BAB III KAITAN PRINSIP KETERBUKAAN DENGAN UPAYA PERLINDUNGAN
HUKUM TERHADAP INVESTOR
A. Pelaksanaan Prinsip Keterbukaan Dalam Undang-Undang Pasar Modal
Sehubungan dengan informasi atau fakta material, UUPM yang menyatakan bahwa: Informasi atau fakta material adalah informasi atau fakta penting dan relevan
mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga efek pada bursa efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau pihak lain yang
berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut.
50
Sedangkan dalam penjelasannya dinyatakan bahwa informasi atau fakta material adalah antara lain :
a. Penggabungan usaha merger, pengambilalihan acquisition, peleburan usaha
consolidation atau pembentukan usaha patungan b.
Pemecahan saham atau deviden saham stock devident c.
Pendapatan dan deviden yang luar biasa sifatnya d.
Perolehan atau kehilalngan kontrak penting e.
Produk atau penemuan baru yang berarti f.
Perubahan tahun buku perusahaan g.
Perubahan dalam pengadilan atau perubahan penting dalam manajemen; sepanjang informasi tersebut dapat mempengaruhi harga efek atau keputusan
50
Undang-Undang Pasar Modal Pasal 1 Ayat 7
Universitas Sumatera Utara
pemodal, calon pembeli, atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta material tersebut.
Dari ketentuan di atas jelas bahwa UUPM sama sekali tidak menyinggung bagaimana ketentuan fakta material yang wajib diungkapkan setiap perusahaan publik
atau emiten sehubungan dengan ketentuan-ketentuan sosial yang ada di tengah-tengah masyarakat. Ketentuan tersebut hanya menyinggung secara umum sepanjang
informasi atau fakta tersebut penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian atau fakta yang dapat mempengaruhi harga efek pada Bursa Efek dan atau keputusan
pemodal, calon pemodal atau pihak lain yang mempunyai kepentingan atas informasi atau fakta tersebut. Tanpa menentukan standar atas kondisi permasalahan sosial dan
masyarakat luas yang bagaimana yang wajib diungkapkan perusahaan publik atau emiten tersebut, sehubungan dengan aktifitas perusahaan tersebut dalam interaksinya
dengan masyarakat. Bagaimana, bila kondisinya adalah dengan sengaja menyembunyikan
informasi atau memberikan penjelasan palsu dan tidak akurat sehingga menyesatkan dan merugikan masyarakat. Seharusnya setiap pernyataan yang dapat menciptakan
suatu gambaran yang salah dari kualitas emiten, manajemen, potensi ekonomi emiten, termasuk laporan terhadap semua dampak dari kegiatan perusahaannya terhadap
kondisi masyarakat adalah merupakan suatu perbuatan melawan hukum yang layak diberikan sanksi tegas, karena merupakan suatu pelanggaran terhadap prinsip
keterbukaan.
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya, dalam menentukan apakah suatu informasi adalah fakta material atau bukan, dapat dipertimbangkan pada beberapa pandangan antara lain:
1. Jika informasi yang bersifat tidak publik adalah penting bagi para pemegang
saham, bukan semata-mata, apa yang ingin mereka ketahui. Bila fakta dihilangkan atau pernyataan tidak benar itu secara substantif mungkin berarti penting
mengubah informasi yang menjadi milik masyarakat, make fakta tersebut adalah material.
2. Penafsiran tentang fakta material berkembang pada apa yang disebut dengan
informasi firm specific. Standarnya adalah informasi yang spesifik untuk perusahaan yang bersangkutan. Berdasarkan standar ini, kewajiban penyampaian
informasi tidak terlahir berdasarkan federal securities laws, melainkan berdasarkakn adanya informasi yang bersifat firm specific. Suatu informasi tidak
dapat menjadi fakta material kecuali ia memiliki firm specific. Pengadilan di Amerika Serikat menggunakan pendekatan firm specific ini dengan cara hati-hati
menghindarkan preseden dalam menentukan kewajiban untuk menyampaikan informasi. Pengadilan juga menghindarkan pendekatan yang konvensional, dalam
hal apakah tersebut penting untuk investor yang berakal sehat untuk membuat keputusan investasi.
