yang tidak memiliki NPWP dan telah berusia 21 tahun yang bertolak ke luar negeri, wajib membayar Fiskal Luar Negeri sebagai
pembayaran pajak dimuka yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
q. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pasal 31E
Untuk pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah diberikan fasilitas perpajakan berupa pengurangan tarif 50 lima puluh persen
lebih rendah dari tarif normal bagi WP badan yang memenuhi kriteria: 1
Mempunyai peredaran bruto usahaomzet sampai dengan Rp50.000.000.000,00 lima puluh miliar rupiah.
2 Dikenakan atas penghasilan Kena Pajak dari bagian omzet sampai
dengan Rp4.800.000.000,00 empat miliar delapan ratus juta rupiah.
3. Contoh Perhitungan Pengenaan Pajak Penghasilan
a. Perhitungan PPh Pasal 21 untuk WP Orang Pribadi
Tuan A bekerja sebagai Direktur Utama sebuah perusahaan perdagangan menerima gaji pokok sebesar Rp14.000.000,00 perbulan
ditambah beberapa tunjangan seperti tunjangan transport, premi asuransi kecelakaan kerja dan premi asuransi kematian yang besarnya
masing-masing 5, 0,24 dan 0,3 dihitung dari gaji pokok bulanan, disamping itu, Tuan A juga memenuhi kewajibannya
membayar iuran pensiun dan iuran jaminan hari tua yang telah
disahkan oleh Menteri Keuangan dengan besarnya masing-masing adalah 4 dan 2 dari gaji pokok. Tuan A telah menikah dan
memiliki 3 orang anak. Maka besarnya PPh Pasal 21 Tuan A adalah sebagai berikut:
Perhitungan dengan menggunakan UU No. 17 Tahun 2000
Gaji sebulan Rp 14.000.000
Tunjangan transport 5 x Rp 14.000.000 Rp 700.000
Premi asuransi kec. kerja 0,24 x Rp 14.000.000 Rp 33.600 Premi asuransi kematian
0,3 x Rp 14.000.000 Rp 42.000+
Jumlah Penghasilan Bruto Rp 14.775.600 Pengurang:
Biaya jabatan 5 x Rp 14.775.600 = Rp 738.780 Biaya jabatan yang diperkenankan = Rp 500.000
Iuran pensiun 4 x Rp 14.000.000 = Rp 560.000 Iuran JHT 2 x Rp 14.000.000 = Rp 280.000 +
Rp 1.340.000 Jumlah Penghasilan Neto Sebulan Rp 13.435.600
Penghasilan Neto Setahun 12 x Rp 13.435.600 Rp 161.227.200
PTKP K3 Diri WP sendiri
Rp 13.200.000 Kawin
Rp 1.200.000 Tanggungan
3x Rp 1.200.000 Rp 3.600.000 +
Rp 18.000.000 Penghasilan Kena Pajak
Rp 143.227.200
Penghasilan Kena Pajak Pembulatan Rp 143.227.000
PPh Pasal 21 terutang : 5 x Rp 25.000.000 = Rp 1.250.000
10 x Rp 25.000.000 = Rp 2.500.000 15 x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000
25 x Rp 43.227.000 = Rp 10.806.750 + Rp 22.056.750
PPh pasal 21 terutang sebulan Tuan A = Rp 22.056.750 12
= Rp 1.838.062
Perhitungan dengan menggunakan UU No. 36 Tahun 2008
Gaji sebulan Rp 14.000.000
Tunjangan transport 5 x Rp 14.000.000 Rp 700.000
Premi asuransi kec. Kerja 0,24 x Rp 14.000.000
Rp 33.600 Premi asuransi kematian
0,3 x Rp 14.000.000 Rp 42.000+
Jumlah Penghasilan Bruto Rp 14.775.600 Pengurang:
Biaya jabatan 5 x Rp 14.775.600 = Rp 738.780 Biaya jabatan yang diperkenankan = Rp 500.000
Iuran pensiun 4 x Rp 14.000.000 = Rp 560.000 Iuran JHT 2 x Rp 14.000.000 = Rp 280.000 +
Rp 1.340.000 Jumlah Penghasilan Neto Sebulan Rp 13.435.600
Penghasilan Neto Setahun 12 x Rp 13.435.600
Rp 161.227.200 PTKP K3
Diri WP sendiri Rp15.840.000 Kawin
Rp 1.320.000 Tanggungan
