F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Teori adalah untuk menerangkan dan menjelaskan gejala spesifik untuk proses tertentu terjadi
24
, dan suatu teori harus di uji dengan menghadapkannya pada fakta- fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya
25
. Menetapkan landasan teori pada waktu diadakan penelitian ini tidak salah
arah. Sebelumnya diambil rumusan landasan teori seperti yang dikemukakan M. Solly Lubis, yang menyebutkan :
“Bahwa landasan teori adalah suatu kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan problem yang
dijadikan bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin disetujui ataupun tidak disetujui yang dijadikan masukan dalam membuat kerangka berpikir dalam
penulisan”
26
. Teori ini sendiri adalah serangkaian preposisi atau keterangan yang saling
berhubungan dan tersusun dalam sistem deduksi yang mengemukakan suatu penjelasan atas suatu gejala.
Adapun teori menurut Maria S.W. Sumardjono adalah : “Seperangkat preposisi yang berisi konsep abstrak atau konsep yang sudah
didefinisikan dan saling berhubungan antar variable sehingga menghasilkan
24
J.J.J M. Wuisman, dengan penyunting M. Hisman. Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid. 1, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1996, hal. 203.
25
Ibid, hal. 216.
26
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu Dan Penelitian, Bandung, Mandar Madju, 1994, hal. 80.
Universitas Sumatera Utara
pandangan sistematis dari fenomena yang digambarkan oleh suatu variable dengan variable lainnya dan menjelaskan bagaimana hubungan antar variable tersebut”.
27
Fungsi teori dalam penelitian tesis ini adalah untuk memberikan arahanpetunjuk dan ramalan serta menjelaskan gejala yang diamati. Karena
penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif, kerangka teori diarahkan secara khas ilmu hukum. Maksudnya adalah penelitian ini berusaha untuk memahami
pelaksanaan asas mutakhir dalam pendaftaran tanah, sebagai kaidah hukum atau sebagai isi kaidah hukum yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.
Asas pendaftaran tanah merupakan suatu yang baru yang dicantumkan secara eksplisit dalam pranata peraturan pendaftaran tanah yang tentunya pencantuman asas
tersebut disesuaikan dengan tuntutan masyarakat, kondisi pemegang hak atas tanah serta memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang berfungsi
sebagai pedoman kerja bagi setiap aparat pelaksana kegiatan pendaftaran tanah. Suatu asas sebagaimana disebutkan dalam teori hukum adalah sejenis mata-
kaedah berkenaan dengan kaedah-kaedah prilaku. Artinya asas tersebut memberikan arah pada prilaku yang diinginkan atau berperan sebagai pedoman bagi perbuatan.
28
Pendaftaran tanah secara sistematis merupakan kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua obyek
pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam suatu wilayah atau bagian wilayah
27
Maria S.W. Sumarjono, Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian, Yogyakarta, Gramedia, 1989, hal. 12
28
JJH. Bruggink, Refleksi Tentang Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, halaman. 132, dikutip dari Mhd. Yamin Lubis, Abd. Rahim Lubis, Op. Cit, halaman 393
Universitas Sumatera Utara
suatu desakelurahan, dengan kata lain, pendaftaran tanah tersebut didasarkan pada suatu rencana kerja dan dilaksanakan disuatu wilayah dengan inisiatif pelaksanaan
berasal dari pemerintah.
29
Sedangkan pendaftaran tanah secara sporadik merupakan kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran
tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desakelurahan secara individual atau massal, dengan kata lain, pendaftaran tanah tersebut hanya atas satu atau beberapa
bidang tanah yang dilakukan atas permintaan pihak yang berkepentingan. Inti perbedaan dari kedua sistem pendaftaran tanah tersebut adalah pada
inisiatif pendaftar. Pada pendaftaran tanah sistematis, yang berinisiatif untuk mendaftarkannya adalah pemerintah, dimana dalam suatu wilayah tertentu secara
serentak semua tanah dibuatkan sertipikatnya. Sedangkan pada pendaftaran tanah secara sporadik, pemilik tanah yang berinisiatif untuk mengajukan pendaftaran
pensertipikatan tanahnya pada Kantor Pertanahan setempat. Terdapat dua macam sistem pendaftaran tanah yaitu :
“1. Sistem Pendaftaran Akta Registration of deeds 2. Sistem Pendaftaran Hak Registration of titles”
30
Dalam sistem pendaftaran akta maupun sistem pendaftaran hak, setiap pemberian atau penciptaan hak baru, serta pemindahan dan pembebanannya dengan
hak lain, kemudian harus dibuktikan dengan suatu akta.