3. Di Indonesia ada pula yang berpendapat bahwa suatu informasi merupakan fakta
material bila informasi tersebut dapat mempengaruhi turun naiknya harga saham.
51
Dewasa ini, pengadilan-pengadilan di Amerika Serikat telah mengembangkan konsep baru dalam penentuan fakta material ini. Hal tersebut dapat dilihat dari tiga
konsep baru dalam penentuan fakta material ini. Hal tersebut dapat dilihat dari tiga pendapat pengadilan yang berkaitan suatu dengan yang lainnya, yaitu :
1. Standar penentuan fakta material yang disahkan pengadilan melalui kasus SEC v.
Texas Gulf Sulphur, 401 F. 2d, 833, 2d.Cir. 1968. Bahwa standar penentuan fakta material adalah didasarkan pada uji kemungkinanukuran
51
Murzal, Tanggung Jawab Akuntan Publik Atas Laporan Keuangan yang Menyesatkan dalam Pernyataan di Pasar Modal, Medan, Tesis Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara,
2003, Hal 46
Universitas Sumatera Utara
probabilitymagnitude fakta material atas informasi yang bisa berpengaruh kuat pada kemungkinan perusahaan di masa mendatang.
52
2. Standar penentuan fakta material yang disahkan pengadilan melalui kasus TSC
Industries, Inc. v. Norhway, 426 U.S.438 1976, bahwa penentuan fakta material dalam kasus tersebut melalui pendekatan stansar Reasonable Shareholder, sejalan
dengan pendapat bahwa sesuatu yang menentukan fakta material sangat tergantung pada tanggapan investor potensial atau pemegang saham institusional
potensial atau pemegang saham institusional yang rasional, sebagaimana dinyatakan dalam pengadilan kasus Millsv. Electric Autolite, 396 U.S. 375
1970. Menguji sesuatu yang menjadi penentuan fakta material adalah ditentukan oleh pertimbangan yang matang untuk kepentingan pemegang saham yang
rasional.
53
3. Standar penentuan fakta materill yang disahkan pengadilan melalui kasus Basib,
Inc. v. Levinson, 485 U.S. 224 1988. Bahwa standar fakta material ditetapkan berdasarkan suatu fact-specific-case-by-case yang bersumber dari keputusan
pengadilan dalam kasus Northway dan kasus Texas Gulf Sulfphur tersebut di atas. Dalam kasus Basic ini, pengadilan berpendapat bahwa suatu penipuan material
dilihat dari apakah pernyataan tersebut mempengaruhi keputusan investor yang rasional untuk berinvestasi. Karena berdasarkan fraud on the market theory, suatu
52
Bismar Nasution I, Op.Cit, Hal 66
53
Ibid, Hal 68
Universitas Sumatera Utara
pernyataan dikatakan menyesatkan hanya apabila pernyataan tersebut dapat membelokan keputusan investor professional untuki berinvestasi.
54
Di lingkungan pasar modal Indonesia, hal keterbukaan atas fakta material sehubungan dengan perlindungan hak-hak sosial baru akan menjadi permasalahan
apabila terjadi dampak yang menimbulkan kerugian, terutama bagi investor dan masyarakat pada umunya, sehingga kejadian tersebut mengandung terjadinya gejolak
di masyarakat. Selama ini ketentuan hak-hak sosial tersebut merupakan informasi material yang tidak pernah diungkapkan kepada publik, sebab tidak adanya
pengaturan atau ketentuan yang sifatnya memaksa atau imperatif yang mewajibkan pihak manajemen perusahaan untuk mengungkapkan informasi hal-hal yang
berkaitan dengan sosial. Informasi penting yang dapat dipahami dari perkembangan peraturan pasar
modal di Negara maju adalah bahwa penegakan hukum dalam hal prisip keterbukaan itu harus sejalan dengan yang diinginkan hukum pasar modal dan penegakannya juga
harus sesuai dengan yang diinginkan hukum pasar modal. Hukum lain yang berkaitan dengan kegiatan pasar modal yaitu hukum yang mengatur masalah-masalah klausula
sosial social clause, antara lain perlindungan lingkungan hidup, perlindungan tenaga kerja, perlindungan konsumen, dan masalah status hak atas tanah yang
berkaitan dengan informasi penting dan relevan bagi perusahaan.
