Rumusan Masalah Tujuan 1 Tujuan Umum Manfaat Penelitian Kerangka Konsep DEFINISI OPERASIONAL

Sambutan Menteri kesehatan dr. Achmad Sujumi dalam Tietjen, et al. 2004 mengatakan bahwa infeksi merupakan salah satu penyebab utama kematian di tempat pelayanan kesehatan. Banyaknya kematian itu dapat dicegah melalui cara pencegahan yang sederhana dimana di dunia international saat ini sudah berpedoman pada Universal Precaution Standard sebagai upaya mengatasi berbagai penyakit infeksi. Namun demikian hal ini masih merupakan masalah utama karena dalam mengatasi situasi tersebut dibutuhkan tenaga pelayanan kesehatan yang dapat menunjukan kinerja yang sesuai dengan standar pelayanan dimanapun mereka bertugas, sehingga dapat menjaga mutu pelayanan kesehatan. Untuk mengetahui hubungan karakteristik bidan dengan tingkat pengetahuan bidan yang bekerja di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Swasta tentang pencegahan infeksi pada masa nifas, berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian, oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan.

B. Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan karakteristik dan tingkat pengetahuan bidan tentang pencegahan infeksi pada masa nifas di RB dan BPS wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo kota Pekanbaru. Universitas Sumatera Utara

C. Tujuan 1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan karakteristik bidan dengan tingkat pengetahuan bidan tentang pencegahan infeksi pada masa nifas di Puskesmas Sidomulyo kota Pekanbaru tahun 2008 . 2 Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui karakteristik bidan. b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan bidan tentang pencegahan infeksi pada masa nifas. c. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik bidan dengan tingkat pengetahuan bidan tentang pencegahan infeksi pada masa nifas.

D. Manfaat Penelitian

1 Bagi bidan Sebagai informasi atau masukan dalam meningkatkan pelayanan khususnya tentang pencegahan infeksi pada masa nifas 2 Bagi institusi pendidikan Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswi yang akan melakukan penelitian berikutnya. 3 Bagi bidang penelitian Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi panduan atau bahan perbandingan untuk melakukan penelitian yang akan datang. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan Knowledge

1. Pengertian

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hasil Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002. hlm 687. Menurut prasetyo 2007 pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada di kepala kita. Kita dapat mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang dimiliki. Selain dari pengalaman, kita juga bisa dapat tahu karena diberitahu oleh orang lain. Istiarti2000 pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat, dan sebagainya. Dari berbagai pengertian tentang pengetahuan diatas maka secara umum dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, ide, kenyataan, pengalaman, yang diperoleh seseorang, karena telah melakukan penginderaan dengan melihat, memikirkan, dan mengamati kemudian menghubungkan masalah pada objek tersebutSalam. 2003. hlm.42. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 enam tingkatan yaitu : tahu know, memahami comprehension, aplikasi application, analisa analysis, sintesis syntesis dan evaluasi evaluation Soekidjo, Notoatmodjo, 2005,hlm.121-124 Universitas Sumatera Utara

2. Cara Memperoleh Pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : a. Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan Cara ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi: 1. Cara coba salah trial and error 2. Berdasarkan Pengalaman Pribadi 3. Melalui jalan pikiran b. Cara Modern Dalam Memperoleh Pengetahuan Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Notoadmodjo, 2002, hlm. 11 Pengukuran pengetahuan yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan- pertanyaan secara langsung wawancara atau melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis atau angket. Pertanyaan-pertanyaan yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang atribut pendidikan.Notoatmodjo.2003.hlm.56- 57

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan 1. Umur

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan dalam penelitian karena berhubungan dengan angka kesakitan ataupun kematian dan orang dapat membacanya dengan mudah serta melihat pola sehingga kesakitan ataupun Universitas Sumatera Utara kematian dapat diperhatikan menurut umur. Asamar dan Eko, 2005.hlm: 25 Hartanto 2003 mengatakan bahwa semakin muda usia seseorang semakin sedikit pengalaman yang dimiliki seseorang, namun sebaliknya semakin tinggi tingkatan umur seseorang pengalaman yang didapat semakin lebih banyak oleh karena itu sangat penting bila umur dapat dikaitkan dengan pengetahuan seseorang. Sarwono 2008 mengemukakan bahwa memori atau daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa dengan bertambahnya umur seseorang maka, dapat berpngaruh pada bertambahnya pengetahuan yang diperoleh Dalam teori Hurlock yang dikutip oleh Nursalam 2003 semakin cukup tingkat kematangan dan kekuatan seseorang, maka akan lebih matang orang tersebut dalam berfikir dan berkerja. Hal ini sebagai akibat dari kematangan jiwanya.