29
Mhd. Yamin Lubis, Abd. Rahim Lubis, Op. Cit, halaman.139
30
Boedi Harsono, Op.Cit., halaman 76
Universitas Sumatera Utara
Dalam akta tersebut dimuat data yuridis tanah yang bersangkutan yaitu mengenai apa perbuatan hukumnya, penerima haknya, dan hak apa yang dibebankan,
yang kemudian akta di daftar oleh Pejabat Pendaftaran Tanah. Di dalam sistem pendaftaran akta, Pejabat Pendaftaran Tanah bersikap pasif.
Artinya, Pejabat Pendaftaran Tanah tidak melakukan pengujian kebenaran data yang disebut dalam akta yang di daftar.
Di dalam sistem pendaftaran akta, jika terjadi perubahan, wajib dibuatkan akta sebagai buktinya. Maka dalam sistem pendaftaran akta, data yuridis yang diperlukan
harus di cari dalam akta-akta yang bersangkutan, apabila terjadi cacat hukum pada suatu akta yang dibuat kemudian. Sedangkan untuk memperoleh data yuridis, harus
dilakukan dengan cara ”title search” yang memakan waktu yang relatif lama, disamping dana yang lebih banyak, karena diperlukan campur tangan dari ahli.
Di dalam sistem pendaftaran hak, dikenal juga Torrens Sistem, bukan aktanya yang di daftar, tetapi haknya yang diciptakan dan perubahan-perubahannya
kemudian. Meskipun akta tetap merupakan sumber datanya. Di dalam sistem pendaftaran hak terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
dibuatkan suatu daftar isian. Pada sistem pendaftaran hak, Pejabat Pendaftaran Tanah akan melakukan pengujian kebenaran data, yaitu sebelum dilakukan pendaftaran hak
di dalam buku tanah. Dalam hal ini Pejabat Pendaftaran Tanah bersikap aktif. Bagaimanapun sistem pendaftaran tanah yang dilakukan, hukum melindungi
kepentingan orang sebagai pemegang bukti hak berdasarkan data yang disajikan
Universitas Sumatera Utara
kegiatan pendaftaran tanah, yaitu dapat dilihat dari sistem publikasi yang dianut dalam penyelenggaraan pendaftaran tanah.
Dalam penyelenggaraan tanah, ”ada di kenal dua sistem publikasi, yaitu sistem publikasi positif dan sistem publikasi negatif”.
31
Yang dimaksud dengan sistem publikasi positif, yaitu sistem yang menggunakan sistem pendaftaran hak, dimana buku tanah sebagai bentuk penyajian
data yuridis, dan sertipikat hak sebagai tanda bukti hak. Untuk mengetahui siapa pemegang hak, yaitu dengan melihat nama siapa yang bersertipikat dan bukan
perbuatan hukumnya. Sedangkan sistem publikasi negatif, adalah yang menitikberatkan pada sahnya
perbuatan hukum yang dilakukan untuk kemudian dapat menentukan peralihan haknya. Dalam situasi demikian, meskipun pendaftaran sudah dilakukan tetapi masih
terbuka kemungkinan timbulnya gugatan jika pemegang hak yang sebenarnya dapat membuktikannya.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, menganut sistem publikasi negatif yang berunsur positif. Jadi sistem yang digunakan
adalah bukan sistem negatif murni. Pemerintah sebagai penyelenggara pendaftaran tanah, harus berusaha sedapat mungkin untuk menyajikan data yang benar dalam
buku tanah
32
dan peta pendaftaran
33
.
31
Ibid.
32
Pasal 1 angka 19 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, Buku Tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data yuridis dan data fisik suatu objek pendaftaran tanah yang sudah
ada haknya.
