Penduduk dan Adat Istiadat

Sumber data yang diperoleh sesuai dengan informasi dari Kantor Camat Lintong Ni Huta.

2.1.2 Penduduk dan Adat Istiadat

Penduduk asli di Desa Pargaulan dan Hariara Silaban kecamatan Lintong Ni Huta adalah suku Batak Toba yang merupakan cabang dari suku Batak seperti Batak Karo, Batak Simalungun, Batak AngkolaMandailing, Batak PakpakDairi, Batak Toba. Suku Batak dewasa ini dalam kehidupan sehari-hari sudah dapat hidup rukun dan saling berdampingan karena mereka sebagai penduduk Batak Toba yang hidup mandiri dan sudah memiliki adat istiadat sebagai satu etnik. Adat istiadat itu dilestarikan dan diturunkan kepada generasi penerus karena dipercayai adat istiadat dapat memberi kebahagiaan. Mengingat perkembangan zaman dan angka pertumbuhan penduduk di sekitar kecamatan Lintong Ni Huta sudah banyak dijumpai suku di luar suku Batak Toba, tetapi kedatangan suku tersebut tidak saling mengorbankan adat istiadat yang dimilikinya. Dalam masyarakat Batak Toba yang menjadi struktur masyarakatnya adalah pihak-pihak dalam gabungan yang disebut dengan Dalihan Na Tolu dengan ungkapan Somba Marhula-hula, Manat Mardongan Tubu dan Elek Marboru. Dengan falsafah Dalihan Na Tolu inilah yang dapat dijadikan sebagai aturan atau norma dalam kehidupan sehari-hari Universitas Sumatera Utara walaupun di luar upacara adat. Di samping itu juga kesatuan yang dimiliki masyarakat sangat erat dalam berbagai bentuk kegiatan organisasi, seperti dalam pelaksanaan upacara adat masyarakat dari golongan Dalihan Na Tolu mengambil peranya masing-masing. Jadi dari falsafah Dalihan Na Tolu dapat disimpulkan bahwa masyarakat Batak Toba di Kabupaten Humbang Hasundutan adalah masyarakat yang beradat istiadat dan memiliki sifat kebersamaan yang kuat. Bahasa dan adat istiadat adalah bagian dari kebudayaan dan kebudayaan inilah yang dimiliki oleh penduduk masyarakat Batak Toba. Penduduk di Desa Pargaulan dan Hariara Silaban secara khusus dalam kehidupan sehari-hari adalah memakai bahasa Batak Toba karena bahasa Batak Toba adalah bahasa ibu yang mudah dipahami masyarakat pemakainya. Bahasa ibu yang dimaksudkan adalah salah satu sarana untuk komunikasi yang dapat mengungkapkan perasaan dan pikiran orang terhadap orang lain, terutama untuk mematuhi seluruh peraturan tata hidup masyarakat yang telah dituangkan dalam bentuk budaya. Oleh karena itu, bahasa bagi penduduk daerah setempat merupakan pencerminan hidup. Hal ini terlihat dengan istilah panggilan dalam rangka partuturan yang menjalin rasa persaudaraan demi kelangsungan pergaulan secara tertib. Penggunaan bahasa Batak Toba sebagai alat komunikasi sesama suku Batak Toba, senantiasa berlangsung dalam hidup sehari-hari misalnya dalam Universitas Sumatera Utara upacara adat, kebaktian gereja, rapat penatua adat, dengan kata lain bahasa daerah dipakai dalam membicarakan hal-hal yang dibutuhkan dalam kehidupan bersama, dalam percakapan sehari-hari termasuk dalam sastra lisan dan tulisan.

2.1.3 Kosmologi Masyarakat