2. Pendidikan

Pendidikan adalah dasar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan pengajaran dan latihan bagi perananya dimasa yang akan datang Undang-Undang RI, 2003 Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan, artinya pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang lain. Dalam hal ini tingkat pendidikan mempunyai hubungan erat dengan faktor-faktor sosial,ekonomi, dan perilaku Universitas Sumatera Utara demografi seperti pendapatan, gaya hidup, pola reproduksi, status kesehatan anak, dan kondisi perumahan. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang karena dapat membuat seseorang untuk lebih menerima ide-ide atau teknologi baru. Notoatmodjo, 2003, hlm: 10 dan 16. Pendidikan bidan berhubungan dengan perkembangan pelayanan kebidanan. Keduanya berjalan berhubungan dengan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kebidanan. Pendidikan bidan mencakup pendidikan formal dan nonformal. Pendidikan seorang bidan sudah dimulai sejak tahun 1851 pada masa ini pendidikan dilaksanakan berdasarkan tuntutan pemenuhan kebutuhan pelayanan, namun pendidikan ini tidak berlangsung lama karena kurangnya peserta didik dan adanya larangan ataupun pembatasan bagi wanita untuk keluar rumah. Tahun 1974 Departemen Kesehatan melakukan penyederhanaan pendidikan tenaga kesehatan nonsarjana. Sekolah Pendidikan Lanjutan Jenjang Kebidanan SPLJK ditutup dan dibukanya Sekolah Perawat Kesehatan SPK dengan tujuan meningkatkan tenaga multi tujuan dilapangan yang salah satu tugasnya adalah menolong persalinan normal. Akan tetapi dengan adanya perbedaan falsafah dan kurikulum terutama berkaitan dengan kemampuan seorang bidan, maka tujuan pemerintah agar SPK dapat menolong persalinan tidak tercapai atau tidak berhasil. Tahun 1975 sampai 1984 pendidikan bidan ditutup. Namun Ikatan Bidan Indonesia IBI tetap ada. Tahun 1985 dibuka lagi program pendidikan bidan untuk lulusan SPR dan SPK, lama pendidikan ini selama satu tahun dan lulusannya. Pada tahun 1996 Diploma III kebidanan di buka perkembangan jumlah instistusi penyelenggaraannya sangat cepat. Hal ini membuktikan tingginya kesadaran akan pentingnya pendidikan tinggi bagi bidan dalam melaksanakan tugas pelayanannya menjadi lebih Universitas Sumatera Utara profesional. Pendidikan kesehatan merupakan suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok dan individu dengan harapan bahwa dengan adanya peran tersebut masyarakat, kelompok dan individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Akhirnya pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap ilmu pengetahuannya. Dengan kata lain dengan adanya pendidikan tersebut membawa akibat terhadap perubahan tingkatan ilmu pengetahuan dari seorang bidan ke arah yang lebih baik. Soepardan, 2008, hlm: 14 Pendidikan dianggap memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas manusia melalui pendidikan. Manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan dan dengan pengetahuan manusia akan dapat membangun keberadaan hidupnya dengan lebih baik. Implikasinya semakin tinggi tingkat pendidikan hidup manusia akan semakin berkualitas, dimana semakin tinggi pendidikan maka seseorang akan semakin mudah untuk menerima hal-hal yang baru dan mudah menyesuaikan diri dengan hal-hal baru tersebut, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa pendidikan rendah punya pengetahuan dan sikap yang lebih baik. Machfoedz, 2003, hlm 23