3x Rp1.320.000 Rp 3.960.000 + Rp 21.120.000
Penghasilan Kena Pajak Rp 140.107.200
Penghasilan Kena Pajak Pembulatan Rp 140.107.000
PPh Pasal 21 terutang setahun: 5 x Rp 50.000.000= Rp 2.500.000
15 x Rp 90.107.000= Rp13.516.050+ Rp16.016.050
PPh Pasal 21 terutang sebulan = Rp16.016.050 12
= Rp1.334.670
Jika Tuan A tidak memiliki NPWP maka perhitungan PPh Pasal 21 untuk Tuan A menjadi:
PPh Pasal 21 terutang setahun: 5 x 120 x Rp50.000.000 = Rp 3.000.000
15 x 120 x Rp90.107.000 = Rp 16.219.260 + Rp 19.219.260
PPh Pasal 21 terutang sebulan = Rp19.219.260 12
= Rp1.601.605
b. Perhitungan PPh Pasal 23
PT. Jaya melakukan pemeliharaan dan perbaikan 5 unit AC kantor sebesar Rp500.000,00. Pajak Penghasilan Pasal 23 yang terutang atas
transaksi tersebut adalah...Yolina, 2009:43
Perhitungan dengan menggunakan UU No. 36 Tahun 2008
Jika WP memiliki NPWP maka perhitungan pajaknya adalah:
2 x Rp500.000,00 = Rp 10.000,00
Jika WP Non NPWP maka perhitungan pajaknya menjadi:
2 x 200 x Rp500.000,00 = Rp 20.000,00
c. Perhitungan PPh Badan
PT. X sebagai wajib pajak badan memiliki jumlah penghasilan kena pajak sebesar Rp250.000.000,00 maka pajak terutang untuk PT. X
adalah...
Perhitungan dengan menggunakan UU No. 17 Tahun 2000
10 x Rp50.000.000,00 = Rp5.000.000,00 15 x Rp50.000.000,00 = Rp7.500.000,00
30 x Rp150.000.000,00 = Rp45.000.000,00 + Pajak terutang PT. X
= Rp57.500.000,00 Perhitungan dengan menggunakan UU No. 36 Tahun 2008
Untuk tahun 2009, pajak terutang PT. X adalah:
28 x Rp250.000.000,00 = Rp70.000.000,00
Pada tahun 2010 menjadi 25 x Rp250.000.000,00
= Rp62.500.000,00
d. Perhitungan untuk pemanfaatan fasilitas UMKM
1 Peredaran usaha PT. Sabar pada tahun 2009 sebesar
Rp4.000.000.000,00 dengan penghasilan kena pajak sebesar Rp800.000.000,00 maka perhitungan pajak penghasilan yang
terutang adalah...Yolina, 2009:45 50 x 28 x Rp800.000.000,00 = Rp112.000.000,00
Catatan: Seluruh penghasilan kena pajak yang diperoleh dari peredaran bruto usaha dikenakan tarif 50 dari tarif pajak
penghasilan badan yang berlaku karena peredaran bruto usaha PT. Sabar tidak melebihi Rp4.800.000.000,00
2 Peredaran usaha PT. Jaya pada tahun 2009 sebesar
Rp20.000.000.000,00 dengan penghasilan kena pajak sebesar Rp4.000.000.000,00 maka perhitungan pajak penghasilan yang
terutang adalah... Jumlah Penghasilan Kena Pajak PKP yang mendapatkan fasilitas:
Rp4.800.000.000 : Rp20.000.000.000,00 x Rp4.000.000.000,00 = Rp960.000.000,00
Jumlah PKP yang tidak mendapatkan fasilitas: Rp4.000.000.000,00 – Rp960.000.000,00 = Rp3.040.000.000,00
Pajak Penghasilan yang terutang: 50 x 28 x Rp960.000.000
= Rp 134.000.000,00 28 x Rp3.040.000.000,00
= Rp 851.200.000,00 Jumlah Pajak Penghasilan yang terutang = Rp 985.600.000,00
D. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai perubahan Undang-Undang Perpajakan terutama Undang-Undang Pajak Penghasilan, Jumlah Wajib Pajak dan penerimaan
pajak telah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Tabel 2.7 menunjukkan hasil-hasil penelitian terdahulu yang terkait mengenai
perubahan Undang-Undang Pajak, Jumlah Wajib Pajak dan penerimaan pajak penghasilan yang digunakan sebagai rujukan dalam melaksanakan penelitian
ini.
