1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Di Era globalisasi yang melanda di dunia saat ini memberi dampak yang signifikan bagi kehidupan manusia. Perekonomian dunia akan terintegrasi secara
global dengan semakin kuatnya tuntutan terhadap penerapan prinsip perdagangan bebas. Dengan bertambah dewasanya perusahaan
– perusahaan juga berkembang untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar yang berubah
– ubah dan bersaing untuk memperoleh
manajemen berkemampuan
terbaik. Serta
dengan makin
berkembangnya teknologi dan semakin meningkatnya spesialisasi dalam perusahaan, semakin banyak pula perusahaan
– perusahaan yang menjadi besar, dimana faktor produksi mempunyai modal penting Restu:2009. Setiap
perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membiayai operasinya sehari- hari, misalkan untuk memberikan persekot pembelian bahan mentah, membayar
upah buruh, gaji pegawai, dan lain sebagainya, dimana dana yang telah dikeluarkan itu diharapkan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam
waktu yang pendek melalui hasil penjualan produksinya. Uang yang masuk berasal dari penjualan produk tersebut akan dikeluarkan lagi untuk membiayai
operasi selanjutnya Wibisono Handoyo, 1997:81.
2
Laporan keuangan merupakan sebuah informasi yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan investasi. Manfaat laporan keuangan tersebut
menjadi optimal bagi investor apabila investor dapat menganalisis lebih lanjut melalui analisis rasio keuangan Penman, 1991. Horigan, 1965 dalam Tuasikal,
2001 menyatakan bahwa rasio keuangan berguna untuk memprediksi kesulitan keuangan perusahaan, hasil operasi, kondisi keuangan perusahaan saat ini dan
pada masa mendatang, serta sebagai pedoman bagi investor mengenai kinerja masa lalu dan masa mendatang. Rasio keuangan yang berasal dari laporan
keuangan ini sering disebut faktor fundamental perusahaan yang dilakukan dengan teknik analisis fundamental. Bagi perusahaan-perusahaan yang go public
diharuskan menyertakan rasio keuangan yang relevan sesuai dengan Keputusan
Ketua Bapepam Nomor KEP-51PM1996 tanggal 17 Januari 1996 BEJ.
Manajemen modal kerja berkepentingan terhadap keputusan investasi pada aktiva lancar dan hutang lancar. Dari hasil penjualan yang tinggi perusahaan akan
mendapatkan keuntungan yang semakin tinggi. Jumlah keuntungan yang diperoleh secara teratur merupakan salah satu faktor penting untuk menilai tingkat
profitabilitas. Dan perusahaan di tuntut untuk selalu meningkatkan efesiensi kerjanya sehingga tujuan yang diharapkan dapat dicapai oleh perusahaan dengan
pencapaian laba yang optimal. Menurut Indriyo 1980 seperti yang dikutip dalam Mahaldi 2003 pada
perusahaan bila dilihat dari bentuknya, modal kerja memiliki 2 macam bentuk
3
yaitu modal kerja permanen dan modal kerja variabel: Modal kerja permanen adalah kebutuhan minimum bagi perusahaan untuk memutarkan usahanya
merupakan modal kerja permanen. Sering juga diartikan dengan jumlah kebutuhan modal kerja yang harus selalu ada dalam satu tahun. Kebutuhan tersebut adalah
berupa jumlah aktiva lancar yang harus selalu ada dalam satu tahun perputaran usahanya. Modal kerja variabel adalah kebutuhan modal kerja yang hanya
dibutuhkan pada saat-saat tertentu saja dalam satu tahun perputaran usahanya. Misalnya tambahan-tambahan kebutuhan modal kerja pada saat penjualan
meningkat penjualan puncak. Pada saat-saat meningkatnya penjualan tersebut tentu saja kebutuhan juga bertambah begitu pula upah buruh. Jumlah piutang juga
bertambah besar dan diperlukan dana untuk itu Besar kecilnya kebutuhan dari kedua jenis modal kerja tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
volume penjualan, pengaruh musim, kemajuan teknologi. Modal kerja dalam neraca mencakup aktiva lancar dan kewajiban lancar
dalam jangka pendek. Oleh sebab itu, modal kerja bersih menggambarkan selisih antara aktiva lancar dan kewajiban lancar dalam perusahaan. Jadi manajemen
modal kerja sangat berkaitan dengan manajemen investasi dalam aktiva lancar serta kebijakan dalam kewajiban lancarnya. Modal kerja memiliki sifat fleksibel,
besar kecilnya modal kerja ditambah atau dikurangi sesuai kebutuhan perusahaan. Menetapkan modal kerja terdiri atas, kas, piutang, persediaan yang harus
dimanfaatkan seefisien mungkin. Besarnya modal kerja harus sesuai dengan
4
kebutuhan perusahaan, karena baik kelebihan atau kekurangan modal kerja sama- sama akan membawa dampak negatif bagi perusahaan.