3. Lama bekerja

Pengalamam adalah guru yang paling baik mengajarkan kita tentang apa yang telah kita lakukan, baik itu pengalaman baik maupun buruk, sehingga kita dapat memetik hasil dari pengalaman tersebut. Semakin lama bekerja semakin banyak pengalaman dan semakin banyak kasus yang ditangani akan membuat seorang bidan akan mahir dan terampilan dalam penyelesaikan pekerjaan. Lama bekerja dapat diartikan dengan pengalaman seseorang selama memberikan pelayanan Universitas Sumatera Utara kebidanan baik di instansi pemerintah atau swasta. Mangkuprawira, 2004,Hal: 36- 40 WHO World Health Organisation 1984, menyatakan bahwa lama bekerja seseorang diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman yang diperoleh dari orang lain. Lama bekerja berkaitan dengan umur dan pendidikan individu dengan pendidikan yang lebih tinggi maka pengalamannya akan semakin luas, sedangkan semakin tua umur seseorang maka pengalaman akan semakin banyak. Informasi yang diberkan untuk menigkatkan pengetahuan seseorang yang kemudian akan menjadi dasar bagi orang tersebut melakukan sesuatu hal dalam hidupnya untuk berbagai tujuan. Notoatmodjo, 2003,hlm. Menurut Notoatmojo 2002 Pengalaman merupakan guru yang terbaik experient is the best teacher. Pepatah tersebut bisa diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh suatu kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu, pengalaman pribadi pun dapat dijadikan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan persoalan yang dihadapi pada masa lalu. Menurut Cherin 2009 pengalaman akan menghasilkan pemahaman yang berbeda bagi tiap individu, maka pengalaman mempunyai kaitan dengan pengetahuan. seseorang yang mempunyai pengalaman banyak akan menambah pengetahuan. Kepercayaan masyarakat lebih cenderung kepada bidan yang telah lama bekerja, masyarakat menganggap bahwa orang yang sudah lama bekerja memiliki Universitas Sumatera Utara pengalaman yang lebih di bandingkan orang yang baru bekerja. Semakin lama bekerja semakin banyak pengalaman dan semakin banyak kasus yang ditangani sehingga membuat masyarakat berpikiran bahwa seorang tersebut mahir dan terampil dalam menyelesaikan pekerjaannya. Mangkuprawira, 2004, Hal:36-40

C. Bidan 1. Defenisi

Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program penidikan bidan yang telah diakui oleh Negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktik kebidanan. Helen Varney, 2002, hlm 3 Menurut permenkes 9002002, bidan adalah seorang wanita yang telah mngikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku, dengan demikian bidan dalam prakteknya berwenang untuk memberikan pelayanan yang telah diatur didalam keputusan Menteri Kesehatan 9002002 tentang rgistrasi dan praktek bidan.

2. Standar Pelayanan Kebidanan

Standar pelayanan berguna dalam penerapan norma dan tingkat kinerja yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Penerapan standar pelayanan akan sekaligus melindungi masyarakat, karena penilaian terhadap proses dan hasil pelayanan. Suatu standar akan efektif bila dapat diobservasi dan diukur, realistis, mudah dilakukan dan dibutuhkan. Mustika, 2003, hlm.132 Standar pelayanan kabidanan dapat pula digunakan untuk menentukan kompetensi yang diperlihatkan bidan dalam melayani praktek sehari-hari. Standar Universitas Sumatera Utara ini juga digunakan bidan dalam penentuan kebutuhan opersional untuk penerapannya, misalnya kebutuhan akan pengorganisasian, mekanisme, peralatan dan obat yang diperlukan. Ketika audit terhadap pelayanan kebidanan dilakukan, maka berbagai kekurangan yang berkaitan dengan hal-hal tersebut akan ditemukan sehingga perbaikannya dapat dilakukan secara lebih spesifik. Standar pelayanan kebidanan terlampir dalam lampiran. Mustika, 2003, hlm. 133 3. Jenis obat dalam praktik kebidanan Dalam praktek kebidanan terdapat standarisasi pengobatan yang distandarkan oleh pemerintahan dan digunakan oleh seorang bidan. Standarisasi ini terlampir pada lembaran lampiran karya tulis ilmiah ini.

D. Pencegahan Infeksi 1. Konsep pencegahan infeksi

Kolonisasi berarti bahwa organisme yang patogen penyebab penyakit atau kesakitan ada pada seseorang misalnya dapat ditemukan dengan biakan atau uji- uji lainnya tetapi belum menimbulkan gejala atau temuan klinik umpamanya perubahan atau kerusakan seluler. Mikroorganisme adalah agen penyebab infeksi. Termasuk didalamnya bakteria, virus, fungi dan parasit. Untuk pencegahan infeksi, bakteri selanjutnya dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu: vegetatif misalnya stafilokokus, mikrobakteria misalnya tuberculosis dan endospora misalnya tetanus. Dari semua agen infeksi yang umum, endospora merupakan yang paling sulit untuk dibunuh karena memiliki lapisan pelindung. Universitas Sumatera Utara Pencegahan infeksi pada umumnya bergantung pada penempatan pembatas antara orang yang rentan orang yang kurang mendapat perlindungan alamiah atau diperoleh dan mikroorganisme. Tirtjen, Bssemeyer,Mcintosh, 2004.hlm.3-1 Pembatasan pelindung adalah proses-proses fisikal, mekanikal, atau kimiawi yang dapat membantu mencegah penyebaran mikroorganisme infeksi dari: a. Orang ke orang yaitu pasien, klien petugas kesehatan atau petugas kesehatan. b. Peralatan, instrumen dan permukaan lingkungan sekitar manusia. Selain itu, untuk mencegah penularan pada tenaga kesehatan dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip universal prekausion dan pemberian profilaksis pasca paparan. Universal precaution dan suatu perangkat prosedur dan pedoman yang digunakan untuk menurunkan terjadinya infeksi pada tenaga kesehatan dan mencegah penularan pada pasien dari penyakit menular seperti HIV, Hepatitis B, Hepatitis C dan infeksi jalan lahir terutama melalui kontak cairan dan darah. Universal precaution meliputi mencuci tangan aseptik, penggunaan APP Alat Perlindungan Pribadi, pengelolaan alat kesehatan bekas pakai dekontaminasi, sterilisasi, desinfeksi, pengelolaan benda tajam sharp precaution, sistem pengelolaan limbah dan sanitasi. Schaffer et al, 2000, hlm. 45

