Pajak 1. Definisi Pajak TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pajak 1. Definisi Pajak

Peranan pajak terhadap pendapatan negara sangat dominan pada saat sekarang. Hal ini terjadi karena pajak merupakan sumber yang pasti dalam memberikan kontribusi kepada negara. Pajak merupakan cermin dari kegotongroyongan dan kebersamaan masyarakat dalam pembiayaan negara yang diatur dalam perundang-undangan. Beberapa definisi tentang pajak antara lain: Menurut Rochmat Soemitro dalam Marsyahrul 2005:2 definisi pajak adalah sebagai berikut: “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa imbal kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.” Menurut MJH. Smeets dalam Waluyo 2008:3 yaitu: “Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma- norma umum dan dapat dipaksakan, tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual, dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran pemerintah.” Menurut N.J. Feldmann dalam Suandy 2008:9 yaitu: “ Pajak adalah prestasi yang dapat dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum, tanpa ada kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.” Definisi pajak menurut pasal 1 Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan No. 6 Tahun 1983 adalah: “ Pajak merupakan kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.” Maka, dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur berikut: a. Iuran rakyat kepada negara, sehingga yang berhak memungut pajak hanya negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. b. Pajak dipungut berdasarkan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya. c. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi secara individual oleh pemerintah. d. Digunakan untuk membiayai keperluan rumah tangga negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Pada dasarnya setiap definisi pajak yang dikemukakan para ahli memuat empat unsur di atas. Adanya keempat unsur tersebut menjadikan pajak mempunyai kekuatan hukum yang kuat sehingga apabila masyarakat wajib pajak tidak melakukan kewajiban pembayaran pajak sesuai dengan UU perpajakan, maka wajib pajak tersebut dapat dikenakan sanksi berupa sanksi administrasi maupun pidana.

2. Jenis Pajak

Dalam Resmi 2008:7 pajak dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pengelompokkan berdasarkan golongannya, lembaga pemungutnya, maupun sifatnya. a. Pajak berdasarkan golongannya dapat dibagi menjadi dua yaitu pajak langsung dan pajak tidak langsung. 1 Pajak langsung merupakan pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain. Contoh dari pajak langsung adalah Pajak Penghasilan PPh. 2 Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain. Contoh dari pajak tidak langsung adalah Pajak Pertambahan Nilai PPN dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah PPnBM. b. Berdasarkan lembaga pemungutnya, pajak dapat dibagi menjadi dua, yaitu Pajak Pusat atau Pajak Negara dan Pajak Daerah. 1 Pajak Pusat atau Pajak Negara adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pajak. Contoh dari pajak pusat adalah PPh, PPN, PPnBM, PBB, Bea Materai dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB.

Dokumen yang terkait

Implementasi Undang-undang No. 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Wajib Pajak Penghasilan ( Studi di Kantor Pelayanan Pajak Bojonegoro )

0 3 24

DAMPAK UU NO 36 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PENGHASILAN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK, PERSEPSI WAJIB PAJAK, DAN NPWP DI LUMAJANG

0 5 20

KAJIAN YURIDIS PAJAK PENGHASILAN TERHADAP PESEPAKBOLA BERKEWARGANEGARAAN ASING DI KLUB PERSID JEMBER BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

0 2 17

Analisis perbandingan sebelum dan sesudah penerapan undang-undang perpajakan nomor 36 tahun 2008 mengenai zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak dan implikasinya terhadap perubahan jumlah wajib pajak orang pribadi (studi pada KPP Pratama Serpong)

2 24 111

Analisis komparatif pertumbuhan investasi reksa dana sebelum dan setelah penerapan Undang-undang Pajak Penghasilan no 36 tahun 2008

0 14 94

Pengaruh Undang-Undang No.38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat Dan Undang-Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 Terhadap Pelaksanaan Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak : Studi kasus pada wajib pajak di KPP Pratama Jakarta Cilandak

0 18 160

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA ANTARA INDONESIA DAN JEPANG BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PENGHASILAN INDONESIA.

0 0 9

PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DISTRIBUTOR KEGIATAN USAHA MULTI LEVEL MARKETING BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PENGHASILAN.

0 0 1

PERUBAHAN TARIF PAJAK PENGHASILAN BADAN MENURUT UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN No. 36 TAHUN 2008 DAN PRAKTIK EARNINGS MANAGEMENT

0 0 12

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN UU NOMER 36 TAHUN 2008 TERHADAPPERTUMBUHAN WAJIB PAJAK SERTA PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA PURWOKERTO DAN PURBALINGGA

0 0 21