Perbedaan Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang

2.1.2 Kemualan 2.1.3 Takut

2.1.4 Maut 2.1.5 Keterasingan

2.2 Nilai Filsafat Eksistensialisme Dalam Kepundan Karya Syafiril Erman 2.2.1 Kebebasan

2.2.2 Kemualan 2.2.3 Takut

2.2.4 Maut 2.2.5 Keterasingan

BAB III.PERSAMAAN DAN PERBEDAAN NILAI FILSAFAT EKSISTENSIALISME DALAM ZIARAH KARYA IWAN SIMATUPANG DENGAN KEPUNDAN KARYA SYAFIRIL ERMAN 3.1 Persamaan

3.2 Perbedaan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 34

4.1 Kesimpulan ............................................................................ 34 4.2 Saran ...................................................................................... 36 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara PERBANDINGAN NILAI FILSAFAT EKSISTENSIALISME DALAM NOVEL ZIARAH KARYA IWAN SIMATUPANG DAN KEPUNDAN KARYA SYAFIRIL ERMAN Abstrak Penelitian ini membahas tentang nilai filsafat eksistensialisme yang terdapat dalam novel Ziarah karya Iwan Simatupang dan novel Kepundan karya Syafiril Erman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan nilai filsafat eksistensialisme yang terdapat pada kedua novel dan mengkaitkannya ke dalam sebuah penelitian sastra. Penelitian ini diharapkan bermanfaat memperkaya referensi ilmu pengetahuan, khususnya ilmu sastra tentang nilai-nilai yang terdapat pada aliran filsafat eksistensialisme. Teknik penelitian dilakukan dengan analisis deskriptif data- data hasil pembacaan secara menyeluruh. Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi teori filsafat eksistensialisme pada kedua novel dan membandingkannya untuk mencari persamaan dan perbedaannya. Penelitian ini mendeskripsikan persamaan dan perbedaan akan penghayatan dan pendirian kedua pengarang tersebut terhadap nilai-nilai filsafat eksistensialisme dan sejauh mana kemiripan situasi yang digambarkan kedua pengarang dengan situasi manusia dewasa ini. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang dan Masalah I.1.1. Latar Belakang Sastra merupakan hasil proses kreatif. Dalam proses penciptaannnya melibatkan banyak daya, seperti daya imajinasi dan daya kreatifitas dari para pengarangnya. Selain itu, karya sastra dalam proses penciptaannya juga membutuhkan pengetahuan yang luas dan pengalaman yang kompleks dari para pengarangnya untuk menghasilkan suatu produk seni yang lebih intens dan bertendens. Tanpa adanya hal tersebut niscaya akan ‘menelurkan’ karya sastra yang bernilai seni rendah. Luasnya kehidupan manusia yang terekam di dalam sebuah karya sastra, telah pula melibatkan berbagai displin ilmu untuk memberikan beragam kontribusi terhadap proses penciptaan karya sastra, sampai pada proses pemberian makna atau interpretasi terhadap karya sastra itu sendiri. Ini merupakan suatu fenomena yang wajar, mengingat karya sastra dan ilmu sastra itu sendiri tidak mengenal kata berhenti dalam proses perkembangannya. Adanya gerak dinamis dalam bidang sastra tersebut telah pula menghasilkan suatu hubungan simbiosis dengan bidang atau ilmu lain, khususnya ilmu-ilmu sosial sebagai ilmu bantunya. Hubungan simbiosis tersebut merupakan suatu hubungan yang mengikat dua bidang atau ilmu yang berbeda namun terlihat sejalan dalam pengkajian obyek dan dalam proses perkembangan dari kedua bidang atau ilmu itu masing-masing. Ada banyak ilmu yang dapat digunakan sebagai ilmu bantu yang relevan dengan ilmu sastra seperti linguistik, psikologi ,antropologi, ilmu sosialkemasyarakatan, ilmu filsafat dan sebagainya. Berbagai displin ilmu Universitas Sumatera Utara tersebut telah ikut meramaikan panggung sastra dunia, baik dalam proses perkembangan ilmu sastra maupun