2. Dasar Pencegahan Infeksi

Sebagian besar infeksi dapat dicegah dengan strategi-strategi yang sudah ada dan relatif murah, yaitu: a. Menaati praktik-praktik pencegahan infeksi yang direkomendasikan, khususnya cuci tangan dan pemakaian sarung tangan. Memperhatikan proses- Universitas Sumatera Utara proses dekontaminasi dan pembersihan alat-alat kotor dan lain-lain yang telah dibuat dengan baik, yang diikuti dengan sterilisasi atau desinfeksi tingkat tinggi. b. Meningkatkan keamanan diruang operasi dan area-area lain yang berisiko tinggi dimana perlukaan yang paling serius dan paparan terhadap infeksi sering terjadi. Tirtjen, Bssemeyer,Mcintosh, 2004.hlm.3-1 E Sterilisasi 1. Dekontaminasi Dekontaminasi merupakan langkah pertama dalam menangani alat bedah, sarung tangan, dan benda lainnya yang telah tercemar. Hal penting sebelum membersihkan adalah mendekontaminasikan alat tersebut dengan merendamnya di larutan klorin 0,5 selama 10 menit. Langkah ini dapat me-non-aktifkan HBV, HCV, dan HIV serta dapat mengamankan petugas yang membersihkan alat tersebut. Larutan klorin merupakan produk yang paling cepat dan efektif pada proses dekontaminasi. Apabila tidak tersedia desinfektan untuk proses dekontaminasi, diperlukan kewaspadaan tinggi saat menangani dan membersihkan benda tajam tercemar misalnya jarum jahit, gunting, dan pisau bedah. Cara membuat larutan klorin 0.1 dan 0,5 dengan menggunakan produk cairan pemutih yang biasa diperdagangkan misalnya Bayclin®: a. Periksa kepekatan konsentrat dari produk klorin yang digunakan. b. Tentukan jumlah bagian air yang dibutuhkan yaitu untuk cairan pemutih rumah tangga 1 cangkir bagian pemutih dicampur dengan 9 bagian air, atau dengan Universitas Sumatera Utara menggunakan rumus: Konsentrat Jumlah Bagian JB air = --------------------- - 1 Keenceran. c. Campur 1 bagian konsentrat pemutih dengan jumlah bagian air yang dibutuhkan. Contoh 1: Buat larutan encer 0,5 dari 5 larutan konsentrat. 5,0 Langkah 1: Hitung JB air : = ------------- - 1 = 10 – 1 = 9 0,5 Langkah 2: Ambil 1 bagian konsentrat dan tambahkan 9 bagian air. Contoh 2: Buat larutan encer 0,1 dari 5 larutan konsentrat 5,0 Langkah 1 : Hitung JB air : 1 = 50 - 1 = 49 0.1 Langkah 2 : Ambil 1 bagian konsentrat dan tambahkan 0-49 bagian air. WHO menganjurkan larutan klorin 0,5 digunakan untuk mendekontaminasi instrumen dan permukaan sebelum dibersihkan. Gunakan tempat plastik untuk dekontaminasi agar mencegah terjadinya ketumpulan pada benda tajam mis: guntingpisau apabila menggunakan tempat berbahan logam. Jarum habis pakai dan semprit harus didekontaminasi dalam wadah yang tahan tusukan, dibakar, maupun dikubur. Setelah dekontaminasi, instrumen harus segera dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan bahan organik sebelum dibersihkan secara menyeluruh. Universitas Sumatera Utara

