Gaya Yang Bekerja Akibat Tarikan Tension Sabuk-V

BAB 4 ANALISA TARIKAN SABUK-V DAN GETARAN BANTALAN

4.1. Gaya Yang Bekerja Akibat Tarikan Tension Sabuk-V

4.1.1. Tarikan statis sabuk-V dan beban statis pada poros Tarikan statis yang terjadi sabuk-V A-37 berbeda menurut set-up pengaturan jarak span L s . Sesuai desain yaitu jarak poros C terhadap sumbu horizontal C x = 315 mm dan jarak poros terhadap sumbu vertikal C y = 77 mm maka L s = 324 mm. Perbedaan tarikan diperoleh dengan mengubah L s , yang diilustrasikan Gambar 4.1. Pengukuran gaya defleksi nyata P a dengan V-belt Tensiometer pada defleksi q = 5 mm dilakukan setelah set-up sabuk dilakukan dan mesin dalam keadaan tidak beroperasi. Hasil pengukuran disajikan pada Tabel 4.1. Gambar 4.1. Pengaturan jarak span L s serta pengukuran q dan P a 93 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1 Hasil pengukuran P actual pada tiap kondisi set-up Berdasarkan data pada Tabel 4.1, maka tarikan statis T st pada sabuk dapat dihitung dengan rumus sesuai persamaan 2.54: y p s a st K L L P T     − = 16 Untuk Tes-I dimana jarak poros C = 334 mm, dan diameter masing-masing puli poros fan D dan motor d adalah sama yaitu 100 mm, maka panjang pitch sabuk-V L p dapat dihitung dengan rumus sesuai persamaan 2.50: C d D d D C L p 4 2 2 2 − + + + = π =       × − +     + × + × = 334 4 100 100 2 100 100 14 , 3 334 2 2 p L 981,99 mm ≈ 38,66 inci Dengan faktor modulus sabuk K y untuk sabuk-V jenis A, berdasarkan Tabel 2.13 diperoleh sebesar 6, maka tarikan statis sabuk T st dimana P a = 9,92 lb dan L s = 13,15 inci dapat diperoleh sebesar: Universitas Sumatera Utara =       ×       − × = 6 66 , 38 15 , 13 92 , 9 16 st T 156,692 lb atau 71,074 kg Dengan demikian maka pada Tes-I, tarikan statis yang diberikan pada sabuk adalah sebesar 156, 692 lb atau 71,074 kg. Dengan cara yang sama maka dapat ditentukan tarikan statis yang diberikan pada tiap set-up tarikan sabuk berikutnya yaitu Tes-II sampai dengan Tes-V, yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel. 4.2. Hasil perhitungan tarikan statis sabuk T st Secara khusus bila diperhatikan pada tes-V, dapat dilihat bahwa nilai P a = 0 lb, berdasarkan perhitungan terhadap tarikan statis sabuk diperoleh nilai negatif yaitu -2,001 lb, hal ini menandakan bahwa pada tes-V, sabuk yang terpasang tidak mengalami tarikan. Sedangkan untuk menentukan beban statis akibat tarikan sabuk pada poros dapat dihitung dengan menggunakan rumus pada persamaan 2.55 yaitu:           = 2 sin 2 θ st b st T N F Universitas Sumatera Utara Dengan besar sudut kontak θ, dapat dihitung dengan rumus sesuai persamaan 2.52.c yaitu:       − = − C d D 2 cos 2 1 θ Untuk tes-I dengan jarak poros C = 334 mm, dan diameter puli D = d = 100 mm, maka: =       × − = − 334 2 100 100 cos 2 1 θ 180 o Untuk menentukan beban statis pada poros, dengan jumlah sabuk N b =1, tarikan statis T st = 71,074 kg dan sudut kontak θ = 180 o , maka beban statis yang ditimbulkan pada poros adalah sebesar: =           × × = 2 180 sin 074 , 71 1 2 st F 142.149 kg Dengan cara yang sama, beban statis pada tiap kondisi dapat dihitung dan disajikan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Beban statis pada poros akibat perubahan tarikan sabuk-V Universitas Sumatera Utara 4.1.2. Tarikan dinamis sabuk-V dan beban dinamis pada poros. Untuk menentukan tarikan dinamis sabuk-V seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.2, terlebih dahulu harus ditentukan tarikan efektif dan tarikan operasi sabuk-V dengan menggunakan rumus sesuai persamaan 2.56, yaitu: b r S T e VN P d Q T T T 33000 2 = = − = T T T S F dy 180 o Gambar 4.2. Vektor tarikan operasi dan