dalam proses pemberian makna dan penghayatan terhadap karya sastra; jauh sebelum kelahiran Reneisans di Eropa. Sastra dan Filsafat adalah dua bidang ilmu yang bersenyawa. Kedua bidang ilmu ini sama-sama memfokuskan manusia dan nilai-nilai kemanusiaan menjadi objek kajian. Dalam hal ini penulis mengutip pendapat Tabir Sitepu 1982 : 6 sebagai berikut : ”Filsafat dan Cipta sastra adalah dua bidang ilmu yang masing-masing mempunyai kedudukan yang otonom. Namun, filsafat salah satu ilmu dari bermacam-macam ilmu kerabat sastra, kelihatannya bersenyawa dengan cipta sastra. Filsafat mempunyai sikap sistematis terhadap kehidupan manusia. Sedangkan cipta sastra bersikap imajinatif dan orisinil terhadap kehidupan manusia”. Hubungan sastra dan filsafat sangat erat, bila dipandang dari sudut intensitasnya. Kedua bidang ini merupakan manisfestasi bentuk pemikiran radikal manusia yang bertujuan untuk mengungkapkan sebab dan rahasia terdalam kehidupan manusia. Oleh karena itu untuk mengkaji suatu karya sastra seorang peneliti atau penikmat sastra melibatkan ilmu filsafat sebagai ilmu bantu untuk memahami suatu karya sastra, agar diperoleh pemahaman yang intensif , juga sebaliknya ilmu filsafat kerap mengangkat suatu karya sastra menjadi objek kajian. Tentu dalam hal ini karya sastra yang banyak memuat nilai-nilai filosofis. Penulis sendiri dalam menyajikan penelitian ini menggunakan dua buah karya sastra sebagai objek kajian. Sesuai dengan judul penelitian ini yang mengarah pada tinjauan filosofis, tentu dalam hal ini penulis melibatkan ilmu filsafat sebagai ilmu Bantu dalam rangka pemahaman filosofis. Meskipun, penulis melibatkan ilmu filsafat dalam kajian, tetapi penelitian ini tidaklah semata-mata suatu pembahasan filosofis, melainkan penelitian sastra. Kedua karya sastra ini yaitu Ziarah karya Iwan Simatupang dan Kepundan karya Syafiril Erman merupakan karya sastra yang beraliran kesadaran atau stream of conciussnes bila kita Universitas Sumatera Utara meminjam istilah Jassin 1983 :10. Kedua karya sastra ini memotret perjuangan manusia dalam mencari eksistensinya terhadap sesama manusia, alam semesta dan Tuhan transeden. Manusia yang dilukiskan Iwan dalam Ziarah tidak hanya beresensi sebagai obyek saja yang penuh dengan sifat kematerian. Tetapi Ia juga harus berfungsi sebagai subjek yang bertanggung jawab untuk mengatasi semua benda yang bersifat materi. Manusia dalam Ziarah tidak hanya dituntut untuk hidup dan merasa puas bila kebutuhan raganya terpenuhi. Tetapi ia juga harus ‘mengada’ atau bereksistensi agar kebutuhan rohani dan batin terpenuhi. Senada dengan Iwan, Syafiril Erman juga melakukan pengembaraan melalui imajinasinya dalam novel yang berjudul Kepundan. Perjuangan manusia dalam mencari eksistensi khususnya dalam gerak vertikal ke atas yang berakhir pada Tuhan transedensi terlihat intens dalam novel tersebut. Oleh karena itu, mengkaji novel tersebut dari sudut pandang filsafat bukanlah sesuatu yang mustahil. Di samping itu, novel Kepundan merupakan novel yang baru keberadaannya dalam kesusasteraan Indonesia modern. Oleh karena itu pengkajian novel Kepundan dari sudut pandang filsafat, serta membandingkannya dengan novel lain secara filosofis, sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan oleh ahli sastra maupun kritikus sastra. Berbeda dengan novel Ziarah karya Iwan Simatupang yang sudah tidak asing lagi eksistensinya dalam kesusateraan Indonesia modern dan sudah pernah diulas oleh Dami N. Toda dari sudut pandang filsafat. Hal inilah yang membuat penulis tertarik mengkaji dan membandingkan kedua novel tersebut dari sudut pandang filsafat.

1.2. Masalah