55
54
Ibid, Hal 76-79
55
Ibid, Hal 94
Universitas Sumatera Utara
Ketentuan mengenai kewajiban dan tanggungjawab perusahaan untuk memberikan keterbukaan informasi yang berkaitan dengan perlindungan lingkungan
hidup environmental disclosure, misalnya di Arnerika Serikat masalah klausula perlindungan lingkungan hidup secara tegas diterapkan. Perusahaan atau emiten harus
memuat masalah klausula perlindungan lingkungan hidup yang dipersyaratkan oleh hukum, walaupun hukum tersebut bukan hukum pasar modal.
56
Tuntutan pelaksanaan prinsip keterbukaan dalam hubungannya dengan perlindungan lingkungan hidup ini,
mengingat bahaya yang dapat ditimbulkan dari kerusakan lingkungan hidup, seperti pencemaran dan kerugian lingkungan hidup environmental damage and pollution.
57
Setiap perusahaan publik atau emiten diwajibkan untuk menyampaikan informasi mengenai masalah-masalah lingkungan hidup seputar aktifitas
perusahaannya. Mengingat ancaman bagi perusahaan yang terbukti melakukan pencemaran lingkungan amat merugikan investor yang telah menanamkan modalnya
pada perusahaan tersebut. Investor jelas tidak akan berani menanamkan modalnya pada suatu
perusahaan yang melakukan pencemaran lingkungan dalam aktivitas usaha produksinya, sebab risiko yang akan ditanggung perusahaan suatu kerugian, dan
perusahaan tersebut dapat ditutup atau dapat ancaman ganti rugi.
56
David L. Ratner dan Thomas Lee Hazen, Securities Regulation Cases and Materials, Fourth Edition, St. Paul Minn: West Publishing C. 1991. Pada mulanya perhatian perlindungan lingkungan
hidup tidak dianggap sebagai bagian proses due dilingence dan keterbukaan. Keterbukaan umum telah menjadi bagian baru UUPM untuk beberapa tahun lamanya, secara khusus lebih memperhatikan
risiko-risiko keuangan dan pasar dari pada potensi pertanggungjawaban perlindungan lingkungan hidup. Lihat Ibid.
57
Ibid, Hal 108
Universitas Sumatera Utara
Setiap informasi yang berkaitan dengan masalah-masalah lingkungan hidup pada suatu perusahaan adalah termasuk suatu informasi yang mengandung fakta
material, karena informasi tersebut adalah dapat mempengaruhi harga efek di bursa efek, maupun putusan pemodal, calon pemodal atau pihak lain yang berkepentingan
atas informasi atau fakta tersebut untuk melakukan pembelian atau penjualan atas saham mereka. Pemodal atau calon pemodal tidak akan tertarik untuk melakukan
pembelian saham dari suatu perusahaan yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi. Perusahaan yang mencemarkan lingkungan hidup dapat ditutup oleh
pemerintah atau akan menghadapi gugatan ganti rugi dari masyarakat luas, yang dapat mempengaruhi harga saham.
Perusahaan yang mencemarkan lingkungan hidup dapat ditutup oleh pemerintah atau akan menghadapi gugatan ganti rugi dari masyarakat luas, yang
dapat mempengaruhi harga saham. Kondisi tersebut akan merugikan pihak investor. Keadaan demikian membuat posisi prinsip keterbukaan mengenai perlindungan
lingkungan hidup perusahaan berbeda dengan kebiasaan keterbukaan perusahaan untuk bidang lainnya, sebab bahaya yang ditimbulkan oleh kerusakan lingkungan
hidup tersebut mempunyai akibat patal bagi masyarakat dan juga bagi perusahaan itu sendiri.
58
Keterbukaan dalam hal perlindungan lingkungan hidup oleh perusahaan wajib disampaikan kepada investor sepanjang masalah-masalah lingkungan hidup yang
mengandung fakta material yang dapat mempengaruhi harga saham. Pada dasarnya
58
Bismar Nasution I, Op.Cit, Hal 108
Universitas Sumatera Utara
emiten dibebankan atas suatu keharusan untuk melakukan laporan insidentil perbuatan material. Artinya bahwa, perundang-undagan telah membebankan
kewajiban kepada emiten untuk melaporkan kepada Bapepam dan memberitahukan kepada masyarakat secepat mungkin paling lambat di hari kedua setelah terjadinya
kejadian material yang diperkirakan dapat mempengaruhi harga efek.
