perhitungan pengenaan pajaknya. Masyarakat wajib pajak juga dapat mengetahui, mengawasi perhitungan serta penggunaan pajak yang telah
dibayarkan.
3. Stelsel Pemungutan Pajak
Dalam pemungutan pajak, khususnya Pajak Penghasilan dikenal tiga macam stelsel pajak Suandy, 2008:32.
a. Riel Stelsel atau Stelsel Nyata
Menurut stelsel nyata, pengenaan pajak didasarkan pada objek atau penghasilan yang sungguh-sungguh diperoleh dalam setiap tahun
pajak atau periode pajak. Dengan demikian, besarnya pajak baru dapat dihitung pada akhir tahun atau periode pajak, karena penghasilan riil
baru dapat diketahui setelah tahun pajak atau periode pajak berakhir. b.
Fictive Stelsel atau Stelsel Fiktif Menurut stelsel fiktif atau stelsel anggapan, pengenaan pajak
didasarkan pada suatu anggapan. Anggapan yang dimaksud disini dapat bermacam-macam, tergantung peraturan perpajakan yang
berlaku. Anggapan tersebut dapat berupa anggaran pendapatan tahun berjalan atau diasumsikan penghasilan tahun pajak berjalan sama
dengan penghasilan tahun pajak yang lalu. c.
Stelsel Campuran Stelsel campuran merupakan kombinasi antara stelsel riil dengan
stelsel fiktif. Pada awal tahun pajak atau periode pajak, penghitungan
pajak menggunakan stelsel fiktif dan pada akhir tahun pajak atau akhir periode pajak dihitung kembali berdasarkan stelsel riil.
Undang-Undang Pajak Penghasilan Indonesia menganut stelsel campuran, di mana pada awal tahun pajak terdapat angsuran pajak PPh
Pasal 25 berdasarkan besarnya pajak yang terutang pada Surat Pemberitahuan tahun sebelumnya. Kemudian di akhir tahun dihitung
kembali berdasarkan penghasilan yang sesungguhnya diperoleh pada tahun yang bersangkutan. Jika terdapat kekurangan maka wajib pajak
harus melunasi kekurangan pembayaran pajak PPh Pasal 29 dalam jangka waktu yang telah ditentukan.
4. Cara Pemungutan Pajak
Dalam Suandy 2008:40 pemungutan pajak penghasilan ada tiga macam cara yang biasa dilakukan, yaitu:
a. Asas Domisili tempat tinggal
Dalam asas ini, pemungutan pajak berdasarkan domisili atau tempat tinggal wajib pajak dalam suatu negara. Negara di mana wajib pajak
bertempat tinggal berhak memungut pajak terhadap wajib pajak tanpa melihat dari mana pendapatan atau penghasilan tersebut diperoleh,
baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri dan tanpa melihat kebangsaan atau kewarganegaraan wajib pajak tersebut.
b. Asas Sumber
Dalam asas ini pemungutan pajak didasarkan pada sumber pendapatan atau penghasilan dalam suatu negara. Menurut asas ini, negara yang
menjadi sumber pendapatan atau penghasilan tersebut berhak memungut pajak tanpa memerhatikan domisili dan kewarganegaraan
wajib pajak. c.
Asas Kebangsaan Dalam asas ini, pemungutan pajak didasarkan pada kebangsaan atau
kewarganegaraan dari wajib pajak, tanpa melihat dari mana sumber pendapatan atau penghasilan tersebut maupun di negara mana tempat
tinggal domisili dari wajib pajak yang bersangkutan. Indonesia menganut Worldwide Income, sehingga tidak membedakan
sumber penghasilan dalam mengenakan pajak kepada Wajib Pajak Dalam Negeri. Tetapi untuk Wajib Pajak Luar Negeri Indonesia menganut asas
sumber, sehingga setiap Wajib Pajak Luar Negeri yang memperoleh penghasilan di Indonesia akan dikenakan PPh Pasal 26.
5. Sistem Pemungutan Pajak