Karena Perubahan Data Yuridis

Berkaitan dengan pelaksanaan asas mutakhir pada tanah yang telah bersertipikat, maka pada Kantor Pertanahan Kota Medan dilaksanakan apabila terjadi perubahan-perubahan data yang diakibatkan oleh perubahan data tanah yang telah bersertipikat pada buku daftar tanah di Kantor Pertanahan Kota Medan, adapun perubahan-perubahan data pertanahan tersebut antara lain disebabkan oleh:

A. Karena Perubahan Data Yuridis

Pelaksanaan asas mutakhir pada tanah yang telah bersertipikat yang disebabkan karena perubahan data yuridis. Berdasarkan ketentuan Pasal 36 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, pendaftaran tanah karena perubahan data yuridis termasuk dalam lingkup pemeliharaan data pendaftaran tanah, perubahan data yuridis tersebut terjadi misalnya kalau diadakan pembebanan atau pemindahan hak atas sebidang tanah yang sudah bersertipikat. Perolehan hak atas tanah menurut ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 terjadi akibat peralihan hak dan pemindahan hak, sehingga mengakibatkan hak atas tanah tersebut beralihberpindah kepada orang lain yang mendapatkan tanah tersebut yang ditandai dengan bukti-bukti tertentu sesuai dengan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Untuk kesinambungan dan kemutakhiran data dalam daftar umum pada Kantor Pertanahan sebagai akibat dari perolehan hak atas tanah tersebut oleh pihak lain, maka dilakukan pendaftaran peralihanpemindahan haknya yang lazim disebut dengan ”balik nama”. Sebenarnya istilah peralihan hak atas tanah dengan pemindahan hak atas tanah tidak ada perbedaan yang tegas sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Universitas Sumatera Utara Nomor 24 Tahun 1997 dan Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997. Terkadang dapat dikesankan bahwa peralihan hak dan pemindahan hak diartikan sama, terkadang peralihan hak bagian dari pemindahan hak dan sebaliknya. Muhammad Yamin Lubis dan Abdul Rahim Lubis membedakan antara peralihan hak atas dengan pemindahan hak atas tanah yaitu bahwa : “Peralihan hak atas tanah ditafsirkan sebagai suatu perbuatan hukum yang dikuatkan dengan akta otentik yang diperbuat oleh dan dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT yang mengakibatkan beralihnya pemegang hak atas tanah kepada pihak lain. Sedangkan pemindahan hak atas tanah adalah perbuatan hukum yang dikuatkan selain dengan akta PPAT, seperti Risalah Lelang yang dibuat Pejabat Lelang, akta otentik mengenai penyerahan hak dan ganti rugi dan tukar guling yang dibuat oleh Notaris, Surat Keterangan Ahli Waris, dan putusan pengadilan yang mengakibatkan berpindahnya pemegang hak kepada pihak lain. 96 Terhadap perubahan data yuridis dalam pendaftaran tanah tersebut, dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Peralihan Hak Atas Tanah