Dalam pengelolaan modal kerja mempunyai peranan yang sangat penting dalam usaha menciptakan laba yang memadai bagi terjaminnya komunitas
perusahaan. Perusahaan yang tidak dapat memperhitungkan tingkat modal kerja yang memuaskan, maka perusahaan kemungkinan mengalami insolvency tak
mampu memenuhi kewajiban jatuh tempo dan bahkan mungkin dengan terpaksa harus dilikuidasi. Aktiva lancar cukup besar untuk dapat menutup hutang lancar
sedemilkian rupa, sehingga menggambarkan adanya tingkat keamanan margin safety yang memuaskan. Sementara itu, jika perusahaan menetapkan modal kerja
yang berlebih akan menyebabkan perusahaan overlikuid sehingga menimbulkan dana menganggur yang mengakibatkan inefesiensi perusahaan, dan membuang
kesempatan memperoleh laba. Adanya modal kerja yang cukup, memungkinkan perusahaan beroperasi seekonomis mungkin, sehingga diperlukan kebijaksanaan
yang tepat dalam modal kerja. Adanya kebijaksanaan modal kerja yang tepat, akan menyebabkan seluruh aktivitas usaha dapat terjamin dengan lancar sehingga akan
mendorong peningkatan profitabilitas. Komponen penting dalam aktiva lancar adalah kas dan setara kas
termasuk diantaranya adalah surat – surat berharga. Masalah yang selalu di
hadapi oleh manajer keuangan adalah penyediaan alat yang paling likuid yang seharusnya dapat di investasikan ke dalam surat berharga yang lebih
5
“menghasilkan” dari pada dibiarkan menganggur. Lalu komponen lainnya adalah piutang, yang terjadi karena perusahaan menjual barang secara kredit. Dan yang
terakhir adalah persediaan barang dagangan. Dalam perusahaan manufaktur persediaan barang umumnya juga terdiri dari bahan baku, barang setengah jadi dan
barang jadi Arief:2009 Efesiensi Modal Kerja adalah ketepatan cara usaha dan kerja dalam
menjalankan sesuatu yang tidak membuang waktu, tenaga, biaya dan kegunaan berkaitan penggunaan modal kerja yaitu mengupayakan agar modal kerja yang
tersedia tidak kelebihan dan tidak juga kekurangan. Untuk dapat menentukan jumlah modal kerja yang efisien, terlebih dahulu diukur dari elemen
– elemen modal kerja. Elemen Modal Kerja terdiri dari kas, piutang, dan persediaan. Dari
semua elemen modal kerja dihitung perputarannya semakin cepat tingkat perputaran nya semakin lambat maka penggunaan modal kerja yang ada dalam
perusahaan tersebut kurang efisien. Perputaran modal kerja yang rendah menunjukkan adanya kelebihan modal
kerja yang disebabkan rendahnya turnover persediaan dan piutang atau adanya saldo kas yang terlalu besar. Penurunan laba menunjukkan pendapatan yang
menurun atau naiknya biaya-biaya yang digunakan untuk menghasilkan laba. Pembiayaan dengan utang atau leverage keuangan menurut Brigham dan
Houston 2001: 84 memiliki tiga implikasi penting, yaitu: Pertama, memperoleh dana melalui utang membuat pemegang saham dapat mempertahankan
6
pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas. Kedua, kreditur melihat ekuitas atau dana yang disetor pemilik untuk memberikan marjin
pengaman, sehingga jika pemegang saham hanya memberikan sebagian kecil dari total pembiayaan, maka risiko perusahaan sebagian besar ada pada kreditur.
Ketiga, Jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar atas investasi yang dibiayai dengan dana pinjaman dibanding pembayaran bunga, maka
pengembalian atas modal pemilik akan lebih besar. Sementara itu Sawir 2005 menyebutkan bahwa leverage dapat digunakan untuk meningkatkan hasil
pengembalian pemegang saham, tetapi dengan risiko akan meningkatkan kerugian pada masa-masa suram.