Universitas Sumatera Utara
Selama tidak dapat pembuktian yang lain, maka data yang terdapat dalam buku tanah dan yang ada pada peta pendaftaran merupakan data yang dianggap benar
dan dinyatakan sah. Sehingga dengan demikian, atas dasar tersebut maka Prinsip Transparansi
dalam pendaftaran tanah di Indonesia, sangat diperlukan dalam upaya mempermudah masyarakat dalam mendaftarkan hak atas tanahnya.
Menurut Muntoha Mantan Kepala Jawatan Pendaftaran Tanah, Departemen Agraria, menyatakan bahwa sistem pendaftaran tanah di Indonesia sekarang adalah
sistem negatif dengan tendensi positif”.
34
Artinya dengan sistem negatif yang bertendensi positif tersebut, jika pada keterangan-keterangan yang ada, terdapat ketidakbenaran fakta, maka dapat di ubah
dan disesuaikan dengan keadaan sebenarnya, ”Ali Achmad Chomzah menyebutkan sistem pendaftaran tanah di Indonesia, disebut juga quasi positif yaitu positif yang
semu”.
35
Dalam rangka proses pendaftaran tanah, kegiatan yang dilakukan adalah meliputi pengumpulan dan penetapan kebenaran data fisik dan data yuridis mengenai
objek pendaftaran tanah yang dilakukan. Untuk itu, alat bukti tertulis, diperlakukan sebagai dasar yang dapat menentukan hak atas tanah. Dalam kegiatan pengumpulan
data yuridis, diadakan pembedaan antara pembuktian hak baru dan hak lama.
33
Pasal 1 angka 15 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, peta pendaftaran adalah peta yang menggambarkan bidang atau bidang-bidang tanah untuk keperluan pembukuan tanah.
34
Ali Achmad Chomzah, Hukum Agraria Jilid II, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2004, halaman 16.
35
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Yang dimaksud dengan hak-hak yang baru diberikan atau diciptakan sejak mulai berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. Sedangkan yang
dimaksud dengan hak-hak lama adalah hak-hak atas tanah yang berasal dari konversi hak-hak yang ada pada waktu mulai berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria dan
hak-hak yang belum didaftar menurut Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 yang telah disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997.
Sesuai isi Pasal 24 ayat 1
36
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tersebut, bahwa bukti tertulis yang dimaksud dengan bukti kepemilikan atas tanah
pemegang hak pada waktu berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria. Selanjutnya di dalam Pasal 60 ayat 1
37
Peraturan Menteri AgrariaKepala Badan Pertahanan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 disebutkan bahwa : Alat bukti tertulis mengenai kepemilikan tanah, berupa alat bukti untuk
pendaftaran hak baru dan pendaftaran hak-hak lama sebagaimana dimaksud masing- masing dalam Pasal 23
38
dan Pasal 24 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997.
39
36
Pasal 24 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, yaitu ”untuk keperluan pendaftaran hak, hak atas tanah yang berasal dari konversi hak-hak lama dibuktikan dengan alat-alat
bukti mengenai adanya hak tersebut berupa bukti-bukti tertulis, keterangan saksi dan atau pernyataan yang bersangkutan yang kadar kebenarannya oleh Panitia Ajudikasi dalam pendaftaran tanah secara
sistematik atau oleh Kepala Kantor Pertanahan dalam pendaftaran tanah secara sporadik, dianggap cukup untuk mendaftar hak, pemegang hak dan hak-hak pihak lain yang membebaninya”.
37
Pasal 60 ayat 1 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertahanan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 menyatakan ”alat bukti tertulis mengenai kepemilikan tanah berupa alat bukti untuk
pendaftaran hak baru dan pendaftaran hak-hak lama sebagaimana dimaksud masing-masing dalam Pasal 23 dan Pasal 24 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997”.
38
Pasal 23 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 menyatakan ”Untuk keperluan pendaftaran hak :
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian, alat bukti yang dimaksud berdasarkan Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 dan Pasal 60 Peraturan Menteri Negara
AgrariaKepala Badan Pertahanan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 merupakan bukti tertulis yang diperlukan dalam proses pendaftaran tanah, baik bukti hak lama maupun
bukti hak baru yang pada akhirnya bertujuan untuk penerbitan sertipikat sebagai bukti hak atas tanah yang memiliki kekuatan otentik.