Peralihan hak atas tanah menurut Pasal 37 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 dapat dilakukan melalui perbuatan hukum seperti jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam perusahaan dan perbuatan hukum lainnya yang dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang berwenang. Sedangkan dalam pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang PPAT dan Pasal 95 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 ditentukan jenis akta yang dapat dibuat oleh PPAT antara lain 96 Mhd. Yamin Lubis, Abd. Rahim Lubis, Op.Cit, hal. 275. Universitas Sumatera Utara perbuatan hukum mengenai jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan ke dalam perusahaan inbreng, pembagian hak bersama, pemberian Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai atas tanah Hak Milik, Pemberian Hak Tanggungan dan Pemberian Kuasa Membebankan Hak Tanggungan. 97 Dalam kaitan dengan peralihan hak atas tanah tersebut, maka yang termasuk disini adalah perbuatan hukum menurut pasal 37 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, berupa : 1. Jual Beli 98 ; 2. Tukar-menukar 99 ; 3. Hibah 100 ; 4. Pemasukan dalam Perusahaan 101 ; dan 5. Pembagian Hak Bersama 102 ; 97 Ibid, halaman 277, pemberian Hak Tanggungan dan Kuasa Membebankan Hak Tanggungan belum menyebabkan peralihan Hak. 98 Peralihan hak karena jual beli merupakan balik nama dari pemegang sertipikat hak selaku penjual kepada pembeli dengan menggunakan akta PPAT yang dimohon oleh pembeli kepada Kepala kantor Pertanahan setempat. Lihat S.Chandra, Sertipikat Kepemilikan Hak Atas Tanah Persyaratan Permohonan Di Kantor Pertanahan, Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Medan, 2005, halaman 83. 99 Peralihan hak karena tukar menukar merupakan balik nama antara dua pemegang sertipikat hak dan berlainan objek haknya secara tukar menukar dengan menggunakan akta PPAT yang dimohon oleh pemegangnya kepada Kepala Kantor Pertanahan setempat.Ibid, halaman 86. 100 Peralihan hak karena hibah merupakan balik nama dari pemegang sertipikat hak selaku pemberi hibah kepada penerima hibah dengan menggunakan akta PPAT yang dimohon oleh penerima hibah kepada Kepala kantor Pertanahan setempat. Ibid, halaman 85. 101 Peralihan nama karena pemasukan dalam perusahaan merupakan peralihan peralihan pemegang sertipikat hak karena pemegangnya memasukkan sertipikat hak bersangkutan menjadi saham ke dalam perusahaan, dengan menggunakan akta PPAT oleh yang bersangkutan dimohonkan kepada Kepala Kantor Pertanahan setempat. Ibid, halaman 106. 102 Peralihan hak karena pembagian hak bersama merupakan balik nama di antara pemegang sertipikat hak bersama kepada satu orang atau lebih, dengan menggunakan akta PPAT, dimohon oleh penerima hak kepada Kepala Kantor Pertanahan setempat. Ibid, halaman 88. Universitas Sumatera Utara 6. Penggabungan atau peleburan perseroan atau koperasi yang didahului dengan likuidasi. 103