beban dinamis poros sabuk-V A-37 Tarikan efektif T e dapat dihitung berdasarkan pengukuran kuat arus listrik i = 71,1 µA pada tes-I saat fan dioperasikan, dengan beda potensial elektris = 380 volt. Maka daya nyata yang ditransmisikan P r dapat dihitung: = × × × = 6 10 746 380 1 , 71 3 V A P r µ 5.01 ×10 -5 hp Kecepatan sabuk-V dapat dihitung dengan rumus pada persamaan 2.52.e, dengan diameter puli D = 4 inci, dan putaran poros n = 1500 rpm, diperoleh kecepatan sabuk sebesar: Universitas Sumatera Utara = × × = = 12 1500 4 14 , 3 12 Dn V π 1570,8 fpm Sehingga tarikan efektif T e yang terjadi pada tes-I dapat dihitung, sebagai berikut: = × × = − 1 8 , 1570 10 01 , 5 33000 5 e T 0,0011 lb atau 0,0005 kg Dengan cara yang sama tarikan efektif T e dapat dihitung dengan hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel. 4.4 Hasil perhitungan tarikan efektif operasional T e Kemudian tarikan pada tight side tension T T sesuai Gambar 4.2 dapat dihitung dengan rumus pada persamaan 2.57, dimana g c = 32,2 ftsec 2 , W = 0,07 sehingga dapat diperoleh: 2 1 60 9 . 9 . 2 e c st T T g V W T T +                   − = 2 0011 , 2 , 32 1 60 8 . 1520 07 . 9 . 9 . 692 , 156 2 +                     × − = T T = 172,762 lb atau 78,363 kg Universitas Sumatera Utara Dan tarikan slack side tension T S pada sabuk-V sesuai Gambar 4.2 dapat dihitung melalui rumus sesuai persamaan 2.58, dan diperoleh, = − = − = 0011 , 762 , 172 e T S T T T 172,761 lb atau 78,363 kg Dengan cara yang sama, masing-masing tarikan operasi sabuk-V dapat dihitung untuk tiap set-up, dengan hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Hasil perhitungan tarikan operasi sabuk-V Untuk menentukan beban dinamis pada poros dengan jumlah sabuk N b =1, dan θ = 180 o , maka beban dinamis pada tes-I dapat dihitung dengan menggunakan rumus pada persamaan 2.59 yaitu: θ cos 2 2 2 S T S T b dy T T T T N F − + = o dy F 180 cos 761 , 172 762 , 172 2 761 , 172 762 , 172 1 2 2 × × − + = = 345,523 lb atau 156,726 kg Dengan cara yang sama, maka beban dinamis pada poros untuk tiap set-up dapat dihitung dengan hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.6. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.6. Hasil perhitungan beban dinamis poros F dy Gambar 4.3. Gerak harmonik beban dinamis pada poros model centrifugal fan Universitas Sumatera Utara Sedangkan frekuensi gaya dinamis f i diperoleh dari pengukuran kecepatan ekstitasi poros centrifugal fan yang ditumpu bantalan A dan B pada Tabel 4.6 dengan persamaan gerak sistem dapat dilihat pada Gambar 4.3. Berdasarkan Gambar 4.3 dapat dilihat pengaruh dari perubahan tarikan sabuk- V pada beban dinamis poros, sedangkan terhadap frekuensi eksitasi walaupun ada perbedaan namun secara umum tidak signifikan. 4.1.3. Gaya reaksi pada bantalan akibat beban dinamis sabuk-V pada poros Gaya reaksi pada bantalan A dan bantalan B berbeda untuk tiap kondisi tarikan sabuk-V yang diberikan. Masing-masing tarikan sabuk-V akan memberikan beban pada poros, dan dapat dibedakan akibat beban statis dan beban dinamis, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Rekapitulasi gaya defleksi P a , Beban Statis F st dan Beban Dinamis F dy Universitas Sumatera Utara Pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa perbedaan tarikan sabuk berasal dari perubahan jarak antar poros C terhadap jarak antar poros desain C desain yaitu: 324 mm. Perubahan jarak tersebut mempengaruhi kondisi tarikan sabuk, yaitu: 1. Kondisi C C desain , sabuk-V A-37 mengalami tarikan berlebih Tes-I dan Tes- II dengan mengatur jarak antar poros nyata lebih besar dari jarak desain. 