59
Suatu kejadian yang dapat mempengaruhi harga efek di bursa efek dan dapat mempengaruhi keputusan pemodal atau calon pemodal, maka mereka berpikir
panjang untuk melakukan pembelian saham atas suatu perusahaan publik yang memiliki tingkat kerawanan pencemaran lingkungan yang tinggi. Hal ini tentunya
menjadi dasar pertimbangan pihak manajemen perusahaan untuk berusaha menutupi tindakan pencemaran yang dilakukan dalam proses atau kegiatan produksinya,
ataupun tindakan menutupi hal-hal yang sebenarnya wajib dilakukan perusahaan dalam rangka mencegah pencemaran lingkungan namun kenyataan tidak dilakukan
perusahaan. Bila melihat ketentuan pada penjelasan Pasal 1 Angka 7 UUPM yang memuat
tentang contoh kejadian ataupun informasi material, tidak ada satupun ketentuan yang memuat pernyatan bahwa permasalahan perlindungan lingkungan hidup termasuk
dalam katagori informasi atau fakta material yang wajib disampaikan oleh setiap perusahaan publik atau emiten kepada Bapepam dan masyarakat luas.
59
Munir Fuady I, Op. Cit, Hal 98
Universitas Sumatera Utara
Bila dikaitkan dengan ketentuan yang mewajibkan kelengkapan surat-surat izin yang berhubungan dengan masalah lingkungan hidup. Seperti izin lokasi, amdal
dan lain sabagainya oleh setiap perusahaan publik pada saat melakukan pernyataan pendaftaran dalam rangka go public, disinilah letak peranan sektor pengawasan dalam
mengawasi apakah perundang-undangan lingkungan hidup telah benar-benar ditaati dalam proses surat-surat tersebut.
Bapepam hanya menentukan bahwa segala izin dan persetujuan yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan kegiatan usaha oleh perusahaan publik tersebut
hanya harus memuat pendapat dari para konsultan hukum, yang kemudian akan menetapkan standar pemeriksaan hukum dan pendapat hukum. Sesungguhnya
ketentuan Bapepam tersebut di atas tidak cukup dalam usaha perlindungan lingkungan hidup.
Dalam ketentuan Pasal 5 Ayat 2 dan Pasal 6 Ayat 2 UUPLH mengatur tentang hak dan kewajiban atas informasi lingkungan hidaup, maka seyogianya
Bapepam dapat melakukan tindakan pengawasan dengan kewajiban setiap perusahaan publik untuk memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai
pengelolaan lingkungan hidup yang dilaksanakan perusahaannya.
60
Seharusnya setiap informasi yang berhubungan dengan pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan perusahaan publik, dikategorikan di dalam unsur
60
Pasal 5 Ayat 2 UUPLH menyatakan bahwa, setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup. Pasal 6 Ayat 2
menyatakan bahwa, setiap orang yang melakukan usaha atau kegiatan berkeajiban memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup.
Universitas Sumatera Utara
fakta material dan dianggap sebagai suatu fakta yang dapat mempengaruhi harga efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau pihak lain yang berkepentingan
atas informasi atau fakta tersebut. Sehingga apabila terjadi suatu penyesatan atas informasi yang berkenaan dengan lingkungan hidup, maka perusahaan dapat
dikategorikan telah melakukan tindakan penipuan atau manipulasi dalam pasar modal.
Dalam hal itu, perlunya pelaksanaan prinsip keterbukaan berkenaan dengan perlindungan hak tenaga yang cukup guna dan harmonis guna meningkatkan efisien
kerja emiten, sekaligus peningkatan produktivitas usaha emiten. Hal ini perlu karena kondisi kesejahteraan tenaga kerja yang memperhatinkan atau tidak memenuhi suatu
ketenagakerjaan menimbulkan dampak negatif pada emiten dan melahirkan keresahan dikalangan tenaga kerja emiten. Keresahan tenaga kerja dapat menurunkan
produktivitas usaha emiten. Meningkat kalau tenaga kerja resah, mereka cenderung melakukan pemogokan.
