dengan penghayatan akan kehidupan. Chairil Anwar menganggap maut sebagai kekalahan, sebagaimana tersirat dalam baris puisinya yang menyatakan ‘hidup hanya menunda kekalahan’.
Sedangkan Nietzche menganggap maut sebagai kemenangan dalam ungkapannya’ matilah pada waktunya’. Dimana Ia menyatakan bahwa hanya orang-orang yang dapat memberi arti akan
kehidupanlah yang mati pada waktunya. Pada novel Ziarah penghayatan akan maut dianggap sebagai suatu kekalahan, sehingga
tokoh bekas pelukis merasa perlu untuk menghindari datangnya maut itu. Ini diungkapakan Iwan Simatupang dalam Ziarah 1969:6 sebagai berikut; “Tak suka pada opseter ini, sebagaimana dia
tidak menyukai siapa saja yang lapangan kerjanya sedikit banyak ada hubungannya dengan orang mati”
Ungkapan kekalahan yang terbias ke dalam maut selalu menyelimuti setiap tokoh yang ada dalam novel Ziarah. Setiap kali para tokoh merasakan kekosongan jiwa, pada saat itu pula
mereka merindukan maut, yaitu dengan bunuh diri atau mati secara wajar. Percobaan bunuh diri juga dilakukan tokoh bekas pelukis karena desakan kekosongan jiwanya Ziarah, 1969:72
sebagai berikut; “Kehadiran aspal dalam renungannya yang kini, membuat dia memandang sayu kepada jalan aspal yang terlihat dari jendela hotelnya. Tiba-tiba …”
2.1.5 Keterasingan
Keterasingan terbentuk dari kata terasing yang berarti hal atau keadaan tersisih atau terkucil. Sedangkan Berdyaev Hassan, 1973:55 menjelaskan keterasingan sebagai berikut;
…”kurangnya ungkapan kepribadian, tiadanya keaslian pribadi, suatu disposisi untuk dihanyutkan oleh tenaga-tenaga kwantitatif pada setiap saat” Persoalan keterasingan atau alienasi
dalam hidup manusia di dunia sering kita jumpai sebagai akibat manusia ingin bebas, melarikan
Universitas Sumatera Utara
diri dari kenyataan. Hidup yang penuh dengan kekosongan, kehampaan dan kemualan. Gambaran hidup manusia inilah yang membuat diri manusia merasa asing di tengah-tengah
lingkungan masyarakatnya, individu terasing bagi dirinya sendiri dan mengalami alienasi diri dan tidak menjalani eksistensinya secara sejati.
Menurut Kierkegaard dalam Bachtiar Ed, 1980:176 sebagaimana yang diungkapkan oleh Sidney Hook, sebagai berikut;
“Bahwa jiwa manusia berada dalam pengasingan yang permanen dari Tuhan. Jika mempelajari jiwa manusia, katanya, akan ternyata bahwa manusia merana oleh karena pengasingan dari
Tuhan dan karena terjerumus dalam kehinaan……..”
Selanjutnya menurut Nietzche mengatakan ‘Tuhan telah mati’ dengan kematian Tuhan, maka kesepian tidak dapat dimusnahkan. Pada kesempatan lain Sartre juga menyatakan ‘Sayang
Tuhan tidak ada’ jika Tuhan ada maka tidak ada nada dan alasan dalam soal kemanusiaan. Kematian merupakan sumber dari pengasingan manusia Bachtiar Ed. 1980: 179
Masalah keterasingan manusia diwakilkan Iwan Simatupang melalui tokoh opseter muda. Hal tersebut dapat kita lihat dalam kutipan Ziarah 1969:46 sebagai berikut;
“Penglihatan saya sehari-hari di lapangan pekerjaan saya yang kini menyatakan kepada saya, bahwa harta dan kekayaan berhenti mempunyai arti persis pada tembok luar dari setiap
pekuburan. Selanjutnya, filsafat murni hanya didapat pada suasana di sebelah dalam dari tembok-tembok itu. Janganlah usik-usik saya lagi dimasa yang datang. Sayalah kekayaan,
sayalah kebajikan”
Tokoh opseter muda merasa terasing menghadapi realitas kehidupan yang ada di hadapannya. Baginya dunia realitas adalah bayangan semu, bukan kebenaran yang sejati. Oleh
karena itu, dalam pencarian kebenaran yang sejati tersebut, Ia mengungsi ke balik tembok pekuburan yang sunyi. Ia yakin hanya di balik tembok pekuburan itulah ada kebenaran sejati
yang disebutnya dengan filsafat murni.
Universitas Sumatera Utara
Keterasingan yang dirasakan tokoh opseter muda merupakan suatu kesunyian hidup akibat dirasakannya bahwa segala realitas yang ada di depannya tidak berarti sama sekali, segala
kemapanan yang dimilikinya bukanlah hak milik yang pantas dibanggakan. Ia membutuhkan nuans sebagai pelengkap hidup dan kesempurnaan. Tokoh opseter muda memilih keterasingan
dalam hidup demi keyakinannya yang kuat akan kebenaran sejati yang disebutnya dengan nuans.
2.1.6 Misteri