena itu perjanjian itu sendiri perlu dikaji sebagai acuan menuju pada pengertian
perjanjian asuransi. Di samping itu karena acuan pokok perjanjian asuransi tetap pada pengertian dasar dari perjanjian.
Asuransi dalam Undang-Undang No.2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab
hukum pihak ke tiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
11
Badan yang menyalurkan risiko disebut tertanggung, dan badan yang menerima resiko disebut penanggung. Perjanjian antara kedua badan ini disebut
kebijakan. Kebijakan ini adalah sebuah kontrak legal yang menjelaskan setiap istilah dan kondisi yang dilindungi. Biaya yang dibayar oleh tetanggung kepada
penanggung untuk risiko yang ditanggung disebut premi. Ini biasanya ditentukan oleh penanggung untuk dana yang bisa diklaim di masa depan, biaya
administratif, dan keuntungan. Menurut Kamus Hukum, Overeenkomst yakni perjanjian; persetujuan;
kontrak mempunyai arti sebagai “perbuatan hukum yang diadakan oleh dua orang
11
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
Universitas Sumatera Utara
atau lebih, baik yang mengikat dari satu terhadap yang lain, maupun secara timbal balik untuk melakukan prestasi oleh yang berwajib.”
12
Dalam KUHPerdata, Perjanjian Overeenkomst adalah sesuatu perbuatan dengan mana satu orang atau
lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.
13
Menurut para ahli hukum, ketentuan Pasal 1313 KUH Perdata memiliki beberapa kelemahan, antara lain : tidak jelas, karena setiap perbuatan tersebut
dapat disebut perjanjian; tidak tampak asas konsensualisme; dan bersifat dualisme. Sehingga menurut teori baru setiap perjanjian haruslah berdasarkan kata
sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.
14
Banyak definisi yang telah diberikan kepada istilah asuransi, dimana secara sepintas tidak ada kesamaan antara definisi yang satu dengan yang lainnya.
Hal ini bisa dimaklumi, karena mereka dalam mendefinisikannya disesuaikan dengan sudut pandang yang mereka gunakan dalam memandang asuransi, dimana
sesuai dengan uraian diatas bahwa asuransi dapat dipandang dari beberapa sudut. Definsi-definisi tersebut antara lain :
Perasuransian adalah istilah hukum legal term yang dipakai dalam perundang–undangan dan Perusahaan Perasuransian. Istilah perasuransian berasal
dari kata “asuransi” yang berarti pertanggungan atau perlindungan atas suatu objek dari ancaman bahaya yang menimbulkan kerugian. Apabila kata “asuransi”
diberi imbuhan per-an, maka muncullah istilah hukum “perasuransian”, yang berarti segala usaha yang berkenaan dengan asuransi. Usaha yang berkenaan
dengan asuransi ada 2 jenis yaitu :
12
L. Sumartini, Kamus Hukum Umum Bahasa Belanda-Bahasa Indonesia, Jakarta : Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI, 1999, Halaman. 105.
13
Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
14
Titik Triwulan Tutik, Pengantar Hukum Perdata di Indonesia, Jakarta : Prestasi Pustaka, 2006, Halaman. 243.
Universitas Sumatera Utara
a. Usaha di bidang kegiatan asuransi disebut usaha asuransi insurance
business. Perusahaan yang menjalankan usaha asuransi disebut Perusahaan Asuransi insurance company.
15
b. Usaha di bidang kegiatan penunjang usaha asuransi disebut usaha penunjang
usaha asuransi complementary insurance business. Perusahaan yang menjalankan usaha penunjang usaha asuransi disebut Perusahaan Penunjang
Asuransi complementary insurance company.
16
Dalam pengertian “perasuransian” selalu meliputi 2 jenis kegiatan usaha, yaitu usaha asuransi dan usaha penunjang usaha asuransi. Perusahaan
Perasuransian selalu meliputi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Penunjang Asuransi. Perusahaan Asuransi adalah jenis perusahaan yang menjalankan usaha
asuransi. Usaha asuransi adalah usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun dana masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi memberikan perlindungan
kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup
atau meninggalnya seseorang Pasal 2 huruf a Undang–Undang Nomor 2 Tahun 1992.
