Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP

3 Wajib Pajak Orang Pribadi yang telah meninggal dunia tetapi belum diterima pemberitahuan tertulis secara resmi dari ahli warisnya atau belum mengajukan penghapusan NPWP 4 Secara nyata tidak menunjukkan adanya kegiatan usaha 5 Bendahara tidak melakukan pembayaran lagi 6 Wajib Pajak Badan yang telah bubar tetapi belum ada akte pembubarannya atau belum ada penyelesaian likuidasi bagi badan yang sudah mendapat pengesahan dari instansi yang berwenang 7 Wajib Pajak Orang Pribadi yang bertempat tinggal atau berada atau bekerja di luar negeri lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan. Dalam hal perubahan status Wajib Pajak efektif menjadi Non efektif atau sebaliknya, Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan TIP harus melakukan pemantauan terhadap perubahan status wajib pajak yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak KPP.

2. Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP

Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP menurut Undang- Undang No. 28 Tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas Undang- Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan No. 6 Tahun 1983 adalah: “Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP adalah Nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.” Direktorat Jenderal Pajak telah mengekstensifikasikan Wajib Pajak Orang Pribadi WPOP yang mempunyai penghasilan untuk mempunyai NPWP. Sejak akhir tahun 2005, Dirjen Pajak sudah menetapkan NPWP secara jabatan dan membagikan data tersebut kepada Wajib Pajak. Tujuan dari Dirjen Pajak mengekstensifikasikan NPWP tersebut adalah untuk meningkatkan penerimaan pajak dan menyempurnakan administrasi perpajakan. Bagi WP yang mempunyai penghasilan di atas PTKP diwajibkan mendaftarkan diri untuk memiliki NPWP. Hal ini sesuai dengan Undang- Undang KUP No. 28 Tahun 2007 yang memuat tentang sanksi-sanksi bagi WP yang sengaja tidak mendaftarkan diri dan menimbulkan kerugian bagi negara berupa sanksi administrasi dan sanksi pidana. Sanksi tersebut berupa pidana penjara paling singkat 6 enam bulan dan paling lama 6 enam tahun dengan denda paling sedikit 2 dua kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar dan paling banyak 4 empat kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar. Cara untuk mendapatkan NPWP dapat dilakukan dengan: Yolina, 2009:52 a. Datang langsung ke KPP domisili dengan membawa asli dan fotocopy KTP dan Kartu Keluarga, kecuali jika diminta lain oleh petugas pendaftaran. b. Mendaftarkan diri melalui internet dengan cara e-registration, setelah mendapatkan Surat Keterangan Terdaftar SKT sementara, di-print, kemudian bawa ke KPP domisili untuk ditukarkan dengan kartu NPWP dan SKT yang asli. Setelah WP memiliki NPWP, maka WP mempunyai kewajiban untuk melaporkan SPT Tahunan setiap tahun dan melaporkan SPT Masa setiap bulannya. Dalam Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan No. 28 Tahun 2007 selain mewajibkan memiliki NPWP, UU ini juga memuat ketentuan mengenai pencabutan NPWP sebagaimana dicantumkan dalam pasal 2 ayat 6. Penghapusan NPWP dilakukan oleh Dirjen Pajak apabila: 1. Diajukan permohonan penghapusan NPWP oleh WP danatau ahli warisnya apabila WP sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif danatau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan 2. WP Badan dilikuidasi karena penghentian atau penghapusan usaha 3. WP bentuk usaha tetap menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia 4. Dianggap perlu oleh Dirjen Pajak untuk menghapuskan NPWP dari WP yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif danatau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

C. Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 1. Pengertian Pajak Penghasilan