Profitabilitas menurut S.Munawir 2004 adalah suatu kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam suatu periode tertentu. Profitabilitas
juga dapat menunjukan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan- keputusan manajemen. Profitabilitas merupakan salah satu bagian yang terpenting
bagi perusahaan karena disamping dapat menilai efisiensi kerja, juga merupakan alat untuk meramal laba pada masa yang akan datang dan juga merupakan alat
pengendalian bagi manajemen. Alasan yang membuat peneliti tertarik untuk mengangkat permasalahan ini
adalah karena adanya perbedaan data yang akan dihitung untuk mengukur perbedaan nilai waktu pada data terbaru yang diperoleh. Data saat ini yang
diperoleh adalah data terbaru yakni dari tahun 2005 sampai 2009 selama lima
7
tahun. Sedangkan pada penelitian terdahulu, memang terdapat pengaruh signifikan antara tingkat efektifitas komponen modal kerja terhadap profitabilitas dengan
pengolahan data pada tahun 2007. Peneliti tertarik untuk menguji apakah terdapat perbedaan dari sudut konsep situasi ekonomi pada tahun 2007 dan penambahan
variabel - variabel, dengan tahun perolehan data terbaru yaitu tahun 2005 hingga 2009.
Rasio leverage adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur
sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Riyanto, 2001.
Leverage menjadi indikasi efisiensi kegiatan bisnis perusahaan, serta pembagian resiko usaha antara pemilik perusahaan dan para pemberi pinjaman atau kreditur.
Sebagian pos utang jangka pendek, menengah dan panjang menanggung biaya bunga. Contoh utang dengan beban bunga adalah kredit dari bank dan lembaga
keuangan yang lain. Semakin kecil jumlah pinjaman berbunga semakin kecil pula beban bunga kredit yang ditanggung perusahaan. Dengan demikian dipandang dari
segi beban bunga, perusahaan tersebut lebih efisien operasi bisnisnya. Apabila beban biaya operasional yang lain wajar, dengan beban bunga pinjaman kecil
diharapkan profitabilitas perusahaan meningkat. Sutojo dan Kleinsteuber, 2004:37. Semakin tinggi rasio leverage maka semakin tinggi pula resiko kerugian
yang dihadapi, tetapi juga ada kesempatan mendapatkan laba yang besar. Sebaliknya apabila perusahaan memiliki rasio leverage solvabilitas yang rendah
tentu mempunyai resiko kerugian yang lebih kecil. Dampak ini juga
8
mengakibatkan rendahnya tingkat hasil pengembalian return pada saat perekonomian tinggi.
Likuiditas merupakan bentuk kemampuan yang dalam hal ini adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang
harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban
keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan “likuid”. Menurut Riyanto 2001:24 masalah likuiditas berhubungan dengan
masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi.
Ukuran Perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi dan untuk sejumlah alasan berbeda. Pertama, ukuran
perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar modal. Menurut Dwi mulyani 2007, ukuran perusahaan secara tidak
langsung menentukan kemampuan suatu perusahaan dalam mengendalikan dan menghasilkan laba. Ukuran suatu perusahaan salah satunya dapat dilihat dari
aktiva yang dimiliki oleh perusahaan, karena aktiva menggambarkan tersedianya sumber daya untuk kegiatan perusahaan dimana kegiatan tersebut cenderung
dilakukan untuk memperoleh laba. Hal tersebut membuktikan bahwa ukuran suatu perusahaan secara tidak langsung juga mementukan laba yang diperoleh
perusahaan.
9
Pada penelitian ini memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian terdahulu, dimana pada penelitian ini memiliki perbedaan dalam hal metode yang
digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan metode regresi dengan dummy sedangkan, pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ririn 2009. Ririn
melakukan penelitian tentang Analisis Pengaruh Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
BEI tahun 2004 - 2007. Dalam Penelitianya menggunakan metode regresi berganda dan menggunakan variabel sales growth ratio, financial debt ratio, fixed
financial assets ratio, inventories turnover ratio, receivable turnover ratio.
Oleh sebab itu, berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh apakah ada pengaruh dari efesiensi
modal kerja, leverage, likuiditas, dan firm size terhadap profitabilitas, yang di tuangkan dalam ju
dul “ANALISIS PENGARUH EFESIENSI MODAL KERJA, LEVERAGE, LIKUIDITAS DAN FIRM SIZE TERHADAP PROFITABILITAS
Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang terdapat Di Bursa Efek Indonesia, periode 2005
– 2009”
10
B. Perumusan Masalah