17
Perusahaan Penunjang Asuransi adalah perusahaan yang menjalankan usaha penunjang usaha asuransi. Dalam Pasal 2 huruf b Undang–Undang Nomor
2 Tahun 1992 dinyatakan bahwa usaha penunjang usaha asuransi adalah usaha yang menyelenggarakan : jasa keperantaraan, jasa penilaian kerugian asuransi,
dan jasa aktuaria.
15
Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2006, Halaman. 5.
16
Abdulkadir Muhammad, Ibid. , Halaman. 6
17
Abdulkadir Muhammad, Ibid, Halaman. 6
Universitas Sumatera Utara
Defenisi Pertanggungan dan Penjaminan yang juga memiliki hubungan dengan istilah perasuransian. Istilah aslinya dalam bahasa Belanda adalah
verzekering atau assurantie. Prof. R. Sukardono Guru Besar Hukum Dagang menerjemahkannya dengan “pertanggungan”. Istilah pertanggungan ini umum
dipakai dalam literature hukum dan kurikulum perguruan tinggi hukum di Indonesia. Istilah asuransi adalah serapan dari istilah assurantie Belanda,
assurance Inggris banyak dipakai dalam praktik dunia usaha business. Akan tetapi, kenyataan sekarang kedua istilah pertanggungan dan asuransi dipakai, baik
dalam kegiatan bisnis maupun pendidikan hukum di perguruan tinggi hukum sebagai sinonim. Kedua istilah tersebut dipakai dalam undang–undang
perasuransian dan juga buku – buku hukum perasuransian. Dalam verzekeringsrecht dikenal juga istilah verzekeraar dan verzekerde.
Prof. R. Soekardono menerjemahkan verzekeraar dengan penanggung yaitu pihak yang menanggung resiko. Sementara verzekerde diterjemahkannya dengan
tertanggung, yaitu pihak yang mengalihkan risiko atas kekayaan atau jiwanya kepada penanggung. Dalam hukum asuransi atau pertanggungan di Inggris,
asuransi atau pertanggungan disebut insurance, penanggung disebut the insurer, dan tertanggung disebut the insured. Walaupun istilah asuransi dan pertanggungan
dipakai sebagai sinonim, istilah pengasuransi dan terasuransi tidak pernah dipakai, yang dipakai adalah istilah penanggung dan tertanggung, baik dalam undang–
undang maupun dalam kontrak. Berbeda dengan Prof. R. Soekardono, Prof. Wirjono Prodjodikoro Guru
Besar Hukum Perdata, mantan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia menggunakan istilah asuransi sebagai serapan dari assurantie Belanda, penjamin
Universitas Sumatera Utara
untuk penanggung, dan terjamin untuk tertanggung. Walaupun istilah yang dimaksud itu mempunyai kesamaan pengertian, istilah penjamin dan terjamin
lebih tepat dipakai pada hukum perdata mengenai perjanjian penjaminan garantie, borgtocht, hoofdelijkheid. Oleh karena itu, perlu dibedakan antara
istilah hukum yang dipakai pada perjanjian khusus dalam lingkup hukum perdata.
18
J.E Kaihatu menjelaskan perbedaan penggunaan istilah insurance dan assurance dalam praktik asuransi di Inggris. Beliau menyatakan bahwa istilah
insurance dipakai untuk asuransi kerugian, sedangkan istilah assurance dipakai untuk asuransi jumlah.
Terjadinya perbedaan istilah dalam bahasa Indonesia adalah akibat terjemahan bahasa Belanda ke dalam bahasa Indonesia. Sebagaimana di ketahui
bahwa hukum yang berlaku di Indonesia adalah hukum tertulis yang sebagian besar berasal dari hukum Belanda yang ditulis dalam bahasa Belanda. Oleh karena
itu, untuk menciptakan istilah hukum dalam bahasa Indonesia yang lebih tepat, sesuai dan tidak rancu dalam penggunaannya, sebaiknya berhati–hati dalam
menerjemahkan istilah hukum yang ditulis dalam bahasa Belanda ke dalam bahasa Indonesia.
19
Menurut Titik Triwulan, perjanjian adalah suatu persetujuan dimana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam
lapangan harta kekayaan.
