Takut Perbandingan Nilai Filsafat Eksistensialisme Antara Ziarah Karya Iwan Simatupang Dengan Kepundan Karya Syafiril Erman

Perasaan kosong yang dialami tokoh isteri bekas pelukis sekaligus menimbulkan perasaan mual dalam dirinya. Rasa mual itu timbul karena ketidakberdayaannya menghadapi keadaan sekelilingnya.

2.1.3 Takut

Takut menurut Kierkegaard Beerling, 1990:77 adalah suatu keadaan yang tidak berdaya dan tidak memiliki keberanian, sehingga sering menimbulkan kecemasan atau kekhawatiran bagi orang yang merasakannya. Seperti halnya keberadaan manusia yang muncul dan hilangnya sebagai ketiadan, maka demikian juga dengan rasa takut yang dialami oleh manusia. Takut itu terletak dalam dasar kesadaran manusia. Rasa takut membuat manusia terasing, membuat manusia merasa terpencil. Dan takut itu pula yang mendorong manusia lari mencari keselamatannya dalam masyarakat. Dalam mencari keselamatan itu manusia mengadakan pelarian yang tidak disadari. Selanjutnya Heidegger Beerling, 1966:223 menyatakan; “Takut itu bukanlah salah satu suasana batin di antara suasana-suasana batin yang lain, karena dia menyingkapkan situasi kita yang sebenarnya.” Mengenai perasaan takut manuisa Iwan Simatupang juga memuat perasaan takut yang menimpa manusia melalui tokoh yang ada dalam Ziarah. Tokoh kita yang juga merupakan bekas pelukis mengalami semacam phobia. Phobia ini adalah perasaan takut terhadap hal-hal tertentu yang demikian kuatnya, meskipun tidak ada alasan yang nyata. Perasaan takut itu akan muncul pada diri tokoh bekas pelukis dan selalu menimbulkan reaksi yang luar biasa. Rasa takut itu dilukiskan Iwan Simatupang dalam Ziarah 1969:7 yaitu; “Seluruh tubuhnya menggigil. Seolah dia sudah merasa sekian anak panah yang besar-besar dan runcing-runcing itu menikam tubuhnya” Universitas Sumatera Utara Namun perasaan takut yang menimpanya itu datangnya secara tiba-tiba dan bersifat sementara. Rasa takut itu akan hilang kembali secara tiba-tiba pula. Dalam Ziarah 1969:10 hilangnya perasaan takut dilukiskan iwan simatupang sebagai berikut; “Kemelut dalam dirinya memuncak. Nuraninya berbenturan dengan kesediaan dan kebukaan hati kawan barunya yang sejak tadi masih duduk disampingnya, menggenggam…” Tokoh bekas pelukis yang pada awalnya takut terhadap tokoh opseter pekuburan menjadi sadar kembali. Rasa takut itu hilang secara tiba-tiba dan tanpa disadarinya. Hilangnya rasa takut itu telah membukakan diri tokoh bekas pelukis untuk menerima kehadiran tokoh opseter pekuburan. Selanjutnya tokoh bekas pelukis menerima tawaran tokoh opseter pekuburan untuk mengapur tembok pekuburan kota Praja.

3.1.4 Maut