2. Pembersihan

Pembersihan merupakan sebuah cara yang efektif untuk mengurangi jumlah mikroorganisme pada peralatan dan instrumen yang telah tercemar, terutama endospora yang menyebabkan tetanus. Pencucian yang benar menggunakan sabun dan air juga dapat menghilangkan bahan organik seperti darah dan duh tubuh. Hal ini penting mengingat bahan organik kering dapat menjebak mikroorganisme, termasuk endospora, sisanya bisa melindunginya melawan sterilisasi atau desinfektan. Penggunaan sabun sangat penting untuk pembersihan yang efektif karena air sendiri tidak dapat menghilangkan protein, minyak, dan lemak. Sebaiknya gunakan sabun cair, karena sabun cair mudah bercampur dengan air dan juga dapat memecahkan menghilangkan lemak, minyak, dan benda asing lainnya dari pada sabun bubuk. Untuk membersihkan instrumen dan peralatan, sebaiknya menggunakan sarung tangan rumah tangga yang tebal, agar tangan terlindung saat membersihkan peralatan yang tajam. Instrumen harus dibersihkan dengan sikat yang lembut mis: sikat gigi bekas dalam air sabun. Perhatian khusus harus dilakukan pada alatinstrumen yang bergigi, sendi atau sekrup tempat kotoran berkumpul. Setelah dibersihkan, alat tersebut harus dicuci secara menyeluruh dengan air bersih untuk menghilangkan sisa sabun. Sesudah dicuci, alat-alat harus dikeringkan, terutama bila akan disterilkan atau disinfeksi tingkat tinggi dengan menggunakan desinfektan kimiawi. Instrumen yang disterilisasi harus dibungkus atau dikemas setelah dibersihkan. Untuk sarung tangan harus dibersihkan dalam air sabun. Kedua bagian luar dan dalam dibersihkan dan dicuci dengan air bersih sampai Universitas Sumatera Utara tidak ada sabun yang tersisa. Setelah itu, kedua bagian sarung tangan dikeringkan untuk dilakukan proses DTT atau Sterilisasi.

3. Desinfeksi Tingkat Tinggi DTT

Proses DTT membunuh semua mikroorganisme kecuali beberapa endospora bakterial. DTT dapat diperoleh dengan merebus dalam air mendidih, mengukus dengan uap panas, atau merendam alat dalam desinfektan kimiawi. a. Desinfeksi Tingkat Tinggi dengan Perebusan atau Pengukusan Suhu tertinggi yang dapat dicapai oleh air mendidih atau uap tekanan rendah adalah 100 °C pada permukaan laut. Sebaiknya merebus atau mengukus alat untuk DTT sekurang-kurangnya 20 menit. Perebusan dalam air merupakan cara yang efektif dan praktis untuk DTT alat-alat dan semua alat yang lainnya. Walaupun perebusan dalam air selama 20 menit akan membunuh semua bakteri vegetatif, virus, ragi dan jamur, perebusan tidak membunuh semua endospora. Perebusan alat selama 20 menit, dilakukan dalam tempat merebus yang tertutup. Waktu perebusan mulai dicatat sewaktu air mulai mendidih. Semua alat- alat logam harus terendam sempurna. Selama perebusan berlangsung, jangan menambahkan sesuatu kedalam wadah. Setelah merebus 20 menit, pindahkan alat- alat dengan cunam yang telah di DTT terlebih dahulu, kemudian simpan dalam kontainer yang telah di DTT dan tutup rapat. b. Desinfesi Tingkat Tinggi dengan Bahan Kimiawi Walaupun banyak desinfektan tersedia dimana-mana, 4 desinfektan yaitu klorin, glutaraldehid, formaldehid, dan peroksfd secara rutin digunakan sebagai Universitas Sumatera Utara desinfektan tingkat tinggi. Bahan-bahan kimiawi ini dapat mencapai DTT jika alat- alat yang akan didisinfeksi dibersihkan dulu sebelum direndam. DTT dengan kimiawi tidak dianjurkan pada jarum dan semprit, karena sisa-sisa bahan kimia dapat tertinggal dalam jarum tersebut. Larutan klorin bereaksi cepat, sangat efektif terhadap HBV, HCV, dan HIVAIDS, serta murah dan mudah didapat. Larutan klorin 0,5 dapat merusaklogam. Untuk DTT, larutan 0,1 dibuat dengan air matang,dan lakukan penyaringan bila air keruh. Masalah korosi dapat dikurangi jika beda-benda tersebut dibilas dengan air matang dan dikeringkan segera. Korosi terjadi bila lamanya perendaman dilakukan 20 menit dan terjadi kontak pada konsentrasi 0.5. Disinfektan kimiawi harus disimpan ditempat yang gelap dan dingi, jangan disimpan di bawah. cahaya matahari atau panas yang berlebihan karena semua desinfetan kimiawi sensitif terhadap panas. Tirtjen, Bssemeyer,Mcintosh, 2004.hlm.3-1.