20
Dalam defenisi di atas, secara jelas terdapat konsensur antara para pihak, yakni persetujuan antara para pihak satu dengan pihak lainnya.
18
Abdulkadir Muhammad, Ibid, Halaman. 7
19
Abdulkadir Muhammad, Ibid, Halaman. 7
20
Titik Triwulan Tutik, Ibid., Halaman. 243.
Universitas Sumatera Utara
Perjanjian di sini dapat dikatakan sebagai Undang-Undang yang merupakan ketentuan di luar UUPK, sebab sesuai dengan ketentuan dalam
KUHPerdata yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya.
21
Ketentuan ini menganut asas kebebasan berkontrak yang berarti setiap orang bebas membuat
perjanjian apapun baik yang diatur secara khusus dalam KUHPerdata maupun yang belum diatur dalam KUHPerdata atau peraturan lainnya. Hal ini berarti
bahwa masyarakat selain bebas membuat perjanjian apapun, mereka pada umumnya juga diperbolehkan untuk mengesampingkan atau untuk tidak
mengesampingkan peraturan-peraturan yang terdapat dalam bagian khusus buku III KUHPerdata.
Pada setiap perjanjian yang dibuat para pihak disebut pihak pertama dan pihak kedua, tentu sudah ditetapkan berbagai ketentuan seperti hak dan
kewajiban masing-masing pihak serta ketentuan lain yang disepakati. Sesuai dengan perjanjian yang berisikan ketentuan-ketentuan yang mengatur para pihak
inilah, yang mana perjanjian ini juga yang akan memberikan perlindungan bagi para pihak apabila ada salah satu pihak yang melanggar ketentuan-ketentuan
bersangkutan wanprestasi dan sebaliknya pihak lain berhak mendapatkan ganti kerugian.
Subekti, memberikan pengertian perjanjian sebagai suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seseorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji
untuk melaksanakan suatu hal.
22
Sedangkan Sardjono, mengatakan bahwa yang
21
Pasal 1338 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
22
Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: PT. Intermasa, 1978, Halaman. 1.
Universitas Sumatera Utara
dimaksud dengan perjanjian adalah suatu perbuatan dimana salah satu pihak mengikatkan diri pada pihak lain untuk melakukan suatu perbuatan.
Setiap perjanjian pada dasarnya akan meliputi hal-hal tersebut di bawah ini:
a. Perjanjian selalu menciptakan hubungan hukum.
b. Perjanjian menunjukkan adanya kemampuan atau kewenangan menurut
hukum. c.
Perjanjian mempunyai atau berisikan suatu tujuan, bahwa pihak yang satu akan memperoleh dari pihak yang lain suatu prestasi yang mungkin
memberikan sesuatu, melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. d.
Dalam setiap perjanjian, Kreditor berhak atas prestasi dari debitor, yang dengan sukarela akan memenuhinya.
e. Bahwa dalam setiap perjanjian debitor wajib dan bertanggung-jawab
melakukan prestasinya sesuai dengan isi perjanjian. Kelima unsur termaksud di atas pada hakikatnya selalu terkandung pada
setiap jenis perjanjian termasuk perjanjian asuransi. Jadi, pada perjanjian asuransi di samping harus mengandung kelima unsur pokok termaksud, mengandung pula
unsur-unsur lain yang menunjukkan ciri-ciri khusus dalam karakteristiknya. Ciri- ciri dan karakteristik perjanjian asuransi inilah nanti yang membedakannya
dengan jenis perjanjian pada umumnya dan perjanjian-perjanjian lain.
23
Perjanjian asuransi atau pertanggungan itu mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
23
Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Jakarta: Sinar Grafika, 1995, Halaman. 83.
Universitas Sumatera Utara
a. Perjanjian asuransi atau pertanggungan pada dasarnya adalah suatu perjanjian
penggantian kerugian shcadeverzekering atau indemniteits contract. Penanggung mengikatkan diri untuk menggantikan kerugian karena pihak
tertanggung menderita kerugian dan yang diganti itu adalah seimbang dengan kerugian yang sungguh-sungguh diderita prinsip indemnitas.
b. Perjanjian asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian bersyarat.