61
Pada umunya pemogokan tenaga kerja berlanjut dengan demontrasi untuk menuntut penyebab keresahan mereka. Keadaan tersebut dapat dilihat dari masalah
ketenagakerjaan berupa tuntutan kenaikan upah, yang berlarut-larut di perusahaan makanan PT. Mayors Indah. Tidak selesainya masalah selesainya masalah tersebut
antara perusahaan dan tenaga kerja berakhir dengan Pemutusan Hubungan Kerja PHK. Akibatnya mereka melakukan pelemparan batu kearah pabrik, dan sekitar
1.000 tenaga kerja perusahaan tersebut melakukan aksi demontrasi ke kantor
61
Bismar Nasution I, Op.Cit, Hal 120
Universitas Sumatera Utara
Departemen Tenaga Kerja Jakarta untuk menuntut Menteri Tenaga Kerja membatalkan PHK tersebut.
62
Kondisi tersebut menggambarkan bahwa jika hak-hak tenaga kerja tidak dilindungi, maka para tenaga kerja akan melakukan mogok kerja dan upaya hukum
untuk mempertahankan hak-haknya. Tentu saja hal ini akan merugikan investor selaku pemodal dalam perusahaan tersebut. Kewajiban pihak manajemen untuk
memberikan informasi fakta material berkaitan dengan perlindungan tenaga kerja dalam pasar modal merupakan hal yang tidak dapat ditawar-tawar, agar investor tidak
melakukkan kesalahan dalam berinvestasi. Perlindungan tenaga kerja sangat mendapatkan perhatian dalam hukum
Ketenagakerjaan. Beberapa Pasal dalam Udang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, diantaranya adalah:
1. Salah satu pembangunan ketenagakerjaan adalah memberikan kepada tenaga
kerja dalam mewujudkan kesejahteraan Pasal 4 Huruf C 2.
Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan Pasal 5
62
Awal dari demonstrasi tenaga kerja PT. Mayora Indah adalah terjadinya sederetan peristiwa yang menuntut keinginan memperjuangkan perbaikan kesejahteraan tenaga kerja, mereka meminta
kenaikan upah karena pihak perusahaan dalam masa krisis tap saja memperoleh keuntungan. Tenaga kerja PT. Mayora Indah menuntut kenaikan upah sebesar 30 persen, setelah beberapa waktu
sebelumnya manajemen PT. Mayora Indah hanya menaikkan 18 persen. Tuntutan lainnya, uang makan dinaikkan dari Rp 1.000 menjadi 4.000 per hari, PPH ditanggung perusahaan dan uang shiff kerja Rp
1.500 per hari. Ternyata tuntutan mereka tidak ditanggapi manajemen PT. Mayora Indah. Para tenaga kerja tersebut mulai resah setelah manajemen mengumumkan akan melakukan Pemutusan Hubungan
Kerja PHK dan semakin resah setelah PT. Mayora Indah menyatakan, hanya bersedia membayar pesangon sebesar setengah dari Peraturan Menteri Tenaga Kerja PMYK. Para tenaga kerja mau
menerima PHK asalkan pihak manajemen PT. Mayora Indah memberikan pesangon sepuluh kali PMTK. Lihat Kompas, 3 Juni 1999, Hal 3 Dalam Ibid
Universitas Sumatera Utara
3. Setiap pekerjaburuh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi
dari perusahaan Pasal 6 4.
Setiap tenaga kerja berhak memperoleh dan atau meningkatkan dan atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat dan
kemamnpuannya melalui pelatihan kerja Pasal 11 5.
Setiap pekerjaburuh memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan kerja sesuai dengan bidang tugasnya Pasal 12 Ayat {3}
6. Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memilih,
mendapatkan atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghsailan yang layak di dalam atau di luar negeri Pasal 31
7. Setiap pekerjaburuh berhak memperoleh perlindungan atas keselamatan dan
kesehatan kerja, moral dam kesusilaan, dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama Pasal 86 Ayat {3}
8. Setiap pekerjaburuh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan Pasal 88 Ayat {1} 9.
Setiap pekerja atau buruh serta keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga kerja Pasal 99 Ayat{1}
10. Setiap pekerja atau buruh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat
pekerjaserikat buruh Pasal 104 Ayat {1}.