Tabel 2.7 Penelitian Terdahulu
Peneliti Tahun
Judul Variabel
Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian
Khemal Pambudi,
et.al 2009
Dampak berlakunya
UU No. 36 Tahun 2008
Tentang Pajak Penghasilan
Terhadap Penerimaan
Sektor Pajak: Studi Kasus
KPP Pratama Jember.
Berlakunya UU No. 36 Tahun
2008 x Jumlah Wajib
Pajak y
1
Penerimaan pajak y
2
Deskriptif Kuantitatif
Jumlah Wajib Pajak
meningkat tetapi
Penerimaan pajak
mengalami penurunan
setelah diberlakukannya
UU No. 36 Tahun 2008
Tentang Pajak Penghasilan.
Sormin Partogian
2008 Perubahan dan
implikasi Pajak
Penghasilan menurut UU
No. 36 tahun 2008.
Perubahan UU No. 36 tahun
2008 x Implikasi
diberlakukannya UU tersebut y
Deskriptif Kualitatif
Semakin ada kepastian
hukum dalam peraturan
perpajakan, dan dapat
meningkatkan jumlah wajib
pajak dengan adanya berbagai
fasilitas pajak.
Bersambung ke halaman selanjutnya
Tabel 2.7 Lanjutan Peneliti
Tahun Judul
Variabel Metodologi
Penelitian Hasil
Penelitian
Mario Antonius
Sumarsono dan M.
Khoiru Rusydi
2009 Analisis
Perbedaan Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak
dan Penerimaan Pajak
Sebelum dan Sesudah
Penerapan Modernisasi
Administrasi Perpajakan:
Studi pada KPP Pratama di
Lingkungan Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak
Jawa Timur III Penerapan
modenisasi administrasi
perpajakan pada KanWil DJP
Jawa Timur III x
Tingkat Kepatuhan Wajib
Pajak y
1
dan penerimaan pajak
y
2
Paired Sample t-test
Tidak terdapat perbedaan pada
tingkat kepatuhan
Wajib Pajak sebelum dan
sesudah penerapan
modernisasi administrasi
perpajakan. Sedangkan
terdapat perbedaan yang
cukup signifikan pada
penerimaan pajak sebelum
dan sesudah penerapan
modernisasi administrasi
perpajakan.
Haryo Setyaki
Krissudarto 2003
Pengaruh Perubahan Tarif
Pajak Penghasilan
Perorangan Pada UU No.17
Tahun 2000 Dibandingkan
Dengan UU No.7 Tahun
1983 Dalam Kaitannya
Dengan Kepatuhan
Wajib Pajak Untuk
Membayar Pajak di Kota
Banjarmasin. Perubahan UU
PPh No. 17 Tahun 2000 x
Kepatuhan Wajib Pajak Untuk
Melaksanakan Kewajiban
Perpajakan y Deskriptif
Kualitatif Perubahan UU
PPh No.17 Tahun 2000
tidak berpengaruh
terhadap tingkat
kepatuhan WP. Terjadi
penambahan Jumlah WP
tetapi tidak diikuti dengan
peningkatan penerimaan
PPh OP di Kota Banjarmasin.