4. Daftar peralatan praktik bidan

Dalam praktek kebidanan terdapat standarisasi peralatan dan standarisasi pelayanan kebidanan. Standarisasi tersebut digunakan oleh seorang bidan, mulai dari peralatan tidak steril, peralatan steril, peralatan habis pakai, dan formulir yang disediakan. Standarisasi ini terlampir pada lembaran lampiran karya tulis ilmiah ini. Universitas Sumatera Utara F Perawatan payudara 1. Pengertian Perawatan Payudara adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seorang wanita agar payudara terlihat bersih tidak kotor dan tidak menimbulkan infeksi khususnya pada ibu hamil dan ibu nifas Derek Llewelly, 2005. hlm. 199 Di masa lampau perawatan puerperium sangat konservatif, di mana belum harus tidur terlentang selama 40 hari. Kini perawatan puerperium lebih aktif dengan di anjurkan untuk melakukan mobilisasi dini Manuaba, 1998, hlm. 193 Perawatan payudara di inspeksi dan di palpasi dua kali sehari dan tanyakan kepada ibu apakah payudara terasa pegal, sakit atau tidak terasa apa-apa. Dengan penerangan yang baik bagi seorang bidan, bidan mencari setiap daerah yang berwarna merah dan menginspeksi putting untuk menemukan gejala edema, fisura, atau perdarahan. Kemudian bidan memeriksa bagian sebelah dalam dengan mempalpasi secara hati-hati dan mencatat setiap daerah yang terasa nyeri disentuh Hellen Farrer, 2001.hlm. 232

2. Perawatan dan Pencegahan

Perawatan payudara telah di mulai sejak wanita hamil sampai menyusui agar putting susu lemas,tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Sebagian besar wanita tidak mengenal secara mendalam bagian-bgian payudara sehingga tidak heran jika setelah persalinan mereka tidak tahu bagaimana menjaga kesehatan payudara. Perawatan payudara dilakukan secara teratur. Cara perawatan payudara yang benar adalah : a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering b. Menggunakan bra yang menyokong payudara Universitas Sumatera Utara c. Apabila putting susu lecet oleskan kolestrum atau ASI yang keluarpada sekitar puting susu setiap kali sesudah menyusui. Menyusui dilakukan dimulai dari putting susu yang tidak lecet. d. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jm. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok e. untuk menghilangkan nyeri dapat minum parcetamol 1 tablet setiap 4-6 jam f. Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan : 1 Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit 2 Urut payudara dari arah pangkal menuju ke putting atau gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju putting 3 Kelurkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga sehingga putting susu menjadi lunak 4 Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat mengisap seluruh ASI keluarkan dengan tangan 5 Letakan kain dingin pada payudara setelah menyusui 6 Payudara dikeringkan Saifudin, 2001. hlm.128 Tindakan yang paling penting dilakukan untuk pencegahan terjadinya pembengkakan adalah sesering mungkin dan memperketat untuk menyusui bayi serta posisi bayi yang tepat saat menyusui merupakan tindakan yang paling efektif untuk mengatasi terjadinya pembengkakan payudara. Mastitis merupakan suatu reaksi inflamasi terhadap hambatan atau tekanan yang tejadi pada payudara, dapat menginfeksi atau tidak terinfeksi . sejumlah wanita tidak Universitas Sumatera Utara mengalami infeksi namun, karena tindakan yang tidak konsrvatif untuk mengurangi hambatan gagal maka infeksi akan terjadi Henderson, 2006. hml. 509 Pencegahan yang perlu di lakukan untuk perawatan payudara agar tidak terjadi infeksi yaitu: 1 Cuci tangan sebelum menyentuh puting dan jaga area tersebut tetap bersih dan kering 2 Air susu yang disebut kolostrum, yaitu cairan kental yang keluar dari putting setelah bayi lahir dan berfungsi sebagai antiseptik juga daya tahan tubuh bayi. Pada saat menyusui, tekan perlahan payudara ke arah putting agar keluar. Apabila terjadi mastitis penanganan yang perlu dilakukan adalah beri antibiotik yang fungsinya untuk menghambat pertumbuhan bakteri atau membunuh bakteri Uzzi Reiss, 2008.hml.129 Fakta infeksi pada payudara dapat terjadi karena beberapa hal, diantaranya adalah penyumbatan air susu, menggunakan Bra sempit, dan infeksi di bagian putting yang pecah-pecah atau berdarah. Gejala yang dirasakan : a Nyeri b Kemerahan c Bengkak d Suhu meningkat lebih dari 38 C atau 101 F Rasa nyeri, kemerahan dan pembengkakan nampak terlihat pada bagian payudara dekat areola dan putting. Gejala ini sulit dibedakan dengan penyumbatan pad saluran air susu. Uzzi Reiss, 2008. hml. 127. Universitas Sumatera Utara

