Pembersihan Desinfeksi Tingkat Tinggi DTT

2. Pembersihan

Pembersihan merupakan sebuah cara yang efektif untuk mengurangi jumlah mikroorganisme pada peralatan dan instrumen yang telah tercemar, terutama endospora yang menyebabkan tetanus. Pencucian yang benar menggunakan sabun dan air juga dapat menghilangkan bahan organik seperti darah dan duh tubuh. Hal ini penting mengingat bahan organik kering dapat menjebak mikroorganisme, termasuk endospora, sisanya bisa melindunginya melawan sterilisasi atau desinfektan. Penggunaan sabun sangat penting untuk pembersihan yang efektif karena air sendiri tidak dapat menghilangkan protein, minyak, dan lemak. Sebaiknya gunakan sabun cair, karena sabun cair mudah bercampur dengan air dan juga dapat memecahkan menghilangkan lemak, minyak, dan benda asing lainnya dari pada sabun bubuk. Untuk membersihkan instrumen dan peralatan, sebaiknya menggunakan sarung tangan rumah tangga yang tebal, agar tangan terlindung saat membersihkan peralatan yang tajam. Instrumen harus dibersihkan dengan sikat yang lembut mis: sikat gigi bekas dalam air sabun. Perhatian khusus harus dilakukan pada alatinstrumen yang bergigi, sendi atau sekrup tempat kotoran berkumpul. Setelah dibersihkan, alat tersebut harus dicuci secara menyeluruh dengan air bersih untuk menghilangkan sisa sabun. Sesudah dicuci, alat-alat harus dikeringkan, terutama bila akan disterilkan atau disinfeksi tingkat tinggi dengan menggunakan desinfektan kimiawi. Instrumen yang disterilisasi harus dibungkus atau dikemas setelah dibersihkan. Untuk sarung tangan harus dibersihkan dalam air sabun. Kedua bagian luar dan dalam dibersihkan dan dicuci dengan air bersih sampai Universitas Sumatera Utara tidak ada sabun yang tersisa. Setelah itu, kedua bagian sarung tangan dikeringkan untuk dilakukan proses DTT atau Sterilisasi.

3. Desinfeksi Tingkat Tinggi DTT

Proses DTT membunuh semua mikroorganisme kecuali beberapa endospora bakterial. DTT dapat diperoleh dengan merebus dalam air mendidih, mengukus dengan uap panas, atau merendam alat dalam desinfektan kimiawi. a. Desinfeksi Tingkat Tinggi dengan Perebusan atau Pengukusan Suhu tertinggi yang dapat dicapai oleh air mendidih atau uap tekanan rendah adalah 100 °C pada permukaan laut. Sebaiknya merebus atau mengukus alat untuk DTT sekurang-kurangnya 20 menit. Perebusan dalam air merupakan cara yang efektif dan praktis untuk DTT alat-alat dan semua alat yang lainnya. Walaupun perebusan dalam air selama 20 menit akan membunuh semua bakteri vegetatif, virus, ragi dan jamur, perebusan tidak membunuh semua endospora. Perebusan alat selama 20 menit, dilakukan dalam tempat merebus yang tertutup. Waktu perebusan mulai dicatat sewaktu air mulai mendidih. Semua alat- alat logam harus terendam sempurna. Selama perebusan berlangsung, jangan menambahkan sesuatu kedalam wadah. Setelah merebus 20 menit, pindahkan alat- alat dengan cunam yang telah di DTT terlebih dahulu, kemudian simpan dalam kontainer yang telah di DTT dan tutup rapat. b. Desinfesi Tingkat Tinggi dengan Bahan Kimiawi Walaupun banyak desinfektan tersedia dimana-mana, 4 desinfektan yaitu klorin, glutaraldehid, formaldehid, dan peroksfd secara rutin digunakan sebagai Universitas Sumatera Utara desinfektan tingkat tinggi. Bahan-bahan kimiawi ini dapat mencapai DTT jika alat- alat yang akan didisinfeksi dibersihkan dulu sebelum direndam. DTT dengan kimiawi tidak dianjurkan pada jarum dan semprit, karena sisa-sisa bahan kimia dapat tertinggal dalam jarum tersebut. Larutan klorin bereaksi cepat, sangat efektif terhadap HBV, HCV, dan HIVAIDS, serta murah dan mudah didapat. Larutan klorin 0,5 dapat merusaklogam. Untuk DTT, larutan 0,1 dibuat dengan air matang,dan lakukan penyaringan bila air keruh. Masalah korosi dapat dikurangi jika beda-benda tersebut dibilas dengan air matang dan dikeringkan segera. Korosi terjadi bila lamanya perendaman dilakukan 20 menit dan terjadi kontak pada konsentrasi 0.5. Disinfektan kimiawi harus disimpan ditempat yang gelap dan dingi, jangan disimpan di bawah. cahaya matahari atau panas yang berlebihan karena semua desinfetan kimiawi sensitif terhadap panas. Tirtjen, Bssemeyer,Mcintosh, 2004.hlm.3-1.

4. Daftar peralatan praktik bidan

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Pencegahan Infeksi pada Saat Pertolongan Persalinan di Bidan Praktek Swasta Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2012

0 47 80

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Bidan Praktek Swasta Tentang Asuhan Sayang Ibu Pada Proses Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa

2 54 82

Hubungan Karakteristik dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Postpartum tentang Perawatan Masa Nifas di Ruang Camar I Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2009

1 44 64

Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktik Swasta di Wilayah kerja Puskesmas Medan Tuntungan Tahun 2010

1 35 78

Hubungan Karakteristik Responden Dengan Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Nifas Oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Batu Enam Pematangsiantar Tahun 2010

2 47 71

Hubungan Karakteristik, Pengetahuan Dan Sikap Bidan Dengan Tindakan Bidan Dalam Mengatasi Komplikasi Selama Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Hessa Air Genting Kabupaten Asahan Tahun 2009

1 44 92

perilaku bidan dalam penatalaksanaan pencegahan infeksi pada pertolongan persalinan diwilayah kerja puskesmas hamparan perak kabupaten deli serdang medan tahun 2014

0 41 81

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MASA KERJA BIDAN DENGAN KELENGKAPAN PENDOKUMENTASIAN LEMBAR PARTOGRAF Hubungan Pengetahuan Dan Masa Kerja Bidan Dengan Kelengkapan Pendokumentasian Lembar Partograf Di Wilayah Kerja Ibi Ranting Ngemplak Boyolali Tahun 2013.

0 2 16

PELAKSANAAN PENCEGAHAN INFEKSI PADA SAAT PERTOLONGAN PERSALINAN DI BIDAN PRAKTEK SWASTA WILAYAH KOTA BANDA ACEH

0 1 10

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN BIDAN TENTANG IMUNISASI DENGAN PERILAKU PENGELOLAAN VAKSIN DI BIDAN PRAKTEK SWASTA SE-WILAYAH RANTING TENGAH BANTUL NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Tingkat Pengetahuan Bidan tentang Imunisasi dengan Perilaku Pengelolaan Vaksin di

0 0 9