Pasal 24 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, disebutkan bahwa penguasaan fisik bidang tanah selama 20 tahun atau lebih secara berturut-turut
dan dilakukan dengan itikad baik dan secara terbuka oleh yang bersangkutan sebagai yang berhak atas tanah, pembukuan hak dapat dilakukan oleh Pejabat Pendaftaran
Tanah, dengan syarat terhadap penguasaan fisik bidang tanah tersebut tidak dipermasalahkan oleh masyarakat hukum adat atau desakelurahan yang bersangkutan
ataupun pihak lainnya. Lembaga
Rechtsverwerking adalah karena lampaunya waktu, menyebabkan hilangnya hak-hak atas tanah. Jadi, jika dalam tempo waktu yang lama, bidang tanah
a. hak atas tanah baru dibuktikan dengan :
1 penetapan pemberian hak dari Pejabat yang berwenang memberikan hak yang berwenang
memberikan hak yang bersangkutan menurut ketentuan yang berlaku apabila pemberian hak tersebut berasal dari tanah Negara atau tanah hak pengelolaan;
2 asli akta PPAT yang memuat pemberian hak tersebut oleh pemegang hak milik kepada
penerima hak yang bersangkutan apabila mengenai hak guna bangunan dan hak pakai atas tanah hak milik;
b. hak pengelolaan dibuktikan dengan penetapan pemberian hak pengelolaan oleh Pejabat yang
berwenang; c.
tanah wakaf dibuktikan dengan akta ikrar wakaf ; d.
hak milik atas satuan rumah susun dibuktikan dengan akta pemisahan; e.
pemberian hak tanggungan dibuktikan dengan akta pemberian hak tanggungan.
39
Peraturan Menteri Agraria Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997.
Universitas Sumatera Utara
tidak diusahakan oleh pemegang haknya, kemudian tanah tersebut dikuasai oleh pihak lain melalui perolehan hak dengan itikad baik, maka pihak yang mengusahakan
tanah dengan itikad baik tersebutlah yang kemudian menjadi pemegang hak. Hal tersebut dapat dilihat dalam berbagai putusan Mahkamah Agung,
diantaranya Putusan Mahkamah Agung Nomor 210KSip1955
40
dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 329KSip1957
41
. Di dalam Pasal 32 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997
disebutkan bahwa : Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertipikat secara sah atas
nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad baik dengan secara nyata menguasaiya, maka pihak lain yang merasa
mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan hak tersebut apabila dalam waktu lima 5 tahun sejak diterbitkannya sertipikat itu
tidak mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertipikat dan kepada Kantor Pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak mengajukan
gugatan ke Pengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertipikat tersebut.
42
Dengan demikian, jika atas suatu bidang tanah yang telah diterbitkan sertipikat, diberikan tenggang waktu selama lima tahun untuk mengajukan keberatan
atas sertipikat tersebut. Apabila dalam waktu lima tahun tidak diajukan keberatan maka sertipikat tersebut merupakan alat bukti tertulis yang otentik dan tidak dapat
diganggu gugat oleh pihak manapun.
40
Putusan Mahkamah Agung No. 210KSip1955 tanggal 10 Januari 1956 dalam kasus di Kabupaten Pandeglang, Jawa Barat, mengenai lembaga rechtsverwerking pelepasan hak.
41
Putusan Mahkamah Agung No.329KSip1957, dalam kasus di Kabupaten Tapanuli Selatan, karena selama 5 lima tahun berturut-turut tidak diusahakan oleh pemilik sebenarnya, maka oleh
Kepala Persekutuan Kampung dapat diberikan kepada pihak lain.
42
Op.Cit, hal. 16.
Universitas Sumatera Utara
Hal tersebut jika dihubungkan dengan Lembaga Rechtsverwerking di dalam hukum adat, maka seyogianyalah suatu bidang tanah dikuasai secara langsung dan
lebih baik lagi agar dibuatkan bukti tertulis yang otentik, sehingga dengan demikian baik lembaga Rechtsverwerking yang dikenal dalam hukum adat maupun Pasal 32
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, menghendaki agar pemegang hak, memiliki sikap yang tegas, yaitu jika memang pemegang hak berniat memiliki
sebidang tanah, syaratnya harus menguasai fisik bidang tanah dan memiliki bukti tertulis secara otentik yaitu sertipikat.