Kewajiban mengganti rugi dari penanggung hanya dilaksanakan kalau peristiwa yang tidak tertentu atas mana pertanggungan itu terjadi.
c. Perjanjian asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian timbal balik.
Kewajiban penanggung mengganti rugi diharapkan dengan kewajiban tertanggung membayar premi.
d. Kerugian yang diderita adalah akibat dari peristiwa yang tidak tertentu atas
mana diadakan pertanggungan. Sesuai dengan ketentuan perjanjian dalam KUHPerdata, syarat sahnya
suatu perjanjian, yakni :
24
a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
c. Suatu hal tertentu;
d. Suatu sebab yang halal.
Dengan diberlakukannya kata sepakat mengadakan perjanjian maka berarti bahwa kedua belah pihak harusnya mempunyai kebebasan kehendak. Kedua belah
pihak harus mempunyai kemauan yang bebas untuk mengikatkan diri dan kemauan itu harus dinyatakan. Pernyataan dapat dilakukan dengan tegas ataupun
24
Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Universitas Sumatera Utara
secara diam-diam.
25
Perusahaan Perasuransian adalah terdiri dari Perusahaan Asuransi Kerugian, Perusahaan Reasuransi, Perusahaan Pialang Asuransi,
Perusahaan Pialang Reasuransi, Agen Asuransi, Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi dan Perusahaan Konsultan Aktuaria.
26
Asuransi dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian adalah perjanjian antara kedua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung
karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung,
yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan. Badan yang menyalurkan risiko disebut tertanggung, dan badan yang
menerima risiko disebut penanggung. Perjanjian antara kedua badan ini disebut kebijakan, yaitu sebuah kontrak legal yang menjelaskan setiap istilah dan kondisi
yang dilindungi. Para pihak yang membuat perjanjian asuransi juga mempunyai kebebasan untuk mengatur sendiri isi perjanjiannya asas kebebasan berkontrak
dengan berdasar pada Pasal 1338 KUHPerdata, yaitu: a.
Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
25
T. Darwini, Diktat Hukum Perdata, Medan : 2007, Halaman. 84.
26
Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
Universitas Sumatera Utara
b. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan kedua belah pihak,
atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.
c. Suatu perjanjian harus dilakukan dengan itikad baik.
Arti penting dari perjanjian asuransi adalah bahwa asuransi merupakan perjanjian yang memberikan proteksi. Oleh karena itu, perjanjian asuransi adalah
perjanjian yang menawarkan suatu kepastian dari suatu ketidakpastian mengenai kerugian-kerugian yang bersifat ekonomis, yang mungkin timbul karena suatu
peristiwa yang belum pasti. Perjanjian Asuransi pada dasarnya merupakan perjanjian penggantian kerugian, dimana penanggung mengikatkan diri untuk
mengganti kerugian yang diperkirakan akan terjadi dan akan diderita oleh tertanggung, dimana penggantian kerugian tersebut seimbang jumlahnya dengan
kerugian sesungguhnya yang diderita oleh tertanggung.
27
Dalam suatu perjanjian tanggung menanggung ditemui beberapa masalah, di antaranya tuntutan pihak tertanggung kepada penanggung untuk memperoleh
ganti rugi apabila peristiwa tidak tertentu terjadi, yang dalam istilah asuransi disebut klaim. Dalam memperoleh ganti rugi biasanya tertanggung sering
menghadapi kendala, seperti penentuan diganti seluruhnya atau sebagian masalah total ross. Apabila terjadi suatu peristiwa yang mengakibatkan kerugian kepada
tertanggung, maka tertanggung harus melaporkan atau memberitahukan kepada penanggung dalam waktu 72 jam dengan membawa surat keterangan.
28
27
Marhainis Abdul Hay, Hukum Perbankan, Jakarta: Pradnya Paramita, 1997, Halaman. 56.
28
Hak Pemegang Polis tetap Harus Dibayar, www.bisnis.com, diakses pada tanggal 28 Agustus 2010.