63
63
Abdul Hakim, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003, Hal 59-60
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian usul perbaikan peraturan pelaksanaan prinsip keterbukaan dalam pasar modal berkenaan dengan hak perlindungan tenaga kerja perlu ditanggapi
dan segera direalisasikan mengingat usul perbaikan peraturan tersebut sesuai dengan terminologi standar ketenagakerjaan.
Dalam hal upaya untuk menyediakan perlindungan kepada investor dan kepentingan-kepentingan sosial, seharusnya perusahaan publik tidak hanya
ditentukan untuk melakukan keterbukaan atas segala informasi perusahaan yang diperlukan investor, tetapi juga atas perusahaan publik tersebut ditetapkan sanksi-
sanksi jika pihak manajemen perusahaan didapati melakukan suatu penyajian atau gambaran yang menyesatkan sehubungan dengan pelaksanaan prinsip keterbukaan
tersebut. Pengungkapan informasi tentang fakta material secara akurat dan penuh diperkirakan dapat merealisasikan tujuan prinsip keterbukaan dan mengantisipasi
timbulnya pernyataan yang menyesatkan bagi investor. Bila perusahaan lalai dalam menyampaikan, ataupun bahkan menyampaikan
informasi yang berbeda dengan sebenarnya, sehingga investor menjadi terpengaruh untuk melakukan pembelian saham, maka perusahaan dapat di tuntut telah melakukan
misrepresentation dan omission apabila dikemudian hari terjadi dampak negatif yang kolerasi dengan informasi yang diselewengkan tersebut.
64
Perusahaan adalah pemegang peranan kunci dalam memproduksi barang yang akan dijual di pasar untuk konsumen. Kinerja, prilaku behaviour, kebiasaan dan
keputusan dalam produksi merupakan faktor menentukan apabila tercapainya
64
Bismar Nasution I, Op.Cit, Hal 31
Universitas Sumatera Utara
efisiensi atau alokasi sumber daya yang optimal. Secara alami para pelaku ekonomi akan selalu berupaya mencapai keuntungan yang maksimal dari transaksi yang
dilakukannya. Forum for Corporate Governance Indonesia FCGI mendefenisikan good
corporate governance sebagaimana seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengelolah perusahaan, pihak kreditur, pemerintah,
karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang
mengendalikan perusahaan, yang bertujuan untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan stakeholder.
65
Kendati orientasi perusahaan untuk mencari keuntungan, namun dalam pasar modal penyampaian informasi tentang produksi emiten kepada publik yang
diutamakan adalah bahwa produk tersebut telah memenuhi ketentuan-ketentuan yang ditetapkan peraturan menyangkut tentang perlindungan konsumen.
Karena itu hak-hak konsumen menjadi prioritas utama, yaitu hak atas kenyamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang atau jasa.
66
Di samping itu, hak konsumen tersebut termasuk hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur
mengenai kondisi dan jaminan barang atau jasa. Berarti perusahaan yang membuat produk harus memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi
65
I Nyoman Tjager dkk, Corperate Governance, Tantangan dan Kesempatan Bagi Komunitas Bisnis Indonesia, Jakarta: FCGI, 2003, Hal 19
66
Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 4 Huruf a
Universitas Sumatera Utara
dan jaminan barang atau jasa serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.
Berdasarkan hak-hak konsumen tersebut, maka penyampaian informasi yang berkaitan dengan emiten harus dapat memberikan kepuasan kepada konsumen. Hal
tersebut dilakukan untuk menghindari atau meminimalisasi ketidakpuasan yang berakibat gugatan konsumen.