Setidaknya, ada 5 lima manfaat yang dapat diterima oleh pemilik tanah apabila tanah telah bersertipikat yaitu sebagai berikut :
1. Sebagai bukti pemilikan hak atas tanah. 2. Menjamin kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak
atas tanah. 3. Jika memerlukan tambahan modal usaha dari kredit perbankan, pemilik tanah
dapat mempergunakan sertipikat atas tanahnya sebagai jaminan. 4. Dalam hal pewarisan, adanya sertipikat tanah akan mengurangi kemungkinan
terjadinya sengketa. 5. Mempermudah peralihan hak atas tanah.
43
Dalam melaksanakan pendaftaran tanah perlu diadakan penyempurnaan meliputi penegasan berbagai hal dalam peraturan yang lama, antara lain pengertian
pendaftaran tanah itu sendiri, asas-asas dan tujuan penyelenggaraannya, yang disamping untuk memberi kepastian hukum juga dimaksudkan menghimpun dan
meyajikan informasi yang lengkap mengenai data fisik dan data yuridis bidang tanah,
43
Bani Pamungkas, Hak Anda dan Pelayanan Publik di Bidang Tanah dan Bangunan, PSHK, Jakarta, 2003, halaman 6.
Universitas Sumatera Utara
sehingga prosedur dan pengumpulan data penguasaan tanah dipertegas dan dipersingkat serta disederhanakan.
Perubahan data fisik terjadi jika luas tanahnya berubah, yaitu jika terjadi pemisahan, pemecahan ataupun juga penggabungan bidang tanah yang bersangkutan
menjadi satuan-satuan yang baru. Perubahan tersebut diikuti dengan pencatatannya pada peta pendaftaran dan pembuatan surat ukur yang baru.
Perubahan data yuridis bisa mengenai haknya, yaitu berakhir jangka waktu berlakunya, dicabut atau dibebani hak lain. Perubahan bisa juga mengenai pemegang
haknya, yaitu jika terjadi pewarisan, pemindahan hak atau penggantian nama. Dalam sistem pendaftaran hak perubahannya dicatat dalam buku tanah yang bersangkutan
berdasarkan data yang dimuat atas perubahan yang terjadi. Berdasarkan Pasal 4 ayat 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
meyatakan bahwa “untuk mencapai tertib administrasi sebagaimana telah dimaksud dalam Pasal 3 huruf c Peraturan Pemerintah 24 Tahun 1997”. Jadi setiap perbuatan
hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan rumah susun yang sudah didaftar, termasuk peralihan, pembebanan dan hapusnya hak atas bidang tanah dan hak milik
atas satuan rumah susun wajib di daftar untuk menjamin kepastian hukum. Dengan terjadinya tertib administrasi sebagaimana dimaksud pasal 4 ayat 3
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 dimaksudkan untuk terciptanya suatu pusat informasi mengenai bidang-bidang tanah sehingga pihak-pihak yang
berkepentingan termasuk pemerintah dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan
Universitas Sumatera Utara
satuan rumah susun yang sudah di daftar. Terselenggaranya pendaftaran tanah berkelanjutan secara baik merupakan dasar dan perwujudan tertib administrasi bidang
pertanahan. Pasal 36 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah menyatakan bahwa : 1.
Pemeliharaan data pendaftaran tanah dilakukan apabila terjadi perubahan pada data fisik
44
atau data yuridis
45
objek pendaftaran tanah yang telah terdaftar. 2.
Pemegang hak yang bersangkutan wajib mendaftarkan perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 kepada Kantor Pertanahan.
Asas mutakhir menuntut dipeliharanya data pendaftaran tanah secara terus menerus dan berkesinambungan, sehingga data yang tersimpan dan tersedia di Kantor
Pertanahan selalu sesuai dengan keadaan nyata di lapangan, dan selalu dalam keadaan yang mutakhir, sehingga apabila masyarakat yang memerlukan data pertanahan akan
memperoleh keterangan yang benar setiap saat. Asas mutakhir berkaitan dengan penerapan teknologi guna mendapatkan
kelengkapan data yang akurat, termasuk pengolahan, penyajian, dan pemeliharaan data dengan menggunakan peralatan elektronik dan mikro film.