Dalam pasal 1 Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 yang dimaksud dengan Pajak Penghasilan adalah Pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Ini mengandung pengertian bahwa subjek pajak baru dikenakan pajak penghasilan apabila menerima atau memperoleh penghasilan. Dalam Waluyo 2008:89 subjek pajak diartikan orang yang dituju oleh undang-undang untuk dikenakan pajak. Sedangkan pengertian penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 1 adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dipergunakan untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama atau dalam bentuk apapun. Pajak Penghasilan digolongkan ke dalam dua jenis yaitu Pajak Penghasilan Migas dan Pajak Penghasilan Non Migas. Pajak Penghasilan Migas adalah Pajak Penghasilan yang berasal dari minyak bumi dan gas alam. Sedangkan Pajak Penghasilan Non Migas terdiri dari: a. Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan Pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri. b. Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah Pajak yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang, dan badan-badan tertentu baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain. c. Pajak Penghasilan Pasal 23 merupakan Pajak yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong oleh Pajak Penghasilan PPh 21, yang dibayarkan atau terutang oleh Badan Pemerintah atau Subjek Pajak Dalam Negeri, penyelenggara kegiatan, Bentuk Usaha Tetap atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya. d. Pajak Penghasilan Pasal 24 merupakan pajak yang terutang atau dibayarkan di luar negeri atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri yang boleh dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang terutang atas seluruh penghasilan Wajib Pajak Dalam Negeri. e. Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah angsuran Pajak Penghasilan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan. Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 tersebut dapat dijadikan sebagai kredit pajak terhadap pajak yang terutang atas seluruh penghasilan Wajib pajak pada akhir tahun pajak yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan SPT Tahunan Pajak Penghasilan. Sedangkan Pajak Penghasilan PPh Pasal 29 adalah Pajak Penghasilan yang masih harus dibayar atas kekurangan pembayaran pajak pada akhir tahun pajak. f. Pajak Penghasilan Pasal 26 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diterima oleh Wajib Pajak Luar Negeri dari Indonesia, selain penghasilan usaha yang diperoleh melalui Bentuk Usaha Tetap di Indonesia. g. Fiskal Luar Negeri adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi dalam negeri yang akan bertolak ke luar negeri. h. Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2 atau Pajak Penghasilan yang bersifat final adalah pajak atas penghasilan yang dikenakan pada Wajib Pajak dimana pemotongan pajak tersebut tidak perlu lagi diperhitungkan dalam penghitungan PPh terutang dalam perhitungan PPh yang harus dibayar dalam SPT Surat Pemberitahuan, namun seluruh penghasilan yang telah dipotong PPh Final tersebut harus tetap dilaporkan didalam SPT sebagai kewajiban pelaporan saja namun tidak perlu diperhitungkan kembali, karena penghitungannya telah selesai final. Objek pajak yang dipotong PPh yang bersifat final adalah: 1 Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi 2 Penghasilan berupa hadiah undian 3 Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura 4 Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah danatau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah danatau bangunan, dan 5 Penghasilan tertentu lainnya.

2. Pokok-Pokok Perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan

Dokumen yang terkait

Implementasi Undang-undang No. 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Wajib Pajak Penghasilan ( Studi di Kantor Pelayanan Pajak Bojonegoro )

0 3 24

DAMPAK UU NO 36 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PENGHASILAN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK, PERSEPSI WAJIB PAJAK, DAN NPWP DI LUMAJANG

0 5 20

KAJIAN YURIDIS PAJAK PENGHASILAN TERHADAP PESEPAKBOLA BERKEWARGANEGARAAN ASING DI KLUB PERSID JEMBER BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

0 2 17

Analisis perbandingan sebelum dan sesudah penerapan undang-undang perpajakan nomor 36 tahun 2008 mengenai zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak dan implikasinya terhadap perubahan jumlah wajib pajak orang pribadi (studi pada KPP Pratama Serpong)

2 24 111

Analisis komparatif pertumbuhan investasi reksa dana sebelum dan setelah penerapan Undang-undang Pajak Penghasilan no 36 tahun 2008

0 14 94

Pengaruh Undang-Undang No.38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat Dan Undang-Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 Terhadap Pelaksanaan Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak : Studi kasus pada wajib pajak di KPP Pratama Jakarta Cilandak

0 18 160

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA ANTARA INDONESIA DAN JEPANG BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PENGHASILAN INDONESIA.

0 0 9

PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DISTRIBUTOR KEGIATAN USAHA MULTI LEVEL MARKETING BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PENGHASILAN.

0 0 1

PERUBAHAN TARIF PAJAK PENGHASILAN BADAN MENURUT UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN No. 36 TAHUN 2008 DAN PRAKTIK EARNINGS MANAGEMENT

0 0 12

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN UU NOMER 36 TAHUN 2008 TERHADAPPERTUMBUHAN WAJIB PAJAK SERTA PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA PURWOKERTO DAN PURBALINGGA

0 0 21