Bersambung ke halaman selanjutnya
Tabel 2.7 Lanjutan Peneliti
Tahun Judul
Variabel Metodologi
Penelitian Hasil
Penelitian
Jeffrey Owens
2006
Fundamental Tax Reform:
An International
Perspective Tren pelaksanaan
reformasi pajak pada 30 negara
anggota OECD x
Faktor-faktor yang mendorong
kesuksesan pelaksanaan
reformasi pajak y
Deskriptif Kuantitatif
Setiap negara harus
membangun beberapa
prinsip seperti kesederhanaan
dalam sistem perpajakan dan
pemenuhan aspek keadilan
untuk menunjang
kesuksesan pelaksanaan
reformasi pajak.
Munari 2005
Pengaruh Faktor Tax
Payer terhadap
keberhasilan Penerimaan
Pajak Penghasilan
Studi Kasus KPP Batu,
Malang Kesadaran
perpajakan x
1
Pendapat WP tentang berat
tidaknya beban PPh x
2
Persepsi WP tentang
pelaksanaan sanksi denda
pajak x
3
Tax avoidance x
4
Keberhasilan Penerimaan PPh
y Regresi
berganda, uji t dan uji F
Kesadaran perpajakan,
Pendapat WP tentang beban
PPh, Persepsi WP tentang
pelaksanaan sanksi denda
pajak, dan Tax avoidance
berpengaruh baik secara
simultan maupun parsial
terhadap penerimaan
PPh.
Hendra Wahyu Adi
Putra 2008
Pengaruh Jumlah Wajib
Pajak Efektif Pajak
Penghasilan Pasal 21
Terhadap Penerimaan
Pajak Penghasilan
Studi Kasus KPP Pratama
Bandung Karees
Jumlah Wajib Pajak Efektif PPh
Pasal 21 x Jumlah
Penerimaan Pajak Penghasilan y
Regresi linier sederhana
Terdapat pengaruh
signifikan antara jumlah
wajib pajak efektif PPh
Pasal 21 dengan Jumlah
penerimaan Pajak
Penghasilan.
Sumber: diolah dari berbagai referensi
E. Keterkaitan Antar Variabel 1. Amandemen Undang-Undang Pajak Penghasilan dengan Jumlah
Wajib Pajak
Amandemen terhadap Undang-Undang perpajakan dilakukan untuk meningkatkan kinerja perpajakan melalui upaya ekstensifikasi dan
intensifikasi perpajakan. Ekstensifikasi dalam pajak adalah suatu upaya untuk dapat meningkatkan jumlah Wajib Pajak dengan memberikan
Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Haryo Setyaki Krissudarto 2003 menyimpulkan bahwa
amandemen UU PPh No. 17 Tahun 2000 berpengaruh terhadap penambahan jumlah Wajib Pajak, kemudian penelitian yang dilakukan
oleh Khemal Pambudi et.al 2009 menyimpulkan bahwa setelah penerapan UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, jumlah
Wajib Pajak meningkat dibandingkan dengan sebelum berlakunya Undang-Undang No. 36 Tahun 2008. Penelitian ini mendukung penelitian
yang dilakukan oleh Sormin 2008 yang menyebutkan bahwa dengan adanya perubahan terhadap Undang-Undang Pajak Penghasilan dapat
meningkatkan jumlah Wajib Pajak karena banyaknya fasilitas dan kemudahan yang diberikan kepada Wajib Pajak. Berdasarkan hasil dari
penelitian-penelitian diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
Ha
1
: Terdapat perbedaan yang signifikan pada Jumlah Wajib Pajak periode sebelum dan sesudah penerapan UU No. 36 Tahun
2008 Tentang Pajak Penghasilan.
2. Amandemen Undang-Undang Tentang Pajak Penghasilan dengan Penerimaan Pajak