2. Kondisi C = C desain, tarikan sabuk-V A-37 sesuai desain Tes-III dengan cara mengatur jarak antar poros sama dengan jarak desain. 3. Kondisi C C desain , sabuk-V A-37 mengalami kekurangan tarikan Tes-I dan Tes-II dengan mengatur jarak antar poros nyata lebih kecil dari jarak desain. Dengan menampilkan gaya defleksi sabuk P a , beban statis pada poros F st dan beban dinamis pada poros F st terhadap selisih antara jarak pengaturan antar poros dengan jarak poros sesuai desain pada sebuah grafik, seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.4, maka akan diperoleh grafik pengaruh perubahan jarak antar poros terhadap tarikan sabuk-V. Dapat dilihat bahwa perubahan beban statis dan dinamis ini merupakan pembesaran ± 16 kali dari gaya defleksi yang diukur ditengah span, yang merupakan hasil variasi jarak antar poros untuk mendapatkan tarikan yang berbeda dari sabuk-V yang sama yaitu A-37. Perbedaan antara beban statis dan beban dinamis yang timbul pada poros dipengaruhi oleh faktor torsi dan kecepatan putar sabuk-V. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.4 Perbandingan gaya defleksi, beban statis dan beban dinamis Hubungan antara tegangan efektif terhadap tarikan statis sabuk-V pada poros memiliki korelasi non linier seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.5. Gambar 4.5. Hubungan antara tarikan efektif operasi terhadap tarikan statis sabuk-V 50 - 50 100 150 200 250 300 -15 -10 -5 5 10 15 C-C d mm Gaya kg Pa Fst Fdy Universitas Sumatera Utara Selanjutnya untuk menentukan gaya reaksi pada bantalan A dan bantalan B pada saat bahan uji dioperasikan, maka gaya reaksi pada kedua bantalan tersebut dapat diperoleh berdasarkan Gambar 4.6. 97 m m 140 m m 80 m m Gambar 4.6. Beban dinamis pada poros yang ditumpu bantalan A dan B Dengan cara free body diagram, maka gaya reaksi pada kedua bantalan dihitung secara analitis, antara lain: Pada arah sumbu-z: = ΣFz , sin = − − + Fan dy B A F F Rz Rz α α sin 72 . 2 dy B A F N Rz Rz + = + A dy B Rz F N Rz − + = α sin 72 . 2 Universitas Sumatera Utara = Σ B Mz , 0 22 , sin 097 , 72 . 2 14 . = − + α dy A F Rz 14 , 097 , 72 . 2 22 , sin − = α dy A F Rz Pada arah sumbu-x: = ΣFx cos = − + α dy B A F Rx Rx α cos dy B A F Rx Rx = + A dy B Rx F Rx − = α cos = Σ B Mx 22 , cos 14 . = − α dy A F Rx 14 , 22 , cos α dy A F Rx = Pada arah sumbu-y: = ΣFy = + B A Ry Ry Dimana tidak ada beban pada arah sumbu-y maka diasumsikan = = B A Ry Ry . Pada kondisi tarikan sabuk-V Tes-I dimana F dy = 156,726 kg, dan α = 13,33 o , maka: Pada arah sumbu-z: 14 , 097 , 72 . 2 22 , 33 , 13 sin 726 , 156 − = o A Rz = 54,894 kg = − + = N N Rz o B 894 , 54 33 , 13 sin 726 , 156 72 , 2 - 16,042 kg Universitas Sumatera Utara Pada arah sumbu-x: 14 , 22 , 33 , 13 cos 726 , 156 o A Rx = = 239,650 kg 650 , 239 33 , 13 cos 726 , 156 − = o B Rx = -87,146 kg Dengan cara yang sama, dimana nilai F dy untuk tiap kondisi tarikan, maka diperoleh gaya reaksi bantalan, yang ditampilkan pada Tabel 4.8. dan Gambar 4.7. Pada Gambar 4.7. ditunjukkan pengaruh tarikan sabuk-V terhadap bantalan A dan B yang merupakan tumpuan poros impeller centrifugal fan, ditemukan bahwa gaya reaksi pada bantalan A dan B berbanding lurus dengan arah gaya reaksi berbeda, dimana kenaikan beban dinamis poros akan diikuti dengan peningkatan gaya reaksi bantalan yang non linier. Tabel 4.8. Pengaruh beban dinamis terhadap gaya reaksi bantalan A dan B Universitas Sumatera Utara Pengaruh Beban Dinamis Pada Poros terhadap Gaya Reaksi Bantalan A dan B -150 -100 -50 50 100 150 200 250 300 -15 -10 -5 5 10 15 C-C d mm Gaya kg Fdy kg RzA RzB RxA RxB Gambar 4.7. Perbandingan beban dinamis terhadap gaya reaksi bantalan

4.2. Analisa Getaran Bantalan Centrifugal Fan