3. Pengobatan

a. Pasang tampon dan drain b. Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari c. Sangga payudara d. Beri paracetamol 500 mg selama 4 jam e. Berikan parasetamoldorong dengan pemberian ASI seara rutin Infeksi harus segera ditangani untuk mencegah bengkak bernanah atau abses Saifudin, 2001. hlm. 263. G Perawatan luka perineum 1. Pengertian Perawatan luka perineum adalah suatu perawatan yang dilakukan seorang wanita pada daerah genitalia. Derek Llewellyn, 2005. hml. 569 Perawatan luka perineum setelah melahirkan bukanlah suatu daerah yang tidak mudah untuk dijaga agar tetap bersih dan kering. Pengamatan dan perawatan khusus diperlukan untuk menjamin agar daerah tersebut sembuh dengan cepat dan mudah. Perineum mungkin terasa pegal pada masa post natal, khususnya pada hari ke-6 ketika pasokan darah ke daerah tersebut mulai pulih kembali Hellen Farrer, 2001.hlm.236 Membersihkan bagian luka perineum merupakan prosedur yang dilakukan oleh ibu pada pascanatal awal, terutama persalinan menggunakan alat. Melakukan higiene perineum merupakan tindakan yang analgesik yang menyenangkan oleh karena itu bidan memberikan asuhan dan harus mematuhi kebijakan tentang pengendalian infeksi. Prosedur ini dapat dilakukan oleh bidan Universitas Sumatera Utara dan diajarkan kepada ibu untuk melakukannya sendiri dengan menggunakan air bersih. Menurut Sleep Grant 1988 dalam buku praktek kebidanan mengemukakan bahwa air bersih memiliki efek penyembuhan dan menenangkan yang sama dengan larutan garam dan savlon Jonhson, 2005. hlm.102 Sobekan perineum dan laserasi jalan lahir biasanya pulih dalam waktu satu minggu setelah melahirkan, walaupun area tersebut masih tetap sensitif dalam waktu yang lebih lama. Kenyamanan dan kesembuhan dari luka perineum harus dapat dipastikan oleh seorang bidan kebersihan yang baik membantu penyembuhan.Henderson, 2006. hlm.478

2. Perawatan dan Pencegahan

Perawatan yang dilakukan agar ibu nifas tetap terjaga kebersihan dari daerah perineumnya adalah sebagai berikut : a Anjurkan kebersihan seluruh tubuh b Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelmin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah kelamninya dari depan kebelakang atau kearah anus, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan kepada ibu untuk membersihkan daerah vulva setiap kali selesai buang air besar atau air kecil. c Sarankan pada ibu untuk mengganti pemmbalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang kemudian di cuci lagi dan dikeringkan dibawah sinar matahari kemudian disetrika. d Sarankan pada ibu untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan daerah perineum Universitas Sumatera Utara e Jika ibu mmpunyai luka pada daerah perineum maka anjurkan ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka. Saifudin, 2002, hml. N-5.

3. Pengobatan

Jika terjadi infeksi maka lakukanlah pengobatan yang preventif yaitu seperti: a Bila terdapat pus dan cairan pada luka, buka dan lakukan pengeluaran b Daerah yang terinfeksi dihilangkan dan lakukan debridmen c Bil infeksi sedikit tidak perlu untuk melakukan debridemen d Bila infeksi relatif superfisial, berikan ampisilin 500 mg per oral setiap 6 jam dan mtronidazol 500 mg per oral 3 kalihari selama 5 har e Bila infeksi dalam dan melibatkan otot dan menyebabkn nekrosis, beri penisilin G 2 juta U IV setia 4 jam atau Ampisilin inj 1g 4 xhari ditambah dengan Gentamisin 5 mgkg berat badan perhari IV di tambah dengan metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam, sampai beba panas selama 24 jam. Bila ada jaringan nekrotik harus di buang. Lakukan jaitan skunder 2-4 minggu setelah infeksi membaik. f Berikn nasehat kebersihan dan pemakaian pembalut yang bersih,kering, dan sering diganti minimal 2 kali dalam satu hari. Saifuddin, 2001. hlm. 264 Universitas Sumatera Utara BAB III KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep untuk penelitian yang berjudul hubungan karakteristik bidan dengan tingkat pengetahuan bidan tentang pencegahan infeksi pada masa nifas di RB dan BPS wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo kota Pekanbaru tahun 2009 yang dijelaskan dalam bentuk bagan sebagai berikut : Variabel Independen Variabel Dependen Karakteristik responden yang meliputi umur, pendidikan, dan lama bekerja mempunyai hubungan dengan tingkat pengetahuan bidan tentang pencegahan infeksi pada masa nifas .

