6. Periode Keenam Mulai Agustus 1997
Periode ini adalah periode dimana Indonesia menjelang era reformasi, namun pada periode ini juga dimana Indonesia dilanda krisis moneter sebagai ujian yang
terberat yang dialami oleh pasar modal Indonesia. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia mulai dari penurunan mata uang Negara-negara Asia, termasuk Indonesia
terhadap Dollar Amerika. Penurunan nilai mata uang ini disebabkan oleh spekulasi yang dilakukan pedagang valuta asing, menurunnya kepercayaan masyarakat
terhadap nilai mata uang negaranya sendiri, dan tak kalah pentingnya adalah kurang kuatnya pondasi perekonomian Indonesia.
38
Untuk mengurangi kelesuan permintaan skuritas di Pasar Modal Indonesia, Tanggal 3 September 1997 Pemerintah mencabut peraturan pembatasan 49 pemilik
saham asing. Ini berarti dari tanggal tersebut investor asing boleh memiliki saham dalam jumlah yang tidak terbatas. Peraturan Pemerintahini tanpa belum membawa
hasil yang signifikan, ini ditunjukan oleh kenyatann bahwa pada akhir September 1997 Pasar Saham terus merosot, seperti dicerminkakn pada indeks Harga Saham
Gabungan IHAG yang turun tajam. IHAG pada Tanggal 1 September 1997 tercatat sebesar 750,8 point, kemudian turun sekitar 194, 14 point 25,86 menjadi 546,69
point pada akhir bulan September 1997.
39
38
Akibat harga saham perusahaan-perusahaan yang sudah terdaftar di Bursa menjadi merosot dan bahkan negatif modalnya, sehingga membuat investor merugi. Indeks harga saham gabungan
IHSG yang sudah mencapai diatas 700-an. Lihat Iskandar Z. Alwi, Op, Cit, Hal 17
39
Ibid, Hal 17
Universitas Sumatera Utara
Untuk memperbaiki kondisi perekonomian Indonesia yang bergejolak ini, Pemerintah pada hari Sabtu Tanggal 1 September 1997 mengumumkan likuidasi 16
Bank Swasta Nasional. Pengumuman yang cukup mengejutkan tersebut ternyata tidak banyak membantu dan mendorong Berta merangsang gairah pasar saham. Bahkan
IHSG pada bulan Nopember 1997 juga merosot tajam. Titik terendah IHSG pada tahun 1997 terjadi pada tanggal 21 Nopember 1997,
yakni sebesar 391,26 point, berarti turun sebesar 155,43 point 28,43 dari indeks 30 September 1997, atau turun sebesar 359,57 point 47,89 sejak tanggal 8 Juli
1997.
40
Krisis moneter ini sebagian dipahami sebagai akibat dari praktek-praktek buruk moralhazard para pelaku ekonomi yang menimbulkan dampak negatif yang
sangat signifikan dan berkepanjangan. Krisis ini merupakan dampak dari masalah internal bangsa ini. Pada saat krisis seperti ini, berinvestasi di bidang pasar modal
menjadi pilihan yang sangat berisiko, karena konpleksnya permasalahan yang melingkupi Bangsa ini.
41
Sistem moneter tidak pelak lagi merubah semua rencana dan strategi pengembangan pasar modal Indonesia. Rencana pengembangan pasar modal yang
40
Ibid, Hal 18
41
Akibat bencana krisis monoter yang terjadi, sehingga memukul industri jasa keuangan yang kemudian merambah ke vestor riil. Nilai saham-saham perusahaan terbuka merosot gratis, saat ini
menurun investor dan masyarakat luas, investor di sector pasar modal bukan wahana dan wada yang menarik, karena nilai sahamnya terus menurun potensi ruginya sangat besar, dan pendapatnya juga
semakin menurun. Akibat pasar modal di Indonesia mengalami koreksi hebat dan menyesuaikan diri dengan krisis. Perkembangan pasar modal pada saat krisis moneter menunjukkan adanya penurunan
jumlah emiten yang layak tampin dipapan utama bursa, harga saham anjelok, indeks harga saham terus menurun, investor asing berkurang, dan perusahaan sekuritas asing pergi, serta sector riil tak mampu
bertahan.
Universitas Sumatera Utara
telah disusun rapi dalam target tidak dapat segera terwujudkan karena Indonesia harus mampu mengatasi krisis terlebih dahulu. Namur hal yang amat menggembirakan dan
membuat optimis adalah bahwa selam tujuh tahun krisis ini berlangsung, para pelaku pasar modal dan para pihak yang terkait mempunyai komitmen dan tanggung jawab
untuk terus mengembangkan pasar modal Indonesia.
C. Peranan Pasar Modal Dalam Perkembangan Perekonomian di Indonesia