Untuk melindungi hak-hak konsumen perlu ditekankan, bahwa penyampaian informasi yang berkaitan dengan produk emiten harus memberikan jaminan, bahwa
tidak ada pernyataan yang salah atau menyesatkan,. Karena pemyataan yang salah atau menyesatkan dapat menimbulkan gugatan dari pihak konsumen terhadap
produsen. Keterbukaan diartikan sebagai sifat yang tembus cahaya, nyata, jelas, atau
secara umum memberikan arti tembus cahaya,
67
jadi dalam memberikan informasi fakta material dari perusahaan yang melakukan penawaran umum di Bursa Efek
haruslah tembus pandang, nyata dan jelas serta harus mengungkap secara tuntas, benar dan lengkap. Sebab memberikan informasi yang salah dan setengah benar,
tidak akurat atau menyesatkan yang semata-mata bertujuan untuk menarik investor dapat digolongkan sebagai kejahatan koorporasi.
68
67
M. Irsan Nasaruddin dan Indra Surya, Op.Cit, Hal 225
68
Ibid, Hal 227
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu, informasi terkandung di dalamnya, harus memuat hal-hal yang benar-benar menggambarkan keadaan emiten.
69
Yang bersangkutan, sehingga keterangan atau informasi dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan untuk
menetapkan keputusan investasinya. Apabila informasi fakta material yang disajikan tidak benar, atau tidak mengungkapkan informasi yang benar hal tersebut dapat
mengakibatkan pemodal mengambil keputusan investasi yang tidak tepat.
70
Di Indonesia, masalah yang berkenaan dengan perlindungan konsumen dapat dilihat dari kasus PT. Ajinomoto Indonesia yang memproduksi bumbu masak.
Perusahaan diduga melakukan pelanggaran terhadap Pasal 7 Undang-Undang Perlindungan Konsumen UUPK, mengenai kewajiban pelaku usaha untuk
memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan jasa serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan dan
pemeliharaan. Kasus Ajinomoto itu berawal dari pengumuman Majelis Ulama Indonesia
MUI bahwa ada unsur enzim babi dalam Ajinomoto. MUI menyebutkan bahwa produsen Ajinomoto menggunakan enzim bactosoytone dalam proses pembuatan
bumbu masak. Bactosoytone dipakai sebagai makanan bagi mikro yang akan dipakai
69
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, Menata Bisnis di Era Global,Bandung: Citra Aditiya Bakti, 2002, Hal 52
70
C.S.T. Kancil dan Christine S.T. Kansil, Pokok-pokok Hukum Pasar Modal, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, Hal 153
Universitas Sumatera Utara
dalam proses fermentasi fetes tebu. Dalam proses pembuatan bactoytone tersebut, PT. Ajinomoto menggunakan enzim poricine yang diambil dari panceas babi.
71
Penyampaian informasi tentang produksi emiten kepada publik yang diutamakan adalah produk tersebut telah memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan peraturan yang menyangkut perlindungan konsumen, seperti yang telah ditetapkan oleh dalam UUPK No.8 Tahun 1999 karena hak-hak konsumen harus
menjadi prioritas utama setiap perusahaan, yaitu hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi atau jasa.
Berdasarkan masalah perlindungan konsumen dalam pasar modal, salah satu aspek yang perlu dicermati sehubungan dengan fungsi prospektus sebagai
perlindungan investor adalah mengenai saat dan cara penyampaian prospektus. Di Indonesia, Rancangan Prospektus diserahkan kepada Bapepam, yang dalam hal ini
emiten mengadakan expose terbatas pada Bapepam mengenai kelengkapan dokumen, kecukupan dan kejelasan informasi serta keterbukaan lainnya dari aspek hukum,
akuntansi, keuangan dan manajemen emiten.
72
Setelah menelaah kelengkapan dokumen-dokumen Pernyataan Pendaftaran, Bapepam akan menanggapinya dalam waktu 45 hari. Apabila Bapepam tidak
melakukan sesuatu maka Pernyataan Pendaftaran tersebut menjadi efektif dengan
71
Bismar Nasution I, Op. Cit. hal 108
72
Undang-Undang Pasar Modal Pasal 75 Ayat 1 menyatakan bahwa, Bapepam wajib memperhatikan kelengkapan, kecukupan, objekfitas, kemudahan untuk dimengerti, kejelasan dokumen
Pernyataan Pendaftaran untuk memastikan bahwa Pernyataan Pendaftaran memenuhi Prinsip Keterbukaan. Sedangkan dalam Ayat 2 dinyatakan bahwa, Bapepam tidak memberikan penilaian atas
keunggulan dan kelemahan suatu efek. Ibid, Hal 111
Universitas Sumatera Utara
sendirinya pada hari ke 45 sejak diterimanya Pernyataan Pendaftaran oleh Bapepam secara lengkap.
73
Maka, dengan demikian keterbukan informasi perlindungan konsumen dalam pasar modal oleh setiap perusahaan publik wajib disampaikan kepada investor
sepanjang masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumen tersebut mengandung fakta material, yakni informasi atau fakta yang dapat mempengaruhi harga efek di
bursa efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal atau pihak lain yang berkepentingan atau informasi atau fakta tersebut.
Konsumen merupakan golongan yang rentan diekploitasi oleh pelaku usaha, karena itu diperlukan seperangkat aturan hukum untuk melindungi konsumen. Yang
dimaksud dengan konsumen adalah pengguna akhir dari suatu produk.
74
Sebenarnya cukup besar pertanggungjawaban setiap perusahaan publik untuk senantiasa menyingkapi segala informasi yang berhubungan dengan perlindungan
konsumen. Namun, perusahaan harus memiliki itikad baik dalam men-disclose segala informasi yang berkenaan dengan perusahaannya dengan tidak memberikan informasi
yang menyesatkan, sehingga investor merasa tertipu dan mengalami kerugian setelah membeli saham. Hal ini harus segera di cover dengan mengadakan perbaikan
terhadap risiko akan menurunkan minat investor untuk berivestasi di pasar modal Indonesia.
73
UUPM Pasal 74 Ayat 1 menyatakan bahwa, Pernyataan Pendaftaran menjadi efektif pada hari ke-45 keempat puluh lima sejak diterimanya Pernyataan Pendaftaran secara lengkap atau pada
tanggal yang lebih awal jika dinyatakan efektif oleh Bapepam.
74
Munir Fuady II, Op.Cit, Hal 227
Universitas Sumatera Utara
Dalam pelaksanaan suatu Undang-Undang tentu saja dapat didukung dengan Undang-Undang yang lain, yang memang mernpunyai keterkaitan yang erat dalam
suatu masalah. Dalam hal ini, bila UUPM tidak cukup untuk mengatur perlindungan konsumen dalam pasar modal, maka UUPK dapat diambil oleh pihak-pihak terkait
dalam perdagangan pasar modal untuk menangani masalah pertanggungjawaban setiap perusahaan publik dalam melaksanakan keterbukaan informasi perlindungan
konsumen. Perlindungan konsumen adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan
perlindungan hukum yang diberikan terhadap konsumen dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang merugikan konsumen itu sendiri.
Perlindungan konsumen memiliki cakupan yang luas, meliputi perlindungan terhadap konsumen barang dan jasa, yang berawal dari tahap kegiatan untuk mendapat barang
dan jasa sehingga sampai akibat-akibat dari pemakaian barang dan jasa tersebut. Dalam UUPK menyebutkan bahwa perlindungan konsumen adalah segala upaya yang
menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.
75
Perkembangan perekonomian yang pesat telah menghasilkan beberapa jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan jasa yang dapat dikonsumsi. Dengan
dukungan kemajuan teknologi telekomunikasi dan informatika, dimana terjadi perluasan ruang gerak arus transaksi barang dan jasa melintasi batas-batas suatu
75
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Perlindungan Konsumen
Universitas Sumatera Utara
wilayah negara, konsumen pada akhirnya diharapkan pada berbagai jenis barang dan jasa yang ditawarkan secara variatif.
Kondisi seperti ini, pada satu sisi memberikan manfaat bagi konsumen karena kebutuhan akan barang dan jasa yang diinginkan dapat terpenuhi, serta semakin
terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis dan kualitas barang dan jasa sesuai dengan keinginan dan kemampuan konsumen.
Namun solusi yang terkait mengenai pengaturan perlindungan konsumen dalam pasar modal ini adalah, harus diatur dalam Pasal tersendiri di dalam UUPM,
sehingga keberadaannya menjadi lebih tegas untuk dapat diminta pertanggungjawabannya kelak terhadap perusahaan publik yang melanggar ketentuan
tersebut.
B. Kaitan Prinsip Keterbukaan Dengan Perlindungan Hukum Terhadap Investor