B. HIPOTESA

1. Hipotesa alternatif Ha

a. Ada hubungan antara umur dengan tingkat pengetahuan bidan tentang pencegahan infeksi pada masa nifas. b. Ada hubungan antara pendidikan dengan tingkat pengetahuan bidan tentang pencegahan infeksi pada masa nifas. Tingkat pengetahuan bidan tentang kebutuhan pencegahan infeksi pada masa nifas Karakteristik Responden a. Umur b. Pendidikan c. Lama bekerja Universitas Sumatera Utara c. Ada hubungan antara lama bekerja dengan tingkat pengetahuan bidan tentang pencegahan infeksi pada masa nifas.

C. DEFINISI OPERASIONAL

N o Variabel Definisi operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala 1. 2. 3. 4. Umur Pendidikan Lama bekerja Pegetahuan bidan tentang pencegahan infeksi pada masa nifas meliputi sterilisasi, perawatan payudara, dan perawatan perineum Lamanya hidup dalam tahun yang terhitung sejak lahir hingga saat penelitian ini dilakukan Jenjang pendidikan yang ditempuh di bangku kuliah yang formal yang dilewati bidan sampai penelitian ini dilakukan Waktu antara awal mulai bekerja pertama kali sampai saat penelitian ini dilakukan Segala sesuatu yang diketahui oleh seorang bidan tentang pencegahan infeksi pada masa nifas meliputi sterilisasi, perawatan payudara, dan perawatan luka perineum. Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara 1. 20 – 35 Tahun 2. 35 Tahun 1. Pendidikan menengah SPK 2. Pendidikan Tinggi DI dan DIII 1. 1 – 10 Tahun 2. 10 Tahun 1 = Baik, apabila pertanyaan dijawab benar 56-100 dengan interval 13-25 pertanyaan. 2 = Tidak baik, apabila pertanyaan dijawab benar ≤ 55 dengan interval 0-12 pertanyaan Interval Ordinal Interval Ordinal Universitas Sumatera Utara BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Pencegahan Infeksi pada Saat Pertolongan Persalinan di Bidan Praktek Swasta Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2012

0 47 80

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Bidan Praktek Swasta Tentang Asuhan Sayang Ibu Pada Proses Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa

2 54 82

Hubungan Karakteristik dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Postpartum tentang Perawatan Masa Nifas di Ruang Camar I Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2009

1 44 64

Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktik Swasta di Wilayah kerja Puskesmas Medan Tuntungan Tahun 2010

1 35 78

Hubungan Karakteristik Responden Dengan Pelaksanaan Pencegahan Infeksi Nifas Oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Batu Enam Pematangsiantar Tahun 2010

2 47 71

Hubungan Karakteristik, Pengetahuan Dan Sikap Bidan Dengan Tindakan Bidan Dalam Mengatasi Komplikasi Selama Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Hessa Air Genting Kabupaten Asahan Tahun 2009

1 44 92

perilaku bidan dalam penatalaksanaan pencegahan infeksi pada pertolongan persalinan diwilayah kerja puskesmas hamparan perak kabupaten deli serdang medan tahun 2014

0 41 81

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MASA KERJA BIDAN DENGAN KELENGKAPAN PENDOKUMENTASIAN LEMBAR PARTOGRAF Hubungan Pengetahuan Dan Masa Kerja Bidan Dengan Kelengkapan Pendokumentasian Lembar Partograf Di Wilayah Kerja Ibi Ranting Ngemplak Boyolali Tahun 2013.

0 2 16

PELAKSANAAN PENCEGAHAN INFEKSI PADA SAAT PERTOLONGAN PERSALINAN DI BIDAN PRAKTEK SWASTA WILAYAH KOTA BANDA ACEH

0 1 10

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN BIDAN TENTANG IMUNISASI DENGAN PERILAKU PENGELOLAAN VAKSIN DI BIDAN PRAKTEK SWASTA SE-WILAYAH RANTING TENGAH BANTUL NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Tingkat Pengetahuan Bidan tentang Imunisasi dengan Perilaku Pengelolaan Vaksin di

0 0 9