46
Perkembangan teknologi pengukuran dan pemetaan, seperti cara penentuan titik melalui Global Positioning System GPS dan komputerisasi pengolahan,
44
Perubahan data fisik terjadi kalau diadakan pemisahan, pemecahan, atau penggabungan bidang- bidang tanah yang sudah didaftar.
45
Perubahan data yuridis terjadi misalnya kalau diadakan pembebanan atau pemindahan hak atas bidang tanah yang sudah didaftar.
46
Tampil Anshari Siregar, Op.Cit, hal. 37.
Universitas Sumatera Utara
penyajian dan penyimpanan data, pelaksanaan pengukuran dan pemetaaan dapat dipakai dalam pendaftaran tanah. Apabila penggunaan GPS dan komputerisasi dalam
pendaftaran tanah sudah dapat terselenggara dengan baik maka asas mutakhir dalam pendaftaran tanah telah dapat dipenuhi.
Penerapan asas mutakhir bertujuan pemanfaatan teknologi sebagai alat untuk mempercepat dalam pelayanan terhadap permohonan hak atas tanah dalam kegiatan
pendaftaran tanah.
2. Konsepsi
Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori, peranan konsepsi dalam penelitian ini untuk menghubungkan teori dan observasi, antara abstraksi dan
kenyataan. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus yang disebut definisi operasional
47
. Selanjutnya, konsep atau pengertian merupakan unsur pokok dari suatu
penelitian, kalau masalahnya dan kerangka konsep teoritisnya sudah jelas, biasanya sudah diketahui pula fakta mengenai gejala-gejala yang menjadi pokok perhatian, dan
suatu konsep sebenarnya adalah definisi secara singkat dari kelompok fakta atau gejala itu. “Maka konsep merupakan definisi dari apa yang perlu diamati, konsep
menentukan antara variabel-variabel yang ingin menentukan adanya hubungan empiris”
48
.
47
Samadi Suryabrata, Metodelogi Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta,1998, hal. 3
48
Koentjoroningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Edisi Ketiga, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1997, halaman. 21
Universitas Sumatera Utara
Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian tesis ini perlu didefinisikan beberapa konsep dasar dalam rangka menyamakan persepsi, yaitu sebagai berikut :
1. Tinjauan hukum adalah pendapat hukum sesudah menyelidiki
49
. 2.
Pendaftaran Tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan,
pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan
satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah
susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya. 3.
Data adalah keterangan yang benar dan nyata.
50
4. Mutakhir adalah terakhir; terbaru; modern.
51
5. Data mutakhir adalah data terakhir dari suatu keadaan yang perlu dicatatkan.
6. Asas mutakhir dimaksudkan kelengkapan yang memadai dalam
pelaksanaannya dan kesinambungan dalam pemeliharaan datanya. Data yang tersedia harus menunjukkan keadaan yang mutakhir. Untuk itu perlu diikuti
kewajiban mendaftar dan pencatatan perubahan-perubahan yang terjadi dikemudian hari.
49
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Idonesia, Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta, 2001, halaman 1198.
50
Ibid, hal. 239
51
Ibid, hal. 768
Universitas Sumatera Utara
7. Pelaksanaan asas mutakhir yaitu data yang ada pada Kantor Pertanahan harus
sesuai dengan data yang ada pada pemegang hak atas tanah yang terakhir, untuk itu diperlukan suatu teknologi informasi dengan sistem komputerisasi
untuk pengolahan database data pertanahan, sehingga masyarakat yang berkepentingan dapat mengetahui setiap saat berjalannya proses pendaftaran
tanah berkelanjutan. 8.
Pemeliharaan data pendaftaran tanah adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk menyesuaikan data fisik dan data yuridis dalam peta pendaftaran, daftar tanah,
daftar nama, surat ukur, buku tanah, dan sertipikat dengan perubahan- perubahan yang terjadi kemudian.
G. Metode Penelitian