Universitas Sumatera Utara
Di dalam perjanjian tersebut harus dicantumkan beberapa faktor, di antaranya tanggung jawab penanggung atas kerugian yang diderita tertanggung,
faktor-faktor apa saja yang menentukan jumlah pembayaran ganti rugi tersebut dan bagaimana proses penggantian kerugian yang dibayarkan pihak penanggung.
Tanggung Jawab secara perdata tersebut Merupakan konsekuensi logis yang memegang harus dilaksanakan oleh perusahaan asuransi selaku pihak
penanggung. Pelaksanaan tanggung jawab secara perdata tersebut yang berupa penggantian kerugian yang diderita oleh pihak tertanggung dapat dikatakan telah
selesai apabila kondisi barang yang dipertanggung-jawabkan telah kembali ke bentuk semula.
Dalam hal ini, perusahaan asuransi perlu memberikan penjelasan yang lengkap tentang peranan asuransi sebagai cara pengalihan risiko, dan disamping
itu perlu pula dukungan pemerintah untuk mengembangkan proteksi asuransi melainkan pada masyarakat pada umumnya, mengingat masyarakat masih banyak
yang belum memahami dari manfaat asuransi serta pembaharuan dari Undang- Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.
Yang dimaksud dengan Polis adalah surat perjanjian yang memuat perjanjian asuransi jiwa antara penanggung dengan pemilik polis. Sedangkan yang
dimaksud dengan pemegang polis adalah orang badan yang mengadakan perjanjian asuransi jiwa dengan penanggung dan yang berhak atas polis.
29
Ada pihak-pihak dan istilah yang terkait di dalam perlindungan konsumen, yaitu :
29
Adrian Sutedi, Tanggung Jawab Produk Dalam Hukum Perlindungan Konsumen, Bogor : Ghalia Indonesia, 2008, Halaman. 10.
Universitas Sumatera Utara
1. Konsumen
Menurut hukum positif masih sangat sedikit peraturan perundang- undangan yang menyebutkan tentang konsumen. Hal ini disebabkan karena
ketidaktahuan atau keengganan konsumen untuk memanfaatkan waktunya. Di lain pihak, masih banyak produsen yang bertindak semena-mena di balik
ketidakberdayaan dan ketidaktahuan konsumen tersebut.
30
Istilah konsumen berasal dari kata consumer Inggris-Amerika atau consumentkonsument Belanda. Secara harafiah arti kata consumer adalah “lawan
dari produsen setiap orang yang menggunakan barang”, sedangkan menurut Kamus Bahasa Inggris-Indonesia, consumer adalah “pemakai atau konsumen”.
Sebelum lahirnya UUPK, batasan dan pengertian tentang konsumen masih rancu. Istilah konsumen telah dimuat pertama kali dalam TAP MPR No.
IIMPR119 Bab IV huruf f butir 4a tentang GBHN dan selanjutnya disinggung sedikit dalam beberapa peraturan perundang-undangan. Tidak satupun menjelaskan
pengertian konsumen. Untuk memperkecil lingkup pengertian konsumen, maka pengertian konsumen dapat terdiri dari tiga bagian, yaitu :
31
a. Konsumen dalam arti umum adalah pemakai, pengguna danatau pemanfaat
barang danatau jasa untuk tujuan tertentu. b.
Konsumen antara adalah pemakai, pengguna danatau pemanfaat barang danatau jasa untuk diproduksi produsen menjadi barangjasa lain atau untuk
diproduksi produsen menjadi barang jasa atau untuk memperdagangkannya distributor, dengan tujuan komersial. Konsumen antara ini sama dengan
pelaku usaha.
30
Adrian Sutedi, Ibid, Halaman. 10.
Universitas Sumatera Utara
c. Konsumen akhir adalah pemakai, pengguna danatau pemanfaat barang
danatau jasa konsumen untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, keluarga atau rumah tangganya dan tidak untuk diperdagangkan kembali.
32
Setelah lahirnya UUPK, maka jenis konsumen yang dilindungi adalah jenis konsumen akhir. Hal ini terlihat dari defenisi konsumen yang menjelaskan,
yaitu : konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun
makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.”
33
Selanjutnya pengertian konsumen yang akan dibahas dalam penulisan ini adalah konsumen akhir sesuai
dengan pengertian konsumen dalam UUPK.
F. Metode Penulisan