2. Pemindahan Hak Atas Tanah

Dalam pemindahan hak ditafsirkan sebagai perbuatan hukum atau peristiwa hukum yang mengakibatkan berpindahnya hak atas tanah yang tidak dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT, tetapi oleh pejabat lain atau dengan cara lain yang diatur oleh peraturan perundang-undangan. 104 Pemindahan hak akan terjadi disebabkan suatu kebutuhan. Pemindahan hak sebagai suatu perbuatan hukum yang dilakukan oleh yang berhak atas objek yaitu bidang tanah danatau satuan rumah susun yang mengakibatkan subjeknya berpindah kepada subjek lain. Dalam hal ini menyangkut: a. Pemindahan hak dengan Lelang Pengalihan hak berdasarkan penunjukan lelang merupakan balik nama dari pemegang sertipikat hak selaku penjual dalam lelang kepada pembeli dalam lelang, dengan menggunakan risalah lelang dari kantor lelang, yang dimohon oleh pembeli dalam lelang penunjukan lelang kepada kepala Kantor Pertanahan melalui prosedur perolehan sertipikat hak atas tanah. 105 103 Peralihan hak karena penggabungan atau peleburan perseroan atau koperasi yang didahului dengan likuidasi didaftar berdasarkan pemindahan hak dalam rangka likuidasi yang dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT. Ibid, halaman 108. 104 Mhd. Yamin Lubis, Abd. Rahim Lubis, Op. Cit halaman. 133 105 S. Chandra, Sertipikat Kepemilikan Hak Atas Tanah Persyaratan Permohonan Di Kantor Pertanahan, Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Medan, 2005, halaman 89. Universitas Sumatera Utara Pasal 41 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 menentukan bahwa pemindahan hak dengan lelang hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan kutipan Risalah Lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang. Selambat-lambatnya 7 tujuh hari kerja sebelum suatu bidang tanah atau satuan rumah susun dilelang baik dalam rangka lelang eksekusi maupun lelang non eksekusi, Kepala Kantor Lelang wajib meminta keterangan SKPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 kepada Kantor Pertanahan mengenai bidang tanah atau satuan rumah susun yang akan dilelang. Kepala Kantor Pertanahan mengeluarkan keterangan sebagaimana dimaksud pada Pasal 41 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 Jo Pasal 107 ayat 2 Peraturan Menteri Negara Agraria Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997, selambat- lambatnya 5 lima hari kerja setelah diterimanya permintaan dari Kepala Kantor Lelang. b. Pewarisan Dalam hal seorang yang telah terdaftar namanya dalam suatu alat bukti hak meninggal dunia, maka pada saat itu tentunya timbul pewarisan atas harta peninggalan si pewaris, dengan kata lain sejak itu para ahli waris menjadi pemegang haknya yang baru. Mengenai siapa yang menjadi pewaris diatur dalam hukum perdata dan hukum warisan yang berlaku bagi pewaris Pasal 42 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 menentukan warisan berupa hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun yang menurut akta pembagian waris harus dibagi bersama antara beberapa penerima warisan atau akta Universitas Sumatera Utara waktu didaftarkan belum ada akta pembagian warisnya, didaftar peralihan haknya kepada para penerima waris yang berhak sebagai hak bersama mereka berdasarkan surat tanda bukti sebagai ahli waris danatau akta pembagian waris tersebut. Pasal 959 KUH Perdata menyebutkan bahwa semenjak hari meninggalnya si Pewasiat, mereka yang menerima hibah wasiat harus melakukan tagihannya akan penyerahan kebendaan yang dihibahkan kepadanya, dan mereka berhak atas segala hasil atau segala bunga dari kebendaan itu. Dan kepada para ahli waris atau para penerima wasiat, diwajibkan menyerahkannya. Pemindahan hak atas tanah dengan pewarisan yang disertai dengan wasiat, dimana ada orang lain yang berhak atas pembagian harta warisan selain ahli waris, maka kepada ahli waris wajib menyerahkan bagian yang diwasiatkan kepada penerima wasiat. c. Penggabungan dan Peleburan Perseroan atau Koperasi Dalam Pasal 113 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala BPN Nomor 3 Tahun 1997 lebih jelas diuraikan bahwa permohonan peralihan suatu hak atas tanah karena adanya penggabungan atau peleburan perseroan atau koperasi yang dilakukan tidak dengan likuidasi, diajukan oleh direksi perseroan, atau pengurus koperasi hasil penggabungan, atau peleburan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar perseroan atau koperasi tersebut. Pasal 43 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 memasukkan perbuatan hukum penggabungan dan peleburan perseroan atau koperasi khususnya Universitas Sumatera Utara yang tidak didahului dengan likuidasi ke dalam pemindahan hak karena tidak harus dibuktikan dengan akta PPAT. Pasal 43 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 menentukan peralihan hak atas tanah karena penggabungan atau peleburan perseroan atau koperasi yang didahului dengan likuidasi didaftar berdasarkan pemindahan hak dalam rangka likuidasi yang dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT. Menurut hemat Peneliti, jika Perseroan Terbatas yang merupakan penyelenggara pendidikan, seperti yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan. Maka Perseroan Terbatas tersebut harus dilikuidasi terlebih dahulu, karena Perseroan Terbatas pada dasarnya berorientasikan kepada perolehan keuntungan yang dapat dibagikan. Sedangkan Badan Hukum Pendidikan harus murni bersifat non profit seperti halnya Yayasan. Oleh karena itu, maka penyelenggara pendidikan formal yang berbentuk Perseroan Terbatas harus di likuidasi dan berubah menjadi Badan Hukum Pendidikan,sesuai dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan.

3. Perpanjangan Jangka Waktu Hak Atas Tanah

Perpanjangan jangka waktu hak atas tanah ini masuk dalam kategori pendaftaran karena perubahan data yuridis, karena terjadinya perubahan jangka waktu berlakunya hak tersebut yang dicantumkan dalam sertipikat tanah yang bersangkutan, sungguhpun tidak terjadi perubahan subyek dan obyeknya. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 9 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala BPN Nomor 3 Tahun 1999 106 Jo Pasal 1 angka 9 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 tahun 1999 107 ditegaskan bahwa maksud dari perpanjangan hak adalah penambahan jangka waktu berlakunya suatu hak atas tanah tanpa mengubah syarat-syarat dalam pemberian hak tersebut, yang permohonannya dapat diajukan sebelum jangka waktu berlakunya hak atas tanah yang bersangkutan berakhir. Perpanjangan hak tersebut hanya berlaku terhadap jenis hak atas tanah yang mempunyai masa berlaku hak atau jangka waktu haknya terbatas, seperti Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai untuk perseorangan. Dalam Pasal 10, 27, dan 47 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah ditetapkan, bahwa permohonan memperpanjang jangka waktu yang bersangkutan diajukan selambat-lambatnya 2 dua tahun sebelum berakhirnya jangka waktu.

4. Pembaruan Hak Atas Tanah

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 10 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1999 Jo. Pasal 1 angka 9 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 tahun 1999 ditegaskan bahwa maksud dari pembaharuan hak adalah pemberian hak atas 106 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala BPN Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pelimpahan Kewenangan Dan Pembatalan Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah Negara. 107 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala BPN Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian Dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara Dan Hak Pengelolaan. Universitas Sumatera Utara tanah yang sama kepada pemegang hak yang sama yang dapat diajukan setelah jangka waktu berlakunya hak atas tanah yang bersangkutan berakhir. Pasal 8, 25, dan 45 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 dan Pasal 24, 40, dan 57 Peraturan Menteri Negara Agraria Kepala BPN nomor 9 Tahun 1999 dinyatakan bahwa Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai sesudah jangka waktu hak dan perpanjangannya berakhir, kepada pemegang hak dapat diberikan pembaharuan hak atas tanah yang sama. Tentang persyaratan dan prosedur pembaharuan hak juga berlaku mutatis mutandis sebagaimana yang berlaku terhadap perpanjangan hak sesuai yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 dan Peraturan Menteri AgrariaKepala BPN Nomor 9 Tahun 1999. Peraturan Kepala Kantor Pertanahan Nasional RI Nomor 7 Tahun 2007 juga mengatur bahwa khusus terhadap permohonan pembaharuan Hak Guna Usaha tidak berlaku lagi pemeriksaan tanah oleh petugas konstatasi tetapi harus dengan mengunakan Panitia Pemeriksaan Tanah B Panitia B sesuai yang berlaku terhadap permohonan perpanjangan Hak Guna Usaha.

5. Perubahan Hak Peningkatan atau Penurunan Hak Atas Tanah

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 11 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala BPN nomor 3 Tahun 1999 jo Pasal 1 angka 13 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala BPN Nomor 9 Tahun 1999 ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan perubahan hak atas tanah adalah penetapan pemerintah mengenai penegasan bahwa sebidang tanah yang semula dipunyai dengan suatu hak atas tanah tertentu, Universitas Sumatera Utara atas permohonan pemegang haknya menjadi tanah Negara dan sekaligus memberikan tanah tersebut kepadanya dengan hak atas tanah jenis lainnya. Perubahan hak ini terdiri dari penurunan hak dan peningkatan hak. a. Penurunan Hak Penurunan hak terjadi atas tanah yang lebih tinggi statusnya menjadi hak atas tanah yang lebih rendah terutama dilihat dari jangka waktu berlakunya. Misalnya penurunan Hak Milik tanpa jangka waktu menjadi Hak Guna Bangunan jangka waktunya maksimal 30 tahun atau Hak Guna Bangunan menjadi Hak Pakai jangka waktunya maksimal 25 tahun, atau Hak Guna Usaha jangka waktunya maksimal 35 tahun diubah menjadi Hak Pakai jangka waktunya maksimal 25 tahun. Pada dasarnya perubahan hak yang masuk kategori penurunan hak atas tanah menjadi hak atas tanah yang jenis lainnya terdiri dari proses pelepasan hak atas tanah semula diikuti dengan penetapan pemberian hak atas tanah yang baru. Subyek hak dan obyek tanah dari perubahan hak ini tidak berubah atau tetap sama, yang berubah hanya status haknya. Dalam Keputusan Menteri Negara AgrariaKepala BPN Nomor 16 Tahun 1997 tentang Perubahan Hak Milik menjadi Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai dan Hak Guna Bangunan menjadi Hak Pakai, dapat diketahui bahwa perubahan hak dalam hal ini adalah penurunan hak dari Hak Milik menjadi Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai dan Hak Guna Bangunan menjadi Hak Pakai. Keputusan ini juga berlaku terhadap perubahan hak atas tanah yang ada diatas tanah Hak Pengelolaan. Universitas Sumatera Utara b. Peningkatan Hak Peningkatan hak dalam hal ini adalah kebalikan dari penurunan hak, yaitu perubahan hak dari hak yang statusnya lebih rendah misalnya dengan melihat jangka waktunya menjadi hak atas tanah yang lebih tinggi, misalnya dari Hak Pakai menjadi Hak Guna Bangunan atau Hak Guna Bangunan menjadi Hak Milik. Peningkatan hak atau yang masuk dalam kelompok perubahan hak ini adalah penetapan Pemerintah mengenai penegasan bahwa sebidang tanah yang semula dipunyai dengan Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai atas permohonan yang memegang haknya menjadi tanah Negara dan sekaligus memberikan tanah tersebut kepadanya dengan Hak Milik.

6. Pembatalan Hak Atas Tanah

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 12 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala BPN Nomor 3 Tahun 1999 jo Pasal 1 angka 14 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala BPN Nomor 9 Tahun 1999 ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan pembatalan hak atas tanah adalah pembatalan keputusan pemberian suatu hak atas tanah atau sertipikat hak atas tanah karena keputusan mengandung cacat hukum administrasi dalam penerbitannya atau untuk melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Dalam UUPA pembatalan hak atas tanah merupakan salah satu sebab hapusnya hak atas tanah tersebut. Apabila telah diterbitkan keputusan pembatalan hak atas tanah, baik karena adanya cacat hukum administrasi maupun untuk Universitas Sumatera Utara melaksanakan putusan pengadilan, maka haknya demi hukum hapus dan status tanahnya menjadi tanah yang dikuasai oleh Negara.

7. Pembebanan Hak Atas Tanah

Disebut sebagai pembebanan hak atas tanah adalah diberikannya suatu hak baru diatas tanah hak-hak yang telah ada dengan melekatkan hak baru tersebut kepada hak-hak yang lama, artinya sekalipun diberikan hak baru kepada pihak lain, namun tetap ada hubungan hukum antara penerima hak baru dengan pemegang hak lama. Pemberian hak baru dengan melekatkan haknya pada hak atas tanah yang sudah ada terlebih dahulu diadakan perjanjian antara pemilik tanah dengan orang yang akan diberikan hak baru diatas tanah yang sudah ada haknya tersebut. Pembebanan hak ini dapat dikategorikan antara lain : a. Hak Tanggungan Dasar hukum mengenai hak tanggungan tersebut terdapat dalam Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1996 Lembaran Negara Nomor 42 Tanggal 9 April 1996. Pengertian dari Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan hutang tertentu yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lainnya. Universitas Sumatera Utara

8. Perubahan Nama

Perubahan nama pemegang hak dapat juga mengakibatkan perubahan data pendaftaran tanah dan untuk kepentingan pemeliharaan data agar mutakhir, maka dapat dilakukan tindakan administratif dengan mencatat perubahan nama tersebut melalui pencoretan nama lama dan pencatatan nama baru. 108 Pasal 56 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 mengakomodir apabila ada pemegang hak atas tanah yang mengganti namanya dengan mengubah data yang ada dalam buku tanah, sertipikat dan daftar umum lainnya dengan nama yang baru dari si pemegang hak, dengan melampirkan bukti mengenai ganti nama pemegang hak tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam perubahan nama tersebut tentunya pemegang hak yang ganti nama adalah pemegang hak yang lama tetapi namanya berganti dengan nama yang baru. Penggantian nama pemegang hak dapat terjadi baik mengenai orang perseorangan maupun badan hukum.

9. Penggantian Sertipikat

Penggantian sertipikat juga dapat mengakibatkan terjadinya perubahan data pada buku tanah dan daftar umum lainnya minimal ada catatan mengenai pergantian sertipikat tersebut dalam buku tanah yang bersangkutan. Penggantian sertipikat dapat terjadi karena sertipikatnya rusak atau hilang dan lain sebagainya. Berdasarkan ketentuan Pasal 57 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 diatur bahwa atas permohonan pemegang hak diterbitkan sertipikat baru sebagai 108 ibid Universitas Sumatera Utara pengganti sertipikat yang rusak, hilang, masih menggunakan blanko sertipikat yang tidak digunakan lagi atau yang tidak diserahkan kepada pembeli lelang dalam suatu lelang eksekusi.

